Ketika dendam dan cinta datang di waktu yang sama, pernikahan bak surga itu terasa bagai di neraka.
“Lima tahun, waktu yang aku berikan untuk melampiaskan semua dendamku.”_ Sean Gelano Aznand.
“Bagiku menikah hanya satu kali, aku akan bertahan sampai batas waktu itu datang.”_ Sonia Alodie Eliezza.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi_Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 : Ingin Jujur Tapi Terlarang
...🌼...
...•...
...•...
“Ya gimana Bu, dia suamiku, lagian aku juga cinta sama dia, kalau aku nggak bertahan lalu mau ngapain? Bagiku menikah dengan dia saja sudah hal yang luar biasa karena Ibu tau kan, dulu aku sempat kehilangan dia,” jelas Sonia dengan tangan yang masih sibuk mengolah bahan makanan.
“Yang ibu heran, kenapa kamu tidak memberitahu saja alasanmu meninggalkan dia dulu, kenapa kamu begitu tertutup begini baik sama ibu bahkan sama suamimu sendiri?”
“Belum waktunya, Bu, nanti jika udah ada waktu yang tepat, aku akan bilang sama Sean semuanya.”
“Jangan sampai rumah tanggamu hancur lebur, baru bilang.”
“Aku nggak akan biarin rumah tanggaku begitu Bu, semampuku, pasti akan aku pertahankan.”
“Semoga Allah memudahkanmu ya, Nak.”
“Aamiin.”
Fian yang tak sengaja mendengar percakapan ibu dan anak itu langsung bersedih, dia berjalan menuju meja makan dengan langkah gontai.
“Apa aku harus bilang hal ini juga sama Bang Sean? Tapi diliat-liat, rumah tangga mereka baik-baik aja sekarang,” lirih Fian sendiri.
Tak lama Sonia menata makanan di meja makan, dia menepuk pundak Fian yang tengah bermenung.
“Kenapa sih? Kesambet baru tau.”
“Son, sini deh duduk,” pinta Fian, Sonia duduk di kursi sebelahnya. ”Ada apa?” tanya Sonia ketika wajah Fian sangat serius tak seperti biasanya.
“Gimana kalau aku ceritakan semuanya pada Bang Sean, aku kasian sama kamu, kata Bang Kenzo kamu sering dianiaya sama Bang Sean ya?”
“Fian, laki-laki itu yang dipegang janjinya, kamu udah janji sama aku kalau kamu nggak akan bilang hal ini pada siapapun terutama Sean, aku akan sangat membencimu jika hal itu bocor darimu.”
“Tapi mau sampai kapan hal ini akan kita sembunyikan Sonia? Aku kasian liat kamu, sampai sekarang si ikal lele itu masih saja mengancam ku untuk mencelakai mu, aku bingung Son.”
“Udahlah Fian, jika tanganmu yang mencelakaiku karena ancaman Nila ya aku ikhlas, aku nggak akan marah sebab aku tau kamu di bawah ancaman dia, tapi kalau kamu yang bicara mengenai hal itu pada Sean, aku akan membencimu.” Mendengar ancaman Sonia begitu ya Fian tidak mau, dia tidak ingin dibenci oleh ipar kesayangannya.
“Maafkan aku Son, bahkan dari dulu aku tidak bisa melindungimu, aku selalu mengutuk diriku sendiri dengan berbagai kejahatan hanya untuk melampiaskan kekesalan pada diriku ini yang tidak bisa menjadi penolong untukmu.”
“Sudahlah jangan begitu menyesali semuanya, aku tau kalau kamu anak baik. Aku mau panggil Sean dulu ya buat sarapan, nanti kita bisa ngobrol lagi.” Fian hanya tersenyum dan mengangguk.
Sonia seakan teringat dengan ucapan Fian mengenai kejahatan, dia tidak pernah tahu kejahatan apa yang telah diperbuat adik iparnya itu. Sonia kembali ke meja makan dan duduk di samping Fian, menatap lekat wajah Fian.
“Kamu bilang tadi kejahatan? Kejahatan apa yang sudah kamu lakukan?” tanya Sonia. Fian menarik dalam nafasnya dan menghembuskan dengan kasar.
“Aku ini pengedar obat terlarang, membunuh orang, begal, suka mabuk-mabukan dan juga sering memperkosa gadis-gadis di luaran sana.” Sonia kaget mendengar pengakuan Fian, dia menutup mulutnya dengan telapak tangan saking tidak menyangka kalau perbuatan Fian akan sejauh itu.
“Kamu nggak lagi bercanda kan, Fian?”
“Enggak, dia serius,” sahut Sean yang sudah ada di dekat mereka, Sean duduk di kursi utama, Sonia segera menghidangkan makanan untuk suaminya, ada susu, roti bakar dan juga bubur ayam. Sonia tidak lagi bertanya karena sudah dipastikan kalau Sean mengetahui semuanya.
“Kenzo nggak dipanggil?”
“Paling dia bangun siang nanti Sayang, kita sarapan aja dulu. Dan untuk kamu Fian, semua keperluanmu sudah aku siapkan, kau bisa berangkat siang ini ke Hungaria, tatalah hidup baru di sana dan kembalilah padaku dengan hidup yang lebih baik,” pesan Sean pada Fian.
Fian beranjak dari kursinya dan memeluk kaki Sean, Sonia begitu terharu melihat kehangatan kakak beradik ini.
“Terima kasih Bang, terima kasih banyak, aku janji akan berubah seperti dulu, saat mama kita masih hidup dan aku berjanji akan membuatmu bangga,” janji Fian dengan air mata yang sudah membasahi pipinya, Sean hanya mengusap kepala adik bungsunya itu.
“Kita hanya berdua, kita harus buktikan pada dunia kalau kita adalah yang terbaik,” kata Sean.
“Iya Bang, aku akan membuktikannya.”
Sarapan kali ini penuh momen haru, mereka sangat menikmati kebersamaan.
Sonia dan Sean sudah siap untuk berangkat kerja, Fian juga sudah pamit pada mereka untuk pergi nanti. Saat Sonia sudah ada di dalam mobil, Fian menghentikan Sean dan meninggalkan pesan pada kakak laki-lakinya itu.
“Jagalah Sonia, dia tidak punya pelindung selain dirimu, banyak yang mengincar nyawanya dan tak sedikit yang menyukainya, jika dia lepas darimu bisa dipastikan kau tidak akan mendapatkannya kembali. Dia hanya punya dirimu, selama ini dia berjuang dan berkorban hanya untukmu, kau harus menjaganya,” pesan Fian yang seakan memberikan sebuah clue pada Sean, Sean menyadari hal itu.
“Aku tau itu, terima kasih sudah menyayangi dia sebagaimana mestinya.” Sean memasuki mobil dan menuju ke toko Sonia terlebih dahulu.
“Kamu hati-hati ya, nanti jangan lupa belikan aku cimol yang ada di dekat kantormu kalo mau jemput,” pesan Sonia sambil mencium punggung tangan Sean.
“Siap Sayang, tenaganya jangan di paksakan, nanti sakit lagi.” Sean lalu mengecup kening Sonia.
Sonia segera membuka tokonya, sekarang sudah menunjukkan pukul 06.56 jadi masih ada waktu empat menit lagi untuk karyawannya datang.
Sonia beberes terlebih dulu sembari menanti Andre, Indah, Naya, dan Lidia datang, setelah mereka datang, saatnya bersiap untuk membuka toko.
Andre dan Sonia langsung menuju tempat memasak, mereka menyiapkan orderan yang akan dijemput nanti siang.
“Udah buka kak?” tanya seorang gadis pada Indah.
“Udah kak tapi kuenya masih di masak,” jawab Indah.
“Lama nggak kak?” tanya gadis itu lagi.
“Ya lumayan kak karena kita baru banget buka,” jawab Indah selembut mungkin.
“Aku balik nanti aja ya kak.” Gadis itu meninggalkan list pesanannya pada Indah.
“Oke kakak.”
Indah dan Lidia kembali beberes sedangkan Naya ikut ke dapur untuk membuat kue.
Sonia kembali kepikiran dengan sikap Fian yang sudah berbuat terlalu jauh, hingga untuk meracik adonan kue jadi salah. Andre membuyarkan lamunan Sonia dengan menyentuh bahunya.
“Kak, sehat kan?” tanya Andre.
“Sehat kok. Kepikiran sesuatu aja tadi,” kelah Sonia.
“Kayaknya diulang aja adonannya Kak. Itu pengembangnya Kakak masukin sangat banyak.” Sonia melotot kaget.
“Astaghfirullah. Iya ya, aduh maaf. Ya udah diulang aja adonannya, kamu kerjain yang harus diambil nanti siang aja ya, untuk stok di toko biar aku yang kejar.”
“Siap, Kak.”