Ruang Kekayaan Pribadiku

Jhon menceritakan semua yang terjadi padanya, termasuk segala sesuatu yang mampu dilakukan oleh Wesley pada Tuan Convey. Semakin banyak mendengarnya semakin tertarik pula sang Patriak Keluarga Branchester untuk berhubungan dengan sang Pertapa Agung.

“Mengangkat sesuatu seberat 500 kg seorang diri, lalu dapat menyimpan barang di dalam sebuah sub-ruang, dia pun bisa pergi menghilang begitu saja, bahkan memiliki kemampuan menyembuhkan.”

“Sangat sulit untuk dipercaya, apakah manusia memang mampu melakukan hal-hal seperti itu?” tanya William, Kepala Pelayan Keluarga Branchester yang menyimak cerita dari Jhon dengan takjub.

“Sayangnya..., Orang yang kita bicarakan ini telah melewati batas kemanusiaan dengan sesuatu yang ia sebut sihir.”

“Karena itu, daripada berselisih paham dengan sesuatu yang tidak kita ketahui, aku berpikir akan lebih baik kalau kita berjabat tangan dengannya,” imbuh Tuan Convey.

Jhon dan William menganggukkan kepalanya setuju, itu adalah keputusan bijak dari Tuannya.

“Karena Tuan Pertapa Agung dapat memberikan keuntungan pada kita dengan mudah, maka selalu ingatlah ini..., Dia juga mampu memberikan kerugian dengan gampang hanya dengan membalik telapak tangannya.”

“Jadi perlakukanlah dia dengan hati-hati,” tutur sang Patriak Keluarga Branchester.

“Kalian terus membicarakan kemampuan sihir orang itu, tapi tidak ada satupun dari kalian yang menyinggung penampilannya.”

“Paman Jhon..., Apakah si Pertapa atau apalah itu tampan?” tanya Celia sembari merengut, dia benar-benar serius dengan pertanyaan yang telah ia lontarkan.

“Umm..., Tidak terlalu. Daripada disebut tampan..., Dia lebih terlihat...,”

“Memiliki pesona pria yang kuat,” potong Tuan Convey.

“Ya! Seperti yang Tuan Besar katakan, Tuan Pertapa Agung memiliki pesona pria yang kuat.”

“Ih! Apasih gak paham,” decak Celia.

“Begini, apa yang Nona pikirkan ketika melihat serigala putih di Padang salju?”

“Indah?” jawab Celia.

“Nah! Kalau begitu Tuan Pertapa Agung bisa diibaratkan sebagai serigala hitam di malam hari, tatapan tajamnya itu menimbulkan rasa bahaya, dan keberadaannya benar-benar tak terbantahkan.”

Tuan Convey mengangguk kecil, dia sangat sependapat dengan Pengawalnya itu.

“Hmph! Tetap tidak bisa aku mengerti! Berikan nomornya! Akan aku hubungi dia dan aku lihat sendiri bagaimana penampilannya!”

“No-nona?!”

Sekarang ikatan hubungan mutualisme dengan Keluarga Branchester telah terbentuk, sekali lagi pondasi yang diperlukan oleh Wesley untuk berdiri di kota New Thorthon menguat, meskipun..., Dirinya tidak dikenal lagi sebagai salah satu pengusaha sukses di kota itu.

***

Sore harinya di Ygdrassil, di bawah naungan Pohon Gloumbeg yang merupakan pohon tertinggi di hutan itu. Para Goblin berkumpul setelah Pertapa Agung mereka kembali.

Keempat Hobgoblin menerima pakaian dan juga belati untuk pertahanan diri.

“Tuan Pertapa Agung, ini adalah pakaian yang sangat nyaman,” ujar Goktug.

Dia dan dua Hobgoblin pria yang lain menerima kaos tanpa lengan sebagai atasan, dan celana Jogger yang bisa melar demi kenyamanan pergerakan mereka.

Kaos dengan kain yang agak berongga itu memudahkan udara untuk masuk, cocok sekali dengan mereka yang selalu tidak mengenakan atasan.

“Karena kita menggunakan pakaian dari dedaunan dan kulit binatang, terkadang ada perasaan gatal yang mengganggu,” ucap Gorosu.

“Syukurlah kita menerima kebaikan dari sang Pertapa Agung,” imbuh Gonda.

“Tuan Pertapa, saya tidak mengerti cara memasangkan ini. Bisakah anda datang dan membantu?” tanya Goria.

Dia menutup kedua buah dadanya dengan satu tangan, sedangkan tangan yang lain melambai-lambaikan Bra yang Wesley belikan untuknya.

Wesley yakin Hobgoblin cantik itu hanya tidak tau cara menggunakan Bra dengan benar, dia sama sekali tidak ada niatan untuk menggoda Wesley.

Mungkin.

“Saat kalian berevolusi nanti, penampilan kalian akan terlihat seperti Goria. Aku tidak ingin mengajarkan hal seperti ini pada kalian satu persatu, jadi sebaiknya kalian perhatikan ini baik-baik,” ucap Wesley menahan rasa malu sekaligus tegangnya.

Para Goblin wanita pun menaruh perhatian serius pada dirinya, sedangkan para Goblin pria diminta untuk pergi.

Wesley yang berdiri di belakang Goria bisa melihat bagaimana indahnya lekuk tubuh wanita itu, tengkuk serta bahu yang mulus nan mengkilap, serta garis cekung yang menggaris punggungnya. Itu adalah gabungan keindahan yang membuat para pria akan menelan saliva mereka.

Gulp!

‘Sebagai orang yang memimpin mereka aku tidak boleh terlihat mesum, tunjukkan wibawamu Wesley! Anggap saja kau sedang mengajarkan putrimu mengganti baju!”

‘Tak boleh ada nafsu, tak boleh ada nafsu!’ teguh Wesley berulang-ulang di dalam hati.

“Goria..., Sekarang membungkuklah sedikit,” pinta Wesley.

“Seperti ini?”

Boing!!

Kenyal tapi bukan puding, memantul pun bukan bola basket. Tekstur yang luar biasa itu jelas..., Papayuda!

Rona di wajah Wesley semakin terang, fokus yang terbuyar itu membuat tangannya yang memegang Bra gemetar.

“Ba-bagus! Untuk memasang Bra kalian perlu membungkuk sedikit. Dengan cara ini, payudara kalian akan menempel secara alami dengan wadah penyangganya.”

“Setelah itu kaitkan bra kalian di belakang punggung, pastikan untuk tidak mengaitkannya terlalu ketat karena bisa menyebabkan gatal dan juga ruam.”

“Seperti ini!”

Wesley mencoba memasangkan pengait terlonggarnya, tapi dia tidak mengira kalau masih tersisa cukup banyak jarak sampai Bra-nya berhasil dikaitkan.

'Eh? Kok??'

Gulp! Sekali lagi dia menelan salivanya.

‘Karena tau kalau milik Goria itu besar aku sengaja memilih Bra dengan ukuran Oversize, tapi kenapa ukurannya masih saja meleset dari perkiraanku? Ahh! Serahlah! Pasang saja!’

Wesley langsung mengaitkan saja Bra itu, karena pergerakannya yang cukup tiba-tiba, Goria pun melenguh, “Ahnnn!!” dengan manjanya sembari melentingkan punggung.

‘Hei! Berpose seksi seperti itu jelas pelanggaran!’ seru Wesley dalam hati.

"Bisakah setidaknya anda lebih lembut, Pertapa Agung?" lirih Goria menatap Wesley sembari menyibakkan rambut ikal panjangnya.

Rupa menawan Goria benar-benar membuat Wesley hilang ketenangan.

“Setelah selesai kalian hanya perlu membenarkan tali yang dikaitkan di bahu kalian, mengerti?” ujar Wesley cepat, dia memalingkan wajah untuk menyembunyikan seberapa banyak dia telah bersemu.

“Tuan Pertapa Agung, rasanya ujung buah dada saya tidak berada di tempat yang benar.”

“Kalau begitu kau hanya harus meletakkannya ke tempat yang seharusnya, selipkan tanganmu ke dalam Bra-nya dan betulkan sendiri,” kata Wesley.

‘Ya ampun, apa dia ingin aku menyentuhnya secara langsung?’ dalam hatinya.

Ctakk!! Bra yang dikenakan oleh Goria pun langsung terlepas begitu dia menyelipkan tangannya.

Seperti halnya sebuah tanggul yang tidak dapat menahan banyaknya volume air yang tertampung, Bra itu pun jebol.

Boing! Boing! Dua buah kembar itu bergoyang dan saling beradu, para Goblin hanya melihat hal itu dengan wajah terkesima.

'Apakah kami akan terlihat semenawan Goria jika sudah berevolusi? Tuan Pertapa Agung terlihat sangat tertarik dengan penampilan Goria. Kalau begini..., bukankah kita harus secepatnya berevolusi?!'

Tanpa Wesley ketahui semangat para Goblin wanita untuk berevolusi telah meningkat pesat.

“Sepertinya aku harus menghampiri toko pakaian sekali lagi, Haa....,”