NovelToon NovelToon
KIN, DENDAM HARUS TERBALASKAN

KIN, DENDAM HARUS TERBALASKAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Fantasi / Misteri / Horror Thriller-Horror / Hantu
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Tsaniova

Melati dan Kemuning tak pernah melakukan kesalahan, tapi kenapa mereka yang harus menanggung karma perbuatan dari orang tuanya?

Sampai kapan dan bagaimana cara mereka lepas dari kutukan yang pernah Kin ucapkan?


Assalamualaikum, cerita ini murni karangan author, nama, tempat dan kejadian semua hanya kebetulan semata. Selamat membaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsaniova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lagi-lagi Kena Sial

Setelah dua hari Melati tak masuk sekolah, dua sahabatnya pun datang mencari. Mbok Sum menyambut di depan rumah, mempersilakan mereka masuk.

Melati tersenyum tipis melihat Ratih dan Arini datang, tapi tatapan matanya kosong. Mereka duduk di sofa ruang tengah, televisi menyala tapi tak ada yang benar-benar memperhatikan.

Ratih melirik wajah Melati, melihat lingkar matanya yang menghitam. “Mel, kamu begadang? Kenapa? Nangisin ibu sama bapak, ya?” tanyanya pelan.

Melati menggeleng, tapi air mata sudah mengalir, membasahi pipinya. Lidahnya kelu, tenggorokannya terasa dicekik. Mbok Sum yang baru saja menyajikan minuman hangat hanya bisa menghela napas, menatap penuh iba, lalu sedikit membungkuk sebelum akhirnya kembali ke belakang.

Arini dan Ratih saling menatap, lalu memeluk Melati.

“Aku sama Muning hidup dalam kutukan. Aku nggak tau cara lepasin ini. Semua cara udah aku coba, tapi gangguannya belum juga hilang,” lirih Melati di sela tangisnya.

“Kutukan?” Arini melepas pelukan, menatap lekat wajah sahabatnya.

Melati mengangguk pelan, mengusap air mata yang terus jatuh.

“Oh, aku tau. Bapak aku ada kenalan orang pinter, nanti aku tanyain alamatnya, ya!” kata Arini cepat.

Melati menggeleng.

“Nggak usah, aku udah ada orang pinter yang bantu keluarga aku dari dulu. Sore ini aku mau ke sana lagi, mau nanyain hasilnya apa arwah sama kutukan itu udah ilang atau belum.”

Tak mau menunggu lama, mereka berdua mengayuh sepeda dengan Melati yang membonceng Ratih, mereka menuju rumah si mbah. Jalan setapak sore itu terasa lebih sepi dari biasanya, angin berhembus dingin, dan suara daun kering berdesir di tanah.

Namun sesampainya di sana, langkah mereka terhenti. Tubuh pria tua itu tergeletak di samping rumah, membujur kaku dengan darah yang mengering di sudut bibirnya. Matanya membelalak, seperti melihat sesuatu yang sangat menakutkan sebelum ajal menjemput.

Melati berdiri kaku, kedua tangannya mengepal karena takut. Nafasnya berat, tapi dia menahan tangis. Satu nyawa melayang demi dirinya dan Kemuning.

Mereka segera melapor pada perangkat desa. Tak ada yang berani mendekat terlalu lama ke tubuh itu. Setelah urusan selesai, mereka pulang, mencoba menenangkan Melati.

Tapi belum sempat duduk lama, kabar buruk datang. Kemuning jatuh dari pohon di belakang sekolah saat mencoba memanjat untuk memetik buahnya.

Melati membeku. Dunia terasa memukulnya tiada henti sampai hati kecilnya terus menjerit meminta ampun.

“Cobaan apa lagi ini?” bisiknya, nyaris tak terdengar.

Melati, si mbok, dan dua sahabatnya bergegas ke puskesmas tempat Kemuning dirawat. Jatuh dari pohon membuat kaki Kemuning pincang. Kabar baiknya dokter bilang itu hanya sementara, asal rajin diobati.

Melati tak henti memeluk adiknya. Tangannya merangkum wajah polos Kemuning.

“Kamu ngapain manjat pohon?” tanyanya pelan, suaranya masih bergetar, matanya memerah dan masah, air mata yang tergenang akhirnya lolos juga.

“Tadi si Mas minta mangga, katanya belum pernah makan mangga. Kasihan deh, Mbak,” jawab Kemuning polos.

“Si Mas?” Melati mengerutkan kening. Siapa pria yang tega menyuruh gadis seperti Kemuning memanjat pohon?

“Mas siapa?” tanyanya lagi.

“Mas kita, dia nggak bilang namanya. Dia juga nggak bisa jalan, makanya Muning kasihan,” jawab Kemuning sambil tersenyum tipis.

Melati langsung memeluk adiknya lagi.

“Sudah, istirahat saja, ya," bisiknya, mencoba membuang jauh pikiran buruk yang mulai menghantui.

Namun, jika diingat-ingat di sekolah Kemuning tidak pernah ada anak dengan ciri seperti yang adiknya ceritakan.

Sepanjang perjalanan pulang, kata-kata Kemuning terus terngiang di kepala Melati. Mas kita, nggak bisa jalan, minta mangga.

Sesampainya di rumah, Melati duduk lama di tepi ranjang, matanya menerawang. Pikirannya berusaha mengingat semua anak di sekolah Kemuning, tidak ada satu pun yang seperti itu.

Malamnya, saat rumah sudah sepi, Melati yang belum bisa tidur berjalan ke dapur untuk mencari adiknya. Pintu kamar dibiarkan terbuka sedikit, dan dari tempatnya berdiri terdengar suara Kemuning bercakap-cakap.

Melati mengintip.

Kemuning duduk di kursi meja makan, tersenyum ke arah pojok dapur yang kosong.

“Iya, Mas. Besok Muning bawain mangga lagi, ya,” suaranya lirih tapi jelas.

Bulu kuduk Melati langsung berdiri. Udara di ruangan itu terasa dingin menusuk, dan entah kenapa dia bisa mencium samar bau tanah basah.

“Muning," panggil Melati pelan.

Kemuning menoleh, senyumnya memudar.

“Mbak. Masnya mau kenalan sama Mbak,” katanya sambil menunjuk ke pojok kamar yang kosong itu.

Tak ada siapapun di dapur selain Kemuning dan dirinya. Meski begitu, Melati tau adiknya sedang dalam gangguan mereka yang terus meneror keluarganya.

Melati mengangguk, lalu mendekati Kemuning, memeluknya erat, membantu untuk berdiri.

"Udah malam, istirahat dulu. Jangan lupa minum obatnya," katanya pelan.

Kemuning mengangguk, tapi sempat menoleh ke belakang dan melambaikan tangan. Melati makin mempererat pelukannya.

Sekarang mereka sudah di kamar. Melati membantu Kemuning berbaring, menarik selimut menutupi tubuh adiknya.

"Selamat tidur, dan jangan kemana-mana lagi!"

Kemuning mengangguk. Melati berjalan ke pintu, menguncinya, lalu menyimpan kunci itu di saku bajunya. Dia tak mau adiknya hilang lagi saat dia tidur.

Pagi buta, Kemuning membuka mata. Tatapannya langsung ke jendela. Di sana, si Mas berdiri diam, memperhatikan dari luar.

Gadis berpiyama itu turun dari ranjang. Tapi Melati merasakan pergerakannya.

"Muning!" panggilnya, mata langsung terbuka lebar.

Kemuning berhenti, menoleh.

"Mbak, ada si Mas di luar, kasihan dia kedinginan."

"Mas? Dia di sini?" dahi Melati berkerut.

Dia heran kenapa si Mas itu selalu muncul di dekat Kemuning.

"Bilang sama Mas, kita ada di dunia yang berbeda. Jangan saling mengganggu!" suara Melati terdengar datar, tapi tegas.

Kemuning mengerucutkan bibir, apalagi si Mas itu tiba-tiba menghilang.

"Yah, Mbak sih, dia jadi pergi. Kan kasian, dia nggak punya temen. Sama kaya Muning."

"Ada mbak sama mbok di sini. Jadi jangan merasa sendiri, ya!"

Kemuning mengangguk lalu memeluk kakaknya.

"Muning kangen sama Ibu, Mbak."

"Ya, mbak juga kangen." Melati mengusap rambut adiknya pelan.

Pagi itu, Melati bersiap berangkat sekolah. Dia menitipkan Kemuning pada si mbok, berpesan jangan biarkan adiknya kemana-mana sendiri.

Gadis pincang itu kini duduk rapi di kursi mobil. Sopir mereka mengantarnya seperti biasa.

Tapi di tengah perjalanan, mobil menepi di jalanan yang sepi.

Melati yang sedang membaca buku menghentikan bacaannya. Ia melirik pada sopir yang perlahan membuka pintu.

"Ada apa, Kang?" tanyanya.

Sopir itu membalikkan badan. Senyum smirk tersungging di bibirnya. Dan Melati merasa ada sesuatu yang sangat salah.

Gadis pincang itu segera meraih tongkatnya, lalu hendak ke luar dari pintu sisi satunya. Tapi, pria itu dapat dengan mudah menarik kaki Melati membuat gadis itu tak berdaya.

"Tolong!" teriak Melati yang terus meronta. Tapi, pria itu membungkam Melati, membekapnya supaya tidak berisik.

Melati menggigit tangan pria itu dan akhirnya bekapan itu terlepas. Saat pria keji itu lengah, Melati memukulnya menggunakan tongkat, gadis itu pun melarikan diri, dapatkah Melati lepas dari genggaman sopir tak berakhlak itu?

1
Rhina sri
kasian melati yg jadi karma dari bapaknya
Rhina sri
apa yg dilu drajat lakukan sm kinan kena sm melati🥺
Queen Alma: 🤧🤧🤧🤧🤧🤧
total 1 replies
Rhina sri
kesalahan drajat di masa lalu membuat anak anaknya gk tenang di hantui dgn dendam
Queen Alma: Semoga ada cara buat Melati sama Kemuning lepas dari kutukan Kin
total 1 replies
Rhina sri
walau si drajat udah meninggal kinan masih bls dendam tuk meneror anaknya
Queen Alma: Sakit hatinya masih belum reda ka 🥺🥺
total 1 replies
Rhina sri
makin seru ceritanya aku suka
Queen Alma: Terimakasih 😍🥰🥰
total 1 replies
Rhina sri
kin harus balas dendam lagi gk seru dong kalo harus di musnahkan sm dukun😂
Queen Alma: kutukan itu bakal tetep ada walau Kin udah nggak ada, udh jadi karma turun temurun 😩🥺
total 1 replies
Rhina sri
makin seru ceritanya.. buka ajah kalung jimatnya biar kin yg ngejar ngejar si drajat
Rhina sri
astagfiruloh tega banget semua org.. udah saatnya kinan balas dendam
Rhina sri
kasian kinan hamil dari laki laki bejat😭
Queen Alma: 🥺🥺🥺🥺🥺
sedih bgt yaaa
total 1 replies
ㅤㅤ
kasihan karsih, tega baget si drajat..
Queen Alma: bukan manusia emang si Drajat 😌
total 1 replies
ㅤㅤ
kin blum musnah kan, biar bsa balas dendam lgi.. 🤭
Queen Alma: heheee belum ko,
total 1 replies
ㅤㅤ
tadi prasaan hamil muda kok udh mau lahiran thor..
Queen Alma: kayanya dipersingkat deh 🤭✌
total 1 replies
ㅤㅤ
tega banget orang² kampung, kasihan Kin dan emak.ny.. 😢
Queen Alma: 🤧🤧🤧🤧🤧🤧
total 1 replies
ㅤㅤ
jahat banget si Drajat, mana memanfaatkan anak kecil lagi..😒
Queen Alma: jelmaan dia mah bukan manusia 😌😌
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!