DILARANG DIBACA SEBELUM TIDUR!!!
Hanya untuk kalian yang sudah dewasa, yang sudah bisa tidur sendiri tanpa lampu😏
Cerita dalam novel ini akan membawa kalian pada malam mengerikan tanpa akhir. Malam panjang yang dingin dengan teman sekamar yang tanpa tahu malu tidak perlu patungan biaya kamar kos.
Bersama Penghuni kos lain yang tidak tercatat dalam buku sewa. Begitu sepi saat siang tapi begitu ramai saat malam. Dengan bayang-bayang penghuni sebelumnya yang sebenarnya tidak pernah pergi darisana.
Seakan mendapat diskon untuk sebuah keberanian sia-sia. Karena bayaran mahal yakni nyawa setiap malamnya.
Setiap inci gedung kos begitu tipis untuk menghalangi antara yang Hidup dan Mati. Dimana pagi adalah harta terindah yang telah kalian lupakan. Karena memang hanya untuk mereka yang sudah tidak punya pilihan lain.
Cerita horor ini sangat berbeda dari yang kau bayangkan.
Apakah Calista bisa melunasi atau masih berutang nyawa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ittiiiy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 34 : Suara Yang Menjadi Ramah Ditelinga
"Kau harus kembali ke kamarmu sekarang!" Shavira merasakan pagi sudah mulai tiba dan tidak bisa membiarkan Calista masih berada di kamar lain, apalagi sekarang terdengar ada suara besar dari luar pasti itu bukan karenanya saja tapi kehadiran Calista juga. Itu adalah suara dari bagian rumah yang jatuh dari langit. Keberadaan hantu lain dan tamu dari kamar lain sepertinya sangat berbahaya dan merusak.
"Elvara, aku tidak bisa menemanimu sampai pagi disini! Ini bukan kamarku!" Calista tidak tahu harus mulai darimana, hatinya juga tidak rela membiarkan Elvara disana sendirian walau pagi sudah dekat tapi rasanya Zivana masih akan sempat menyiksa habis-habisan Elvara saat datang.
"Jangan melihatku begitu, katakan saja apa yang bisa aku lakukan untuk bertahan hidup?" Elvara sebenarnya merasa berat hati mendengar itu tapi dia juga tidak mau egois menahan Calista disana. Meski keberanian sudah menjadi nama tengahnya tapi kembali sendirian berjuang setelah punya seseorang yang dapat diandalkan adalah mimpi buruk baru bagi Elvara.
Calista mengeluarkan kalungnya, "Ini kunci kamarku! Kau juga harus menjaga kunci kamarmu berada didekatmu. Untuk bisa kembali ke dunia manusia, kau harus disini sampai pagi dan kau harus tidur. Saat bangun, jika kau memiliki luka berarti tandanya kau berhutang dan selamat malam ini. Ini adalah akhir dimana aku bisa membantumu." Calista tidak tahu kalau kehabisan hal untuk membantu adalah sebuah ketidakberdayaan yang keras melukai hati nuraninya.
Elvara tersenyum, "Aku percaya diri bisa selamat dan menemuimu besok dengan luka ... Luka bekas perangku hahaha ...." tawa yang dapat dirasakan sangat dipaksakan.
Sementara Elvara membuat kuncinya menjadi kalung juga, Calista kembali keluar melihat menara.
"Kau memang sudah gila!" Shavira kembali membuat benda jatuh dari atas langit.
"Lihat apa yang kau lakukan?!" Calista menunjuk hujan kayu atau sebenarnya bagian rumah yang mulai hancur karena keberadaan Shavira disana padahal dia juga bagian dari itu tapi hanya menyalahkan Shavira, "Tapi biarlah ... Ini sepadan menurutku!" dengan Elvara yang sudah kembali ke kamarnya, membuat Calista mengabaikan segala akibat yang akan terjadi di masa depan.
Calista memperparah lukanya membiarkan darahnya mengalir keatas dan memperbaiki bagian menara yang rusak, "Apa aku tidak bisa memperbaiki ini dulu? Aku bisa kehabisan darah kalau memperbaiki seluruh menara ...." Calista melihat darahnya memperbaiki dari atas menara dulu, sementara sebenarnya kamar Elvara yang diinginkan cepat utuh kembali.
Sementara Elvara yang sudah menjadikan kuncinya sebagai kalung mulai memungut dan menaruh satu barang ke tempat semula sesuai ingatan terakhirnya, hingga akhirnya dia membersihkan kamarnya seluruhnya tanpa sadar.
"Dia akan tetap tahu kalau makanannya kembali ke kamar apapun yang kau lakukan saat ini untuk menyembunyikan, dia akan tetap ketahuan!" Shavira membuat menara itu bergetar karena emosi dari Shavira yang sepertinya bisa dirasakan oleh tempat itu juga.
"Apa ini gempa? Oh, kukira kau sudah pergi ...." Elvara melihat kembalinya Calista dan melupakan getaran yang bahkan bisa dirasakan sampai di dalam kamar kos padahal itu terjadi di lapisan dunia lain, "Kau tidak apa-apa?" Elvara melihat Calista begitu pucat saat terkena sinar bulan dari jendela kamarnya, "Apa karena lukamu? Tapi kurasa tidak separah itu, coba kulihat! Aku punya P3K! Atau aku bisa menyembuhkanmu ...." Elvara ingin melukai dirinya sendiri lagi tapi dihentikan Calista.
"Tidak, aku tidak apa-apa dan itu sepertinya tidak berlaku di kamar ini hehe ...." Calista tidak mau memperlihatkan lukanya yang sudah semakin melebar akibat dirinya sendiri. Dia menyembunyikan lukanya dibelakang punggungnya, "Aku hanya bisa keluar lewat pintu sana!" Calista memaksakan tertawa.
"Jadi begitu ...." Elvara membukakan pintu dengan kunci yang sudah tergantung dilehernya.
"Kau kira aku bisa kemana dari luar sana?!" Calista memulai lelucon yang dipaksakan, "Ingat, aku tahu saat kau membuka pintu ... Yang ada dipikiranmu adalah lari dari kos ini ...." Calista memperingatkan.
"Aku tahu, mau laripun disini bukan dunia manusia ... Kau sudah memberitahuku tadi! Aku tidak sebodoh itu!" Elvara heran dengan Calista yang menasehatinya seperti anak SD.
"Walau kau tidak bisa tidur, tutup saja matamu." Calista masih punya banyak hal yang ingin dikatakan.
"Kalau kau terus begini, kau akan bermalam disini ...." Elvara mendorong Calista keluar dari kamarnya.
"Teman sekamarmu kemungkinan datang melihatmu sudah kembali kesini, tapi apapun yang terjadi jangan sentuh apapun yang mencurigakan. Itu akan membawamu kembali ke dunia buatan yang menyebalkan itu." Calista mencegah Elvara menutupkannya pintu.
"Aku tidak sepolos dulu lagi Calista ... Aku bisa menjaga diriku sendiri sekarang! Percayalah!" Elvara berusaha mendorong kaki Calista yang menghalangi pintu.
"Dia itu sangat licik, pasti akan melakukan apa saja untuk menipumu. Dan kau sudah terikat dengannya, dia tetap bisa melakukan hal buruk padamu meski kau bukan di dunia buatan. Hal penting lainnya adalah dia itu hantu. Kau harus ingat itu!" Calista dengan rela kini membuat Elvara menutupkannya pintu. Perlahan terlihat banyak debu berterbangan, sebenarnya itu kulit yang melindungi Calista otomatis menghilang saat keluar dari kamar Elvara.
"Setidaknya kau sudah paham sebagian besar ...." akhirnya Shavira bisa bebas berbicara karena bukan lagi di kamar Elvara, "Cepat masuk ke dalam kamarmu! Tidak lama lagi festival selesai ...."
"Dia akan baik-baik saja kan?" Calista berat hati melangkahkan kakinya jauh dari kamar Elvara.
"Khawatirkan dirimu sendiri! Lehermu bisa keseleo kalau kau terus berbalik begitu! Kau baru saja mendonorkan separuh darah yang ada dalam tubuhmu untuk mendekorasi ulang rumah hantu harusnya itu yang kau khawatirkan sekarang." Shavira menyindir Calista yang sebenarnya telah memperbaiki menara dengan banyak darahnya. Walau tak sepenuhnya kembali seperti semula tapi lubang besar di menara Elvara sudah tertutup. Tidak memperlihatkan dengan jelas bahwa Elvara merusak menara dan kembali dengan selamat di kamarnya. Meski Zivana pasti akan bingung bagaimana Elvara bisa kembali.
"Aku harus ke rumah sakit setelah pagi tiba ...." Calista merasa sangat pusing.
"Meski begitu, kau tidaklah terlalu buruk ... Kau bisa memasuki tempat yang mustahil dan berhasil membawa kembali orang yang ingin kau selamatkan. Kau berhasil!" Shavira memuji dengan cara yang berputar-putar dan tidak jelas.
"Elvara saja begitu jauh rasanya, bagaimana dengan mereka yang sudah lama berada disini ... Bagaimana aku menyelematkan mereka?" Calista membuat Shavira memunculkan dirinya.
"Mereka katamu?! Kau tidak bisa menyelamatkan siapa-siapa lagi, kau ingat! Kau sudah bebas besok!" Shavira menarik kunci di leher Calista dan membuka kamarnya dengan kasar sambil Calista harus ikut terseret karena tidak mau kalungnya itu putus.
Calista berusaha untuk tetap tenang meski kaget dengan melihat kembali wujud fisik Shavira, "Aku tahu, tapi Elvara masih disini ... Aku tidak mungkin bebas sedangkan dia masih disini." Calista tegas dengan keputusannya, "Aaaaak!" leher Calista dililit oleh leher Shavira untuk ditarik masuk kedalam kamar karena para hantu lain sudah berdatangan di dunia kedua itu.
Shavira mengunci sendiri pintu kamar karena Calista masih merasakan sakit dengan lehernya, "Thankyou!" Calista sambil terbatuk-batuk melihat Shavira mengunci pintu.
Shavira tidak habis pikir dengan apa yang baru saja didengarnya. Dia sangat kesal dengan Calista yang keras kepala dan tidak mau diatur, "Persiapkan barang-barangmu! Saat pagi tiba kau langsung keluar dari kos ini!" Shavira tidak mau tahu.
"Kau seperti pemiliki kos saja yang mengusirku ...." Calista menyeret dirinya dengan malas ke atas tempat tidur dan membalut luka ditangannya menggunakan selimut untuk menghentikan pendarahan, "Aku mau tidur sebentar!" Calista melihat jam, masih ada waktu sebelum matahari terbit.
"Aku pemilik kamar ini! Sebagai teman sekamar, aku tidak mau lagi sekamar denganmu!" Shavira mengomel tapi Calista sudah tertidur. Suara Shavira perlahan menjadi normal ditelinga Calista dan tidak menakutkan lagi.
...-BERSAMBUNG-...
"jiwamu akan tinggal dan tubuhmu akan jadi makan malam mereka"
aku sampai merinding
Ini kyk smacam misi yg harus di ungkap