NOVEL RINGAN INI BIKIN KAMU SENYUM-SENYUM, NGAKAK, BAPER, BERASA JATUH CINTA LAGI. Banyak adegan antah berantah!! harap maklum, si DUDA BUCIN emang suka nyosor!!
________
Disarankan untuk tidak melompati bab satu sampai dua puluh, karena di situ point pentingnya. Membaca dengan sabar part demi part nya, agar tidak bingung. Takutnya keder jalan ceritanya terus tiba-tiba komentar nylekit, jangan jadi pembaca yang begitu yaaaah!😂
_______________
Happy reading ♥️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Penulis amatir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dilematis
Sebuah mobil melaju dengan kecepatan sedang di dalamnya sopir tampan, dengan penumpang cantik merengkuh seorang bayi mungil. Siapa lagi jika bukan Murat yang membawa Pinkan dan Baby Zee?
Pemuda itu berencana mengajak kedua gadis cantik ini refreshing sebenarnya alasan saja refreshing, padahal Murat hanya ingin memanfaatkan waktu liburnya bersama dengan gadis cantik ini.
"Tuan muda mau ajak Marni ke mana?" Pinkan menoleh bingung ke arah pemuda berwajah senyum itu.
"Ke Mall, kita belanja baju kamu."
Pinkan sedikit memperlihatkan kerutan di keningnya "Emm, tapi, Marni gak bawa duit Tuan, Marni, gak punya rencana beli baju." Ucapnya.
"Kan ada aku, aku yang akan membelikan mu, tenang, biar masih mahasiswa, aku punya kartu kredit no limit." Jawab senyum Murat yang sesekali menoleh sekilas ke arah Pinkan.
"Tapi, Marni gak enak Tuan, gimana kalo Tuan di marah sama Nyonya besar? Karena membelanjakan Marni? Jadi lebih baik kita pulang lagi saja." Tolak Pinkan halus, jika terus mendapatkan kebaikan bertubi-tubi dari keluarga Baskara Pinkan takut semakin tak rela pergi.
Kiiiiiiikkk!!
Mendengar itu Murat mendadak memberhentikan mobilnya menoleh ke arah Pinkan yang menampilkan wajah kaget sambil mempererat pelukannya pada bayi mungil itu.
"Kok tiba-tiba ngerem Tuan, gimana kalo di belakang ada mobil lagi? Berbahaya Tuan." Tanya Pinkan mengerutkan kening, memperingatkan.
"Kamu bilang mau pulang, kita pulang lagi saja, maaf." Murat berekspresi datar lalu hendak memutar setir kembali dan ......
"Tuan muda kecewa sama Marni?" Celetuk Pinkan saat menyadari itu, lalu Murat menoleh dan menatap kembali ke arah Pinkan.
"Tidak, aku sadar Marni, aku memang tidak pantas mengajak mu jalan-jalan, kamu benar, aku tidak semapan bang Raka yang direktur, kartu kredit ku juga fasilitas dari Papi, bukan membayarnya dengan hasil kerja keras ku sendiri." Sanggah Murat masih konsisten dengan wajah datarnya, tersinggung, ternyata di balik sifat ramahnya ada sisi lainnya lagi.
Pinkan menggeleng "Bukan itu maksud Marni Tuan, Marni hanya tidak enak saja." Gadis itu menunduk sembari mempertahankan Baby Zee dalam pelukannya.
"Tidak perlu tidak enak Marni, jangan sungkan padaku, kita teman bukan? Seragam mu sudah terlalu pendek, sedangkan kamu cuma membawa beberapa helai baju ganti saja." Pemuda itu tersenyum mencoba membujuk Pinkan kembali "Kamu mau ya, kita sekalian makan siang." Lanjutnya.
"Iya terserah Tuan muda saja." Angguk Marni yang pada akhirnya mengalah.
"Tentu saja gue bawa baju ganti sedikit, gue gak berniat lama di rumah itu, tolong jangan buat gue semakin betah berlama-lama di rumah itu."
Pinkan berujar dalam hati dengan wajah yang memelas.
Setelah itu gegas Murat menyala kan mesin mobil kembali dan segera melajukan nya dengan kecepatan sedang, perjalanan yang sesekali terjeda karena macet, untungnya Baby Zee selalu anteng jika sudah bersama Pinkan, asal sudah di beri susu, ngoceh bahagia bayi mungil itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sedang di tempat lain Raka masih berjalan mondar mandir dengan wajah gusarnya setelah memastikan Murat membawa Pinkan pergi.
"Apa aku SMS saja?" Gumamnya bermonolog.
"Tapi Marni pasti masih kecewa padaku." Lelaki itu menghela napas panjang lalu melepas nya singkat, gundah.
"Aku tahu, Rani hanya menuduh mu saja Marni, aku tahu Rani cemburu padamu, dia pasti mau kamu terlihat buruk di depan ku, bukan aku tak tahu itu, alasan ku menanyakan nya padamu, bukan karena aku mencurigai mu, aku hanya ingin kamu bisa membela dirimu sendiri." Gumamnya lagi.
Dengan wajah yang masih gusar lelaki itu memberanikan diri untuk mengirim pesan teks pada Marni nya.
📨 "Kamu bawa putriku kemana Marni? Aku cemas!" Tulisnya dan terkirim. Selang beberapa saat terbalas.
📩 "Ke Mall GI Tuan. Tuan Murat mengajak kami ke sana, maaf tidak sempat mengabari mu dulu." Balasan dari Pinkan.
"Aku tahu, kamu tak mengabari ku karena masih kecewa padaku."
Raka berjalan tergesa-gesa mengambil kunci mobil dari atas nakas miliknya lalu keluar dari kamar, menyusul, tentu saja pria tampan ini mau menyusul, putrinya? Atau baby sitter cantiknya? Raka masih belum bisa mengakuinya, bahwa ternyata semudah itu tertarik pada seorang Marni, bahkan ingatan manis saat pertemuan pertama, memangku Pinkan di kamar baby Zee terus menerus menjadi pengantar tidurnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Satu jam berlalu, Raka sudah memasuki Mall yang Pinkan SMS kan, dan gerai brand ternama yang pria itu tuju setelah itu.
Langkahnya terus gontai dengan sesekali celingukan mencari sosok cantik Marni nya, celana jeans hitam dengan kemeja putih andalannya membuatnya begitu mendekati sempurna sebagai seorang laki-laki, terlihat di sekitarnya pengunjung Mall terpesona menatap kagum padanya.
"Marni bilang di sini, kemana mereka?" Gumamnya menoleh ke kanan dan kiri menyisir seluruh sudut tempat itu.
Tak lama kemudian sebuah sentuhan lembut dari tangan halus menutup matanya "Siapa?" Tanyanya yang tak mendapat jawaban terlihat gadis itu tersenyum puas melihat kedatangan Raka di tempat itu.
"Marni, kamu sudah berani begini hm?" Seru Raka lagi sembari membalikkan badannya ke arah gadis itu.
Dan senyum nya memudar saat menyadari yang menutup matanya bukan Marni tapi Rani yang kini memberikan tatapan murka.
"Kok Marni sih? Jadi kamu ke sini sama Marni? Bukan mau menyusul ku hah?" Bentak Rani kecewa sembari memukul dada beton pria itu.
"Emm...." Raka tak bisa menjawabnya.
"Aku lupa kalo Rani juga lagi belanja di sini, kenapa ingatan ku akhir akhir ini terus ke Marni?" Batinnya.
"Kamu mulai berpaling dari ku Raka? Mana janji setia mu padaku? Kamu bilang capek, sekarang buktinya kamu ke sini sama pembantu sial itu?" Rani menunduk menitihkan air mata secuil nya, baru pernah Raka terlihat berbeda seperti ini.
"Bukan, bukan begitu sayang, jangan dulu salah paham, aku tahu tadi itu kamu, makanya aku cuma pura-pura aja, aku masih mau melihat cemburu mu." Kilah Raka menenangkan.
"Sejak kapan aku menjadi pembohong seperti ini? Sejak kapan aku menjadi brengsek begini? Apa benar aku sudah tak setia? Aku berpaling dari kekasih ku?"
Batin Raka menatap nanar wajah Rani yang masih menunduk sendu.
Tangan Raka menyeka sedikit air mata di pipi wanita itu, merasa bersalah "Jangan menangis, aku ke sini untuk mu." Ucapnya lagi, sejatinya pria itu tak kan tega menyakiti wanita yang selama sepuluh tahun ini ia cintai.
Rani mendongak tersenyum menatap pria tampan itu "Benar begitu?" Tanyanya, Raka mengangguk, mengiyakan.
Dan ternyata Pinkan berdiri di sisi kanan keduanya menatap mereka sambil mendekap erat tubuh kecil Baby Zee, terpaku.
"Eeeee..." Tangis itu membuat Raka dan Rani menoleh serentak ke arah nya.
"Marni?" Raka tercengang menatap wajah Pinkan yang juga beku menatapnya.
"Kenapa aku tak ingin Marni melihat ku bersama Rani?" Raka terus berkecamuk di dalam batinnya.
"Jadi kamu beneran ke sini sama Marni Ka?" Sambar Rani menatap keduanya secara bergantian dengan kening yang mengerut.
"Emm..." Raka kembali tak bisa menjawabnya, tidak mungkin menjawab yang sebenarnya, tapi bohong, bukan lah kebiasaannya, mematung yang kini pria itu lakukan.
"Bang Raka, Ka Rani? Kalian juga di sini?" Murat yang baru saja membayar belanjaan hadir di tengah-tengah mereka.
"Kalian sendiri?" Tanya balik Rani.
"Gue ke sini sama Marni, belanja baju buat Marni sama Baby Zee juga. Kalian?"
"Ka Rani lagi belanja, terus di susul sama Abang mu." Rani merengkuh lengan kekasihnya sambil tersenyum menyandarkan kepalanya pada pemuda yang masih bergeming di tempat nya bergumul dengan pikirannya sendiri menatap nanar wajah Pinkan.
Sama halnya dengan Pinkan yang juga membeku menatap lelaki itu, kini di hati Pinkan seperti sedang terjadi peperangan antar prajurit putih dan prajurit hitam.
😈"Raka ke sini menyusul lu Pink, dia udah pasti kangen elu."
👿"Jangan dengarkan itu, Raka udah pasti setia sama pacarnya, siapa elu Pink? Di matanya lu cuma pembantu yang gak makan kalo gak di gaji. Di mata tu cowok. Lu gak lebih dari pengasuh bayi yang di bayar, lagian ngapain lu GR? dia manusia kejam, yang tega memisahkan bayi dari ibunya."
"Marni." Murat menjentikkan jarinya pada wajah gadis beku itu.
"Eh?" Sontak Pinkan menoleh ke arah Murat yang kini tersenyum manis padanya "Kamu kenapa bengong?" Tanya Murat lagi.
"Gapapa, Marni cuma lapar." Celetuk Pinkan asal saja.
"Ok, kita langsung makan." Ajak Murat dan Pinkan mengangguk kemudian keduanya melengos pergi menuju restoran fine dining di sudut Mall mendorong stroller baby Zee yang kosong karena Pinkan lebih memilih menggendongnya, meninggalkan Raka yang masih bingung antara ikut dengan Marni atau kekasihnya. Dilematis seorang duda cap direktur.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bersambung... hari ini dua kali up semoga gak bosen 😁 Akoh nulis perbab nya lumayan lama, jadi kalian kasih tips dengan like ajah, gpp, gak repot kok tekan 👍 doank mah hihi Terimakasih 😘