Keputusan berlibur selama sebulan penuh untuk memulihkan patah hati sukses besar. Rhea De Santiago tidak lagi menyalahkan dirinya atas perselingkuhan yang dilakukan oleh mantan kekasih. dia benar-benar sudah pulih dan siap menjalani kehidupan baru.
Namun sehari sebelum pulang ke Meksiko, Rhea menghabiskan malam panas tanpa paksaan dengan William Riagen. Paman dari mantan kekasihnya. Setelah bercinta dengan intens, Rhea langsung terbang ke Meksiko dengan anggapan William tidak mungkin peduli dengan hubungan satu malam yang telah terjadi. Dia tidak tahu tentang William yang sudah menaruh rasa sejak lama.
“... Usai bertemu lagi dengan Mu setelah sekian lama, bahkan menghabiskan malam panas bersama, Aku ingin memiliki Mu seutuhnya. Aku ingin Diri Mu. Rhea De Santiago, Aku akan mengejar Mu tidak peduli jika harus sampai ke ujung Dunia sekalipun. Aku akan menangkap Mu dengan kedua tangan ini, dan menjadikan Mu milik Ku. Milik William Riagen!”
=>Kalau suka, Silahkan dibaca♥️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neogena Girl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 16
Keesokan hari nya, Rhea sudah beranjak dari atas tempat tidur sejak pukul lima pagi. Dari memilih outfit dan juga menyiapkan diri dengan membersihkan tubuh dan membubuhkan sedikit make up di wajah nya.
Saat jarum jam mendarat di angka enam, Rhea sudah keluar dari kamar nya dan menuju ke kamar Sang Ibu.
Tok tok tok
“Aku masuk, Ibu.”
Klek
“Hm ? Ibu masih tidur ? Tumben sekali. Ibu tidak bekerja hari ini ?” Ucap Rhea sambil mendaratkan kecupan di kening Hesperia.
“Ibu sepertinya di landa penyakit tidak mau bekerja di pagi hari. Apa ini faktor tua ?”
“Hahaha, tidak apa-apa Ibu. Toh memang seharusnya Ibu beristirahat sekarang. Hari ini Aku akan mengecek kain yang akan di gunakan dalam produksi yang Ibu cetusnya sejak sebulan yang lalu. Ibu tidak pelu khawatir. Rhea bisa pergi bersama Sekretaris Ibu.”
“Emm.. Kalau ada urusan Pribadi, tidak masalah kalau meninggalkan pekerjaan sebentar Rhea. Kita tidak akan jatuh miskin hanya karena mengurus urusan pribadi.”
“Hm ? Apa maksud Ibu ? Sudahlah. Rhea berangkat dulu, Ibu.”
Dia pun turun dan langsung memakan Breakfast yang sudah tersedia di atas meja. Meminum vitamin dan langsung keluar.
Klek
“Selamat pagi, Rhea.”
Suara yang familiar dan juga hidung yang langsung di sambut dengan wangi parfum yang sama membuat iris mata Rhea membola, enggan untuk berkedip.
“Uncle William ?” Ujar nya sambil mengambil satu langkah mundur kebelakang. Sayangnya pintu sudah tertutup, membuat tubuh nya mentok di situ.
Srreett..
Sebuket bunga mawar berwarna merah gelap yang di hiasi dengan beberapa bunga biru kecil juga dedauan hijau kini nampak di hadapan Rhea.
“Untuk Mu.” Ucap William dengan senyum tipis yang bertengger di wajah.
“Umm.. Wait, Kau serius dengan percakapan semalam, Uncle William ?”
“Tentu! Aku sudah mengatakan nya bukan ? Sekalipun Kau sudah mengunci pintu hati Mu, Aku akan mendobrak dan akan memaksa untuk masuk.”
“Uwaahh.. Aku tidak percaya dengan semua ini.” Tutur Rhea sambil menerima buket bunga. Kalau perhiasan yang diberikan, Dia pasti akan langsung menolak. Berbeda kalau bunga. Rhea suka sekali dengan bunga, apalagi bunga tulip.
“Ayo berangkat. Aku akan mengantar Mu ke kantor. Karena hari ini Kau akan mengunjungi pabrik kain untuk memproduksi—”
“Hah ? Tau dari mana diri Mu tentang schedule Ku, Uncle William ?”
“Dari Ibu Mu, Hesperia Clement. Wanita yang sebentar lagi akan menjadi mertua Ku.”
“Hah! Jadi inilah alasan Dia tiba-tiba tidak mau bekerja hari ini? Wanita tua itu...” Ucap Rhea yang langsung masuk ke dalam mobil yang pintu nya sudah di buka kan oleh William.
Takh!
“Gila!! Aku di mobil Uncle William saat ini ? Astaga astaga astaga!!” Rhea menjerit di dalam batinnya, namun tetap memasang wajah datar.
“Sudah sarapan kan ?”
“Tentu. Aku tidak bisa keluar dari rumah dalam keadaan perut kosong.”
“Good Girl.”
“Umm..” Rhea berdehem dan membuang tatapan ke arah jendela. Mengontrol debaran jantung agar suara nya tidak bocor ke luar.
“F*ck!” Umpat nya pada diri sendiri.
...***...
Walau berusaha menahan lidah agar tidak bersuara, topik pembicaraan yang William cetuskan selalu berhasil membuat Rhea akan langsung menjawabnya.
Perjalanan menuju R Fashion Group tidak se hening kuburan umum di malam hari. Suasana nya sangat hangat, tidak kaku, tidak canggung. Membuat mood kedua orang itu berangsur-angsur semakin baik, sampai...
“Kalian sungguh memiliki hubungan ?” Pungkas Rafael yang langsung keluar dari mobil saat melihat Rhea turun dari mobil William. Bahkan William membuka pintu dan mengulurkan tangan sebagai tumpuan untuk Rhea.
“Apa yang Kau lakukan di basement ini, Rafael ?”
“Tentu saja menunggu Mu!”
“Menunggu Ku ? Tapi tidak ada hal yang harus di bicarakan di antara Kita.” Jawab Rhea dengan santai. Satu tangannya merangkul buket bunga, satu lainnya di masukkan ke dalam saku celana. Hells yang Dia kenakan pagi ini menciptakan bunyi setiap kali Dia bergerak.
“Aku akan mengantar Mu sampai ruang kerja, Rhea. Akhir-akhir ini banyak serangan dari binatang buas. Aku harus memastikan Kau selamat, jika tidak Nyonya Hesperia akan mencukur botak rambut Ku.” Tutur Wiliam yang sudah menjadi perisai untuk Rhea.
Rhea tidak ada niatan untuk menolak tawaran William. Berurusan dengan Rafael setelah Dia mempertajam kembali logika nya akan sangat menguras tenaga. Dan Rhea tidak mau buang-buang tenaga.
“Dia bahkan tidak tahu bungan favorit Mu! Kau menyukai tulip kan ? Tetapi Dia memberi Mu mawar!” Kelakar Rafael dengan nada tinggi.
“Hei, apa Kau memakai Narkob*?”
“Hah ? Apa maksud Mu ?”
“Tiba-tiba sekali Kau membahas tentang Bunga Favorit Ku. Memangnya kenapa kalau mawar dan bukan tulip ? Dulu Kau tahu jelas bahwa Aku menyukai tulip kan ? Tapi Kau tidak pernah membelikan Ku satu kali pun. Jadi Diam lah! Kini mawar sudah menjadi bunga Favorit Ku.”
William langsung merangkul pundak Rhea, dan menjadikan tubuh Nya yang besar sebagai perisai untuk menutup Rafael dari penglihatan Rhea.
“Ayo masuk.” Ajak William sambil memasang senyum miring di wajah saat Atensinya bertemu dengan Rafael.
“Dasar bocah!” Ungkap William tanpa suara, hanya bibir nya yang bergerak, namun Rafael mengerti arti dari bibir paman nya yang bergerak.
...***...
Ting
Pintu lift sudah terbuka. Kini Rhea sudah berada di lantai ruang kerja nya yang berada di lantai paling atas.
“Terimakasih karena sudah mengantar Ku, Uncle William.”
“Sebuah keharusan untuk Ku.” Jawab William sabil mengecup punggung tangan Rhea.
“Apa Kau harus terus mengecup punggung angan Ku setiap kali akan pergi ?”
“Umm... Aku melakukan ini agar tidak melanggar batas dan mengecup pipi Mu, kening Mu, hidung Mu, juga bibir Mu. Aku tidak mau membuat Mu merasa tidak nyaman. Karena Kita baru saja dekat kan ?”
“Baiklah. Hati-hati saat menuju kantor Mu, Uncle William.” Rhea menggerakkan Kaki nya, ingin cepat-cepat masuk ke dalam ruang kerja dan bisa berteriak sepuasnya.
“Oh, dan satu hal lagi Rhea.” Ungkap William membuat langkah wanita itu terhenti tepat di depan pintu yang sudah terbuka otomatis. “...Jangan memaksakan diri untuk menyukai mawar. Jika Kau menyukai tulip, katakan saja Kau menyukai tulip. Jangan jadikan bajingan kecil itu sebagai alasan Dirimu berhenti menyukai Tulip.”
“Tenang saja Uncle William. Mau itu mawar atau pun tulip, Aku akan menyukai nya selagi bukan di berikan oleh mantan kekasih Ku itu.”
“Benarkah ? Syukurlah kalau begitu. Sampai jumpa lagi nanti malam.”
Takh!
Pintu sudah tertutup. Rhea sudah beranjak ke arah meja, meletakkan tas dan buket bunga lalu melihat pemandangan gedung-gedung tinggi dari ruang kerjanya. “Haahh.. Ini berbahaya.. Aku tidak ada niatan untuk menolaknya menjauh.” Monolog Rhea sambil mendaratkan bo*kong nya diatas kursi kerjanya. Walau Dia sendiri tidak tahu perasaan apa yang tengah melanda diri nya, Dia tetap dapat kembali memusatkan fokus saat membuka layar Ipad.
William yang sudah turun kembali ke Basement bertemu dengan Rafael. Keponakan nya itu mencoba untuk berbicara dengan nya, berkali-kali Dia menghalangi jalan William, namun satu jawan William berikan sebelum masuk ke dalam mobil.
“Ini pagi yang indah. Tolong jangan merusaknya. Jika ingin marah-marah, mari bertemu di lain waktu.”
Setelah mengatakan itu, William menyetir mobil dan meninggalkan Rafael dengan wajah yang berseri-seri. Membuat emosi Rafael semaki membuncah dan membuat nya memberikan bogem mentah berkali-kali pada udara.
“Dasar Tua Bangka! Apa Dia lupa umur nya?!” Kelakarnya sambil masuk ke dalam mobil dan menutup pintu mobil dengan keras. Seperti rutinitas nya selama ini saat di landa rasa frustasi, Se*ks! Dia dalam perjalan menuju ke Vila yang Dia gunakan untuk berbulan madu bersama Ailen. Dia ingin melampiaskan hasr*tnya.
...***...
...Jangan lupa like dan komen Guys. Thank you ♥️...