Alana, Rekha, Chyntia, Aurora, Tiara, Salsa, Shea, 7 orang gadis cantik yang harus berhadapan dengan 7 orang kating mereka yang sangat terkenal di kampus.
Jay, Jake, Owen, Gerry, Niko, Satria, Dewa, kating yang paling terkenal di semua kalangan mahasiswa, hingga membuat mereka menjadi wajah kampus untuk mewakili kampus dalam beberapa kegiatan terpaksa berhadapan dengan 7 orang mahasiswi baru yang ternyata cukup membuat mereka kewalahan dengan segala jawabannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tessa Amelia Wahyudi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 16
Jake terus saja berguling-guling di atas tempat tidurnya karena tidak bisa tidur setelah kencan pertamanya dengan Alana tadi.
Sungguh, dia benar-benar tidak menyangka jika Alana mau di ajak makan di tempat seperti itu. Karena biasanya, anak-anak yang terlahir dari keluarga kaya tidak banyak yang mau di ajak makan di pinggir jalan. Tapi Alana, dengan segala yang dia miliki bisa berbaur dengan hal-hal sederhana begitu.
"Ahkk...kamu buat aku gila, Al." ucap Jake sebelum dia memejamkan kedua matanya.
Besok dia harus pergi ke kampus dan hadirnya Alana menjadi penyemangat pagi untuknya.
Malam berhenti hari, dan pagi ini senyuman Jake secerah mentari pagi di rumah mereka. Hal itu membuat kedua orang tua serta kakaknya ikut penasaran.
"Biarin aja kenapa sih, Pa." ucap Hana yang mengerti kode dari suaminya melihat sikap Jake.
"Dah ah, mau berangkat dulu. Bye, Ma, Pa, Kak." ucapnya pamit pada keluarganya.
Sungguh, sikap bungsu di keluarga Aruga sangat berbeda sekali pagi ini. Bahkan Jake sampai bersenandung lagu cinta hari ini.
Setibanya di kampus pun, dia tetap terlihat sumringah yang membuat teman-temannya ikut penasaran. Tapi tidak dengan Gerry yang sudah tau apa yang terjadi pada Jake.
"Cerah bener hari ini? Ngalahin matahari pagi anjir!" gumam Niki melihat temannya.
"Jackpot berapa juta?" goda Owen yang membuat Jake langsung menatap tajam ke arahnya.
"Anjir, judol gak tuh!" timpal Dewa yang mengerti maksud Owen.
"Hahahaha, kali aja anjir!" balasnya lagi.
"Gue tadi malam kencan sama Alana." ucap Jake dengan senyuman bahagia.
Mereka cukup terkejut dengan hal itu. Apakah benar Jake kencan dengan Alana?
"Gercep anjir!" Jay ikut tidak percaya dengan hal itu.
"Bangsat banget." tambah Satria.
"Nih liat, cantik banget kan calon ibu dari anak-anak gue?" ucap Jake dengan menunjukkan ponselnya, di mana ada foto Alana di sana.
"Cantik banget tolong..." ucapnya penuh dramatis.
"Halah, paling Lo ajak makan sushi doang!"
"Oh tidak! Alana ngajak gue makan Lamongan njir,! Gue kira inces kayak dia tuh gak bakalan mau makan di tempat gituan. Gak taunya ngajak gue makan Lamongan. Parahnya pas gue ajak naik Ferrari gak mau. Katanya gak suka sport car."
"Lah, jadi naik apa njir?" tanya Niki yang mulai penasaran.
"Naik vesmet njir. Parahnya Vesmet Dior gak tuh! Hadiah ultah dari papinya tapi gak boleh di pakai. Yang buat gue berrrrrrrrasa gimana gitu, waktu doi bilang gue orang pertama yang boncengin dia. Ahhh... gue-"
Brak!
Semua terdiam ketika melihat Gerry yang keluar dari ruangan sampai membanting pintu.
"Kenapa tuh?" tanya Dewa yang tidak mengerti kenapa Gerry begitu.
"Apa gue ada salah ya?" tanya Jake yang juga ikut merasa bersalah.
"Halah, kayak gak tau Gerry aja. Setiap kali kita cerita cewek pasti gitu. Dia kan gak suka kalau cerita cewek." ujar Jay yang sedikit banyaknya mengerti tentang sikap Gerry karena memang mereka tinggal satu komplek dan bahkan sejak sekolah dasar hingga universitas begini mereka masih tetap bersama. Jadi dia tau seperti apa Gerry.
"Bener juga ya. Tapi gue penasaran deh, cewek mana yang berhasil luluhin hatinya yang beku itu." timpal Satria yang mulai mengkhawatirkan keadaan Gerry.
"Beneran nih? Gue gak salah kan?" tanya Jake yang masih merasa bersalah dengan hal ini.
"Gue lebih penasaran gimana caranya lu bisa jalan sama sih inces? Gimana sama bokap nyokapnya?"
"Mami papinya lagi di LA. Kata Alana sih kunjungan bisnis papinya. Gak tau juga gue sekaya apa mereka. Tapi ya kaya sih menurut gue." jelas Jake.
"Lo miskin, gitu?" tanya Owen sambil menggoda Jake.
"Gak ada orang miskin naik Ferrari anjir." balas Niki yang membuat suasana kembali riuh.
Tapi tidak membuat Jake tenang. Entah mengapa dia merasa ada yang aneh dengan sikap Gerry akhir-akhir ini yang terkesan menjauhinya.
Sedangkan di luar, Gerry yang hendak menuju perpustakaan kembali berhadapan dengan gadis yang sering membuatnya kesal.
Begitu juga dengan Rekha, kenapa dia harus kembali bertemu dengan laki-laki dingin ini?
Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir mereka masing-masing. Hanya saat Rekha ke kanan, Gerry ke kiri.
Rekha ke kiri, Gerry ke kanan hingga membuat keduanya merasa kesal karena merasa jalannya terhalang.
"Bisa minggir gak?" tanya Gerry dengan nada dingin dan ketus.
"Oh, dengan senang hati PANGERAN!" jawab Rekha yang mengalah.
Bahkan agar membuat laki-laki ini sadar, Rekha sampai tersenyum dengan begitu manisnya, lau sedetik kemudian sebelum dia pergi wajahnya kembali ke setelan awal.
"Dasar!" umpat Rekha setelah berlalu dari hadapan Gerry.
****
np ft gk bs di bk
next my