Ini hanya cerita karangan semata. Semoga bermanfaat.
Ini kisah cinta Viola Armada dan Yuko Eraser. Di lengkapi dengan misteri di balik kematian Lazio Eraser, Daddy nya Yuko Eraser.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15
Dua hari berlalu.
Lova menarik ponsel dari telinga, dia mendudukan pantat dikursi depan meja rias. Perkataan seseorang yang meneleponnya membuat otaknya sedikit berpikir.
"Apa benar ada tangan ketiga dibalik kematian suamiku, Laerrr? Tapi siapa?" Lova mengetuk bibir dengan sudut ponsel. Berpikir lebih keras lagi.
Tok tok tok!
Lova menoleh, dipintu sana ada seseorang yang mengetuk pintu kamarnya. "Siapa?"
Tok tok tok!
Lova terdiam karena tidak ada jawaban dari luar, tapi suara ketukan terus terdengar. Yuko atau Yuka kah yang mempermainkannya? Dasar anak-anak.
Lova beranjak dengan ponsel digenggaman. Dia membuka pintu dan, "Loh? Siapa sih?" Lova menatap sekitar kamar, tak ada siapapun. "Yuko! Yuka! Kalian jangan mengajak Mommy becanda!" teriaknya. Tapi tetap hening, tak ada sahutan.
Suasana rumah cukup sepi. Lova keluar kamar menuju lantai atas, tujuannya adalah kamar Yuka dan Yuko. Begitu sampai didepan pintu kamar mereka, Lova mengetuk pintu kamar satu persatu. Namun, sampai beberapa menit berlalu pintu mereka tidak ada yang dibuka.
Lova penasaran, dia membuka pintu kamar Yuko dan Yuka bergantian. Tapi kosong, Yuko dan Yuka tidak ada didalam kamarnya. Lova masuk lebih dalam, menilik kamar mandi keduanya bergantian. Dikamar Yuko kosong dan didalam kamar Yuka, samar, Lova melihat bayangan dari pintu kaca kamar mandi yang buram dengan suara gemericik air didalam sana.
"Huh, Yuka nih pasti yang tadi mengetuk pintu." monolog Lova. "Yuka! Tadi kamu ketuk pintu kamar Mommy, kan?" Lova bertanya, berdiri didepan pintu kaca kamar mandi.
Hening, suara gemericik air pun hilang, Lova bingung, kenapa Yuka diam saja? Apakah dia tengah sakit? Lova membuka pintu kamar mandi, kosong, tak ada siapapun. Lalu tadi itu bayangan siapa?
Lova merinding, gemetar, sekujur tubuh mendadak terasa panas, sesak, dan berpikir yang aneh-aneh. Perlahan Lova menutup pintu kamar mandi, pelan dengan perasaan was-was bahkan matanya memejam, Lova berbalik.
Bau anyir dapat dia rasakan dari hidungnya, Lova meneguk ludah, keringat bermunculan, mulutnya terbuka ingin bicara, tapi sulit. Jadilah Lova hanya bisa mangap-mangap tidak jelas.
Plukkk
Reflek, Lova membuka mata ketika ada sesuatu yang mengenai wajahnya. Didepan kakinya ada kertas, Lova mengambilnya, membacanya. Kedua matanya melotot melihat tulisan yang merah, bau anyir begitu menusuk hidung. Tulisan yang ditulis dengan darah bu.suk.
"Velix? Ponsel?" Lova terdiam, mikir. "Maksudnya apa?" Lova menatap sekeliling, tak ada siapapun disini. Lalu kertas ini dari mana? Dari siapa?
Lova jadi teringat Victor yang tadi meneleponnya, dia bertanya apakah mengetahui tentang sosok pria dibalik kematian Laerrr. Dan Lova tidak tahu, yang dia tahu Lova yang memutus rem mobil milik Laerrr, dan membuat kecelekaan itu terjadi, itu saja.
"Sepertinya aku perlu bertemu dengan Victor, aku ingin melihat rekaman itu,"
Lova keluar kamar Yuka dengan sedikit berlari. Kedua matanya bergerak tak tenang, bau anyir dan aura tidak enak mulai Lova rasakan lagi setelah sejenak tadi hilang. Lova semakin tak tenang saat bayangan hitam terlihat dari ekor matanya. Dibelakangnya.
"Aku memang bersalah. Maafkan aku," Suara Lova bergetar, menahan takut. Dia terus berlari menuju kamarnya, menutup pintu dan menguncinya, mencari nomor ponsel Victor dan menghubunginya dengan pandangan mata yang bergerak gelisah, berharap makhluk itu tidak menampakan diri didepan wajahnya.
"Hm," Suara dari seberang terdengar.
"Tuan Victor, bisakah kita bertemu sekarang? S-saya m-mohon," Lova menundukan wajah, dia merosot kelantai, dia tidak mau melihat wajah makluk yang buruk rupa bahkan satu mata itu pe.cah.
"Baiklah, ditempat yang sama."
"Baik," Lova menarik ponsel dari telinga karena telepon sudah dimatikan sepihak. Dengan ketakutan Lova berdiri, meraih kunci dan membuka pintu itu. "Tolooong... Ada hantuuu...!" Lova berteriak, berlari, meninggalkan sosok yang bau, buruk rupa, mata pe.cah, dan darah menetes dimana mana.
...----------------...
"Hah-hah-hah...! Maaf Tuan, saya sudah membuat Anda menunggu lama." Lova mendudukan pantat dikursi yang didepannya sudah ada Victor dengan wajah datar, menakutkan, dan penuh wibawanya.
Victor mendengus, menatap Lova jengah. "Anda terlihat berantakan," ucapnya tak peduli.
Lova tersenyum malu. Berantakan itu wajar karena Lova tidak sempat memperbaiki penampilan karena saking takutnya dengan hantu mata pe.cah itu. Lova mencoba merapihkan rambut yang sudah pasti berantakan, mengatur napas agar lebih rilex.
"Tuan maaf, tapi saya tadi baru saja diteror hantu itu lagi. Saya berpikiran bahwa hantu itu adalah arwah suami saya. Ini buktinya," Lova memberikan selembar kertas yang sangat bau itu.
Dengan ragu Victor menerimanya, menutup hidung karena tak kuat dengan bau bu.suknya. Victor mengerut kening melihat dan membaca tulisan itu. Tulisan yang terbuat dari darah bu.suk dengan penuh misteri.
"Velix? Ponsel?" Victor menggumam yang masih bisa didengar Lova. "Ponsel Velix? Mungkinkah itu maksudnya?"
Lova mendelik mendengar itu. "Ponsel Velix?"
Victor menatap Lova yang terlihat begitu terkejut. Menaruh kertas bau itu dan berkata, "Kejadian aneh apa saja selama Anda diteror? Mungkinkah arwah itu meminta kita membantunya?"
Lova terdiam, mencoba mengingat. "Tidak ada, hanya itu saja," Setelah lama mengingat memang tidak ada yang lain selain mendapat kertas itu.
Victor mengangguk, dia akan bicarakan ini pada Letnan.
"Tuan, maaf. Saya rasa setelah Anda menelepon saya mengenai orang ketiga dibalik kematian suami saya. Saya perlu melihat rekaman itu. Apa Anda mengizinkan?" Lova ragu tapi cukup penasaran seperti apa sosok itu. Mengingat dia begitu menyesal akan satu hal.
"Baiklah, lihat ini baik-baik." Victor mengambil ponsel dan memutar rekaman yang sudah dia salin keponsel, memperlihatkannya pada Lova.
Dengan serius Lova mengamati gerak-gerik dan postur orang yang berada dalam rekaman. Postur itu terasa tak asing dalam penglihatan Lova, tapi siapa? Sambil mengamatinya cukup serius Lova sembari mengingat siapakah pemilik postur tubuh itu.
"Apa Anda mengenali orang itu?" tanya Victor.
"Entah, tapi saya merasa tidak asing dengan postur tubuh si pria itu," jawab Lova masih dengan berpikir.
"Ohya? Beritahu saya jika sudah mengenalinya. Dan yang membuat saya bingung adalah. Motif Anda melakukan tindakan tidak terpuji kepada suami Anda sendiri,"
Lova terdiam.
"Saya sudah tahu motif Anda melakukan itu. Tapi apakah benar?" Victor menatap tajam Lova.
Lova menutup wajah sejenak, membuang napas dengan pelan. "Maaf Tuan, untuk itu cukup saya yang tahu. Karena itu adalah kesalahan saya, kalau begitu saya permisi. Terimakasih atas pertemuan kali ini. Saya harap Anda tidak bosan jika dilain hari saya ingin kembali bertemu," katanya, lalu pergi meninggalkan resto dengan perasaan bersalah yang semakin besar.