Kembali Ke Masa Lalu

"Ibu.. apakah Ayah sudah kembali?" tanya Sania pada sang ibu yang sekarang sedang bersantai di taman belakan kediaman nya.

"Sudah, dia berada di ruang kerja nya, " jawab Mariana.

"Ayo kita temui Ayah Ibu.. akh tak sabar untuk membicarakan rencana kita kepada Ayah, " Sania tampak begitu bersemangat, karna rencana jahat nya akan segera di mulai.

Mariana dan Sania pun pergi ke ruang kerja Abra, dimana Abra saat ini sedang mengerjakan tugas nya yang begitu menumpuk.

"Sial.. aku pikir pekerjaan nya tak sebanyak ini, ternyata jadi dirinya tak seenak yang ku bayangkan, " gerutu Abra merasa malas dengan semua tugas yang harus dia kerjakan.

"Tuan, di depan ada Nyonya dan Nona muda, mereka ingin bertemu dengan anda, " lapor billy pengawal setianya.

"Mau apa mereka? mereka tak tau apa kalau pekerjaan ku begitu menumpuk?" Abra marah karna merasa terganggu.

"Biarkan mereka masuk, " Abra tak mungkin menolak mereka, bisa-bisa istri nya itu kembali curiga.

"Ayah.. apa aku mengganggu mu?" tanya Sania setelah berada di hadapan sang ayah.

"Selagi tidak terlalu lama kamu tak akan mengganggu Ayah sayang, " Abra tetap. memainkan peran nya menjadi ayah dan suami yang baik.

"Aku hanya sebentar Ayah, " Sania bisa melihat jika pekerjaan ayah nya itu begitu menumpuk.

"Jadi.. ada apa kalian menemui ku?" Abra langsung bertanya pada tujuan anak dan istri nya itu.

"Ayah.. bisakah kamu mebantu ku?" tanya Sania yang langsung pada intinya juga.

"Bantu apa sayang?" Abra langsung bertanya bantuan apa yang di pinta anak nya itu.

"Ayah bisakah Ayah mencarikan ahli racun untuk ku?" Sania tak mau berbasa-basi.

"Ahli racun!! memang nya racun apa yang kamu inginkan kan?" tanya Abra yang agak terkejut dengan permintaan sang anak.

"Suami ku.. Sania membutuhkan racun penghancur wajah, " Mariana yang menjawab, karna Sania keliahatan agak ragu.

"Penghancur wajah! untuk wajah siapa?" Abra makin terkejut mendengar jawaban itu.

"Untuk siapa lagi, kalau bukan untuk anak bodoh itu, " ujar Mariana sinis.

"Oohhh.. untuk Ciara, " Abra langsung tau orang yang mereka incar.

"Yang kamu benar Suami ku, racun itu untuk menghancurkan wajah Ciara, " Mariana menjawab dengan begitu semangat.

"Aku di pertemukan dengan wanita-wanita kejam, mereka akan menghancurkan apa saja yang menjadi penghalang untuk mereka, " monolog Abra dalam hati, merasa ngeri dengan rencana sadis istri dan anak nya.

"Ayah apakah boleh?" Sania takut ayah nya tak setuju.

Terlihat Abra seperti menuliskan sesuatu, lalu Abra menatap wajah sang anak dan istri nya yang juga menatap nya.

"Ini.. datang lah ke alamat ini, Ayah tak bisa langsung menemui orang itu, karna pekerjaan Ayah begitu banyak, jadi Ayah tak bisa meninggalkan pekerjaan Ayah, " Abra menyodorkan secarik kertas pada Sania, yang mana di kertas itu tertulis alamat seseorang yang Sania butuhkan.

"Aku sayang Ayah, " Sania tampak senang langsung memeluk tubuh Abra.

"Ayah juga, " Abra membalas pelukan Sania.

"Kalau begini kami pergi dulu sayang, " Mariana juga memeluk tubuh kekar Abra.

"Hum.. kalian berhati-hati lah, dan bawa beberapa pengawal untuk menemani kalian, " Abra terus bersikap seperti suami dan ayah yang baik.

Walaupun sebenarnya dalam hati dia merasa malas, apalagi dia harus berpura-pura manis pada Mariana.

………………………………………

"Suami ku.. bagaimana ke adaan mu, apa kekuatan mu sudah pulih kembali? tanya seorang istri pada sang suami yang baru. membuka matanya.

"Sedikit, hanya sedikit yang kembali, " jawab sang suami.

"Tak apa-apa, biarpun sedikit yang penting kembali, kita juga tak bisa begitu mencolok, " sang istri begitu senang dengan keberhasilan sang suami.

"Kau benar istri ku.. perlahan saja, yang penting kekuatan ku pulih kembali" ujar sang suami.

"Tapi.. bagaimana dengan Putri kita? apa dia akan baik-baik saja?" sang istri mengingat putri mereka, dia begitu mengkhawatirkan putri nya itu.

"Tenang lah.. aku yakin semuanya akan baik-baik saja, " sang suami menenangkan sang istri.

"Aku hanya khawatir padanya, " sang istri tampak sedih.

"Aku mengerti, karna aku juga sama mengkhawatirkan nya, maka dari itu kura harus berjuang, agar kekuatan kita kembali pulih, " sang suami terus memberikan rasa semangat pada sang istri.

"Kamu benar Suami ku, ayo kita sama-sama memulihkan kekuatan kita, " sang istri bersemangat kembali.

"Ayo Istri ku, agar kita sama-sama pulih dan keluar dari tempat kesengsaraan ini secepatnya" sang suami pun tak kalah semangat dari istri nya.

Sudah hampir dua minggu mereka terkurung di sini, di perlakukan tak layak dan kerap mendapatkan siksaan, belum lagi makanan yang di sediakan adalah makanan babi, mereka bertahan hidup hanya dengan mengandalkan makanan yang mereka sembunyikan di ruang penyimpanan, ruang penyimpanan itu pun mereka sembunyi kan, karna kalau di ketahui sudah pasti akan di rampas.

…………………………………

"Ayah... Ibu... aku sangat merindukan kalian" Dira tiba-tiba saja merindukan orang tua nya yang telah tiada.

"Ayah.. Ibu.. sebenarnya aku tak percaya kalian telah tiada, karna aku tak melihat langsung jasad kalian, meski kuburan kalian ada, tapi aku tak merasakan kalau itu kalian, " Ciara merasa ragu dengan jasad yang di temukan itu, karna dia tidak merasakan adanya ikatan dengan jasad tersebut.

Seandainya kalian masih ada seperti yang aku pikirkan, maka aku akan sangan merasa bahagia" Ciara terus bergumam seorang diri, karna dia tak mempunyai pelayan sama sekali.

"Hahhhh... apalah ari hidup jika tak ada kalian"

Ciara begitu sedih karna dia hanya seorang diri tampa ada yang menemani.

"Cincin" gumam Ciara memandang i jari manis nya yang kini di hiasi dengan cincin giok transparan.

Ciara mengelus cincin itu lembut, " Seandainya aku mempunyai ruang ajaib, pasti semuanya akan sangat menyenangkan, " Ciara mengucapkan kata itu dalam hati sambil terus mengelus lembut cincin tersebut.

"Ini.. ini, ini dimana?" Ciara terkejut karna mendapati dirinya berada di suatu halaman yang begitu luas, dan jauh di depan Ciara ada satu gubuk kecil yang indah.

"Selamat datang tuan, akhirnya kamu datang juga" keluh suara yang entah suara siapa.

"Siapa kamu?" Ciara menatap penuh brasa gemas pada makhluk kecil yang tiba-tiba muncul di hadapan nya.



"Aku penunggu ruang ajaib ini Tuan, kau lama sekali datang nya aku terlalu pegal menunggu kedatangan mu" Makhluk biru kecil itu berbicara dengan menggemaskan.

"Lucu nya... mahkluk apa kau ini? kenapa sangat menggemaskan sekali? dan tadi kamu bilang apa?? ruang ajaib, apa sekarang aku berada di ruang ajaib?" Ciara mencubit gemas pipi makhluk itu.

"Jangan begini Tuan kecil-kecil begini, usianya ku sudah ribuan tahun" makhluk itu merajuk atas perlakuan Ciara terhadap nya.

"Habis nya kau terlalu menggemaskan, jadi.. bisakah kamu jelas kan lebih rinci lagi padaku tentang tempat ini?" Ciara tetap merasa gemas pada makhluk itu.

"Tampat ini adalah ruang ajaib, hanya orang-orang terpilih saja yang bisa memiliki ruang ajaib seperti ini, dan Tuan adalah orang terpilih itu.

Yah... Bersambung