Perjanjian antara sang Daddy dan Queena, jika dia sudah berusia 18 tahun dia diperbolehkan berpacaran.
"Daddy! Aku sudah mempunyai pacar! Aku sangat menyukainya."
Saat Queena mengatakannya, seakan dunia menjadi gelap. Vard Ramberd seketika emosi. Ia tak rela pria lain memiliki Queena, gadis itu adalah miliknya!
Dengan kasar Vard memanggul tubuh Queena di pundaknya, menjatuhkan gadis itu ke atas ranjang menindihnya. "Queena, kau selamanya adalah milikku!"
Setelah Vard menodai paksa Queena, gadis itu memandang penuh benci pada sang Daddy. "Aku membencimu, Vard Ramberd! AKU MEMBENCIMU!!!"
---Kuy ikuti kisahnya, lovers ♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jasad Terindetifikasi, Itu Queena.
Mobil semakin menjauh sekitar 1 kilometer dari sana, Soppie dan Rossi mengacak rambut dan menyobek pakaian memberantakkan penampilan masing-masing. Mereka berdua keluar dengan memegang topi penyihir milik Queena.
"Aku sudah mempunyai rencanaku sendiri, maaf tak memberitahu kalian berdua," gumam Queena pelan saat keduanya sudah keluar dari mobil meninggalkan nya sendiri.
Soppie menelepon Vard, tak lama Vard datang bersama kakek Bernard dan Papa Rossi. Mereka turun dari mobil, lalu berlari saat melihat sosok Rossi dan Soppie yang berantakan.
"Huhu... Papa... Kakek... hiksss..." Rossi memeluk Ayahnya.
"Dimana Queena? Dimana dia Rossi?!" bentak sang kakek.
"Kakek, aku juga cucumu... hikss... "
"Sudah, sudah..." Sang Papa menenangkan.
Mata Vard mencari keberadaan Queena di sekitar tapi sosok gadis itu tak terlihat. "Dimana Queena Rossi?!" kali ini Vard yang membentak keponakan nya.
"Kami berhasil kabur, Vard. Tapi... t-tapi Queena menolong kami agar kami berhasil kabur, dia di belakang kami dan tertangkap lagi. Mobil sudah pergi..." jelas Soppie.
"Sialan!" Vard masuk kembali ke dalam mobil, kakek Bernard ikut masuk.
Jauh mereka mencari terus ke depan, mereka mencari ciri-ciri mobil yang terlihat dalam Cctv tapi mobil tak terlihat. Tiba-tiba sebuah nomor tak dikenal menelepon nya, "Halo."
"Aku adalah penculik keponakan, kekasihmu dan putrimu, Ingat Vard! ini semua karena perbuatanmu! Datanglah ke bangunan terbengkalai di depan kebun gandum. Kau akan menemukan jasad putrimu, karena aku sudah membunuhnya! Dia mati terbakar! Hahaha..."
Tutttt...
"Tidak! Bajingan! Halo! Siapa kau?! Ahggrr!"
"Ada apa, Vard?!"
Vard tak menjawab, dia melajukan mobil dengan gila memukul setir dengan tangannya. "Jangan terjadi sesuatu padamu, sayang... aku tidak akan membiarkannya," racaunya.
Tapi harapan Vard sia-sia, dari kejauhan ia melihat mobil yang hangus terbakar oleh api. "Arghtt! Queena! Queena! Sayang! Tidak!"
Pria itu meraung gila, berlari ke arah mobil yang sudah terbakar. Mencoba masuk ke dalam, ia menarik pintu mobil yang panas.
Tuan besar Bernard datang, "Ada apa, Vard? Apa yang terjadi? Kenapa dengan mobil terbakar ini?! Kau jangan gegabah, kemarilah!"
"Pah, penculik itu bilang aku akan menemukan jasad Queena mati terbakar. Pah... Queena..." Vard terus maju menarik mobil sampai tangannya melepuh.
Tuan Bernard menarik tubuh putranya menjauh dari mobil dengan kekuatan kecilnya, "Jangan begini, kita cari ke sekeliling. Tadi kita sudah menelepon polisi, kita bisa mencari sambil menunggu."
"Arghttt... Queena..." Vard terus memukul-mukul tanah dengan tinjunya.
Terus mencari ke sekeliling tapi mereka tetap tak menemukan Queena, saat menelepon si penculik nomor tidak aktif lagi. Mobil polisi dan mobil kebakaran berdatangan, juga disusul mobil paramedis.
15 menit kemudian mobil berhasil dipadamkan, polisi maju dan menemukan sebuah jasad yang sudah terbakar menjadi abu dan hanya tersisa beberapa barang seperti high heels, ponsel juga sepotong kain dari sebuah pakaian yang tak terbakar berwarna hitam.
"Ini adalah barang-barang yang kami temukan, ponsel sudah gosong tapi masih bisa dikenali juga sendal perempuan dan kain hitam sobekan dari sebuah pakaian. Tolong dikonfirmasi."
Vard terdiam tak menjawab polisi, ia mengenali barang-barang itu karena semua pemberian darinya.
Akhirnya Tuan Bernard mengambil dan memeriksa untuk memastikan. "Ya, ini adalah milik cucuku... hiks..."
"Kami akan memberikan abu ke paramedis untuk di identifikasi, permisi."
Tubuh Vard seketika tak berdaya, ia hanya menatap kosong pada mobil yang sudah terbakar habis hanya tersisa kerangka. "Dia masih hidup... aku yakin itu..."
"Vard..." Tuan Bernard menatap putranya iba.
Tapi sekali lagi harapan Vard pupus sudah, hasil indetifikasi dari Dokter menyatakan itu adalah abu Queena.
Saat menerima surat pernyataan kematian Queena, seketika dunia menjadi gelap bagi pria yang sedang berduka itu.