NovelToon NovelToon
Star Shine The Moon

Star Shine The Moon

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Cinta Murni
Popularitas:513
Nilai: 5
Nama Author: Ulfa Nadia

Setelah kecelakaan misterius, Jung Ha Young terbangun dalam tubuh orang lain Lee Ji Soo, seorang wanita yang dikenal dingin dan penuh rahasia. Identitasnya yang tertukar bukan hanya teka-teki medis, tapi juga awal dari pengungkapan masa lalu kelam yang melibatkan keluarga, pengkhianatan, dan jejak kriminal yang tak terduga.

Di sisi lain, Detektif Han Jae Wan menyelidiki kasus pembakaran kios ikan milik Ibu Shin. Tersangka utama, Nam Gi Taek, menyebut Ji Soo sebagai dalang pembakaran, bahkan mengisyaratkan keterlibatannya dalam kecelakaan Ha Young. Ketika Ji Soo dikabarkan sadar dari koma, penyelidikan memasuki babak baru antara kebenaran dan manipulasi, antara korban dan pelaku.

Ha Young, yang hidup sebagai Ji Soo, harus menghadapi dunia yang tak mengenal dirinya, ibu yang terasa asing, dan teman-teman yang tak bisa ia dekati. Di tengah tubuh yang bukan miliknya, ia mencari makna, kebenaran, dan jalan pulang menuju dirinya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ulfa Nadia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

제14장

Ha Young bersama Yeo Jin tengah duduk di sebuah kafe kecil yang tenang. Di hadapan mereka, dua cangkir kopi mengepulkan aroma hangat. Seperti biasa, Ha Young memilih cappuccino dengan sedikit cream di atasnya kopi favoritnya yang sudah lama ia hindari sejak sembuh dari penyakit maag.

Namun kali ini, ia hanya memandangi jam tangannya dan sesekali menatap jendela luar. Ia belum menyentuh kopinya. Tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya sejak mereka duduk. Pikirannya masih terjebak pada satu hal: tuduhan pembunuhan terhadap ayahnya.

Yeo Jin mulai gelisah. Ia menyangka Ha Young sedang marah padanya.

“Ha Young-ah,” panggil Yeo Jin pelan, mencoba membuka pembicaraan.

Ha Young menoleh, matanya sedikit kosong. “Ada apa, Manager Seo? Kenapa wajahmu begitu? Apa kau sedang tidak sehat?”

“Tidak, aku baik baik saja” jawab Yeo Jin, tersenyum canggung. “Hanya saja... hari ini kau sangat diam dan tak banyak bicara. Apa kau sedang marah padaku?”

Ha Young menggeleng pelan. “Apa yang kamu bicarakan? Kenapa aku harus marah padamu. Aku hanya sedang memikirkan sesuatu.”

Yeo Jin menghela napas lega. “Aku lega mendengarnya, kalau kamu tak marah padaku.”

Ia kembali tersenyum, kali ini lebih hangat. “Ah, mengenai kepindahanmu ke agensi lain... aku sudah mengatakannya pada wartawan Kim. Ia akan memuat beritanya setelah kita menandatangani kontrak dengan Mirae Agency.” Ha Young mengangguk pelan, tapi pikirannya masih jauh. Di antara aroma kopi dan suara pelan dari pengeras suara kafe.

“Baiklah, aku akan percayakan semuanya padamu,” ujar Ha Young pelan, matanya menatap Yeo Jin dengan tenang. “Jadi, kapan kita akan menandatangani kontraknya?”

“Lusa, di World Hotel,” jawab Yeo Jin, senyum mulai mengembang.

“Kerja bagus, Manager Seo,” puji Ha Young, membuat Yeo Jin tampak gembira. Ia jarang mendapat pujian langsung dari Ha Young, dan kali ini terasa berbeda hangat, tulus, tapi juga... penuh beban.

Seketika, Ha Young melirik ke arah pintu masuk kafe. Sosok yang ia tunggu akhirnya datang. Ia melambaikan tangan, senyumnya muncul sejenak.

Yeo Jin menoleh dan terkejut. “Oh... Detektif Han Jae Wan?”

Jae Wan berjalan mendekat, langkahnya tenang namun penuh intensitas. Ha Young mempersilakannya duduk di kursi kosong di hadapannya.

“Aku benar-benar tak tahu harus mengatakan apa,” ujar Ha Young, suaranya sedikit gemetar. “Tapi aku sangat berterima kasih karena kamu sudah mau datang kemari.”

Jae Wan mengangguk. “Ha Young ssi, jadi hal apa yang harus kubantu untukmu?”

Ha Young menatapnya dalam-dalam, lalu berkata dengan suara yang tegas namun pelan, “Aku ingin melaporkan kasus pemukulan... ayahku terhadap manajerku, Seo Yeo Jin.” Tuturnya dengan percaya diri

Yeo Jin terdiam. Matanya membesar. “Ha Young-ah... k-kamu...” ujarnya gagap, suaranya nyaris tak terdengar.

Ia bangkit dari kursinya, lalu berlutut di samping Ha Young. “Aku mohon... jangan lakukan ini, Ha Young-ah. Kumohon...”

“Apa yang kamu lakukan, Manager Seo? Tolong bangunlah, jangan seperti ini” pinta Ha Young, suaranya gemetar saat ia memapah Yeo Jin yang masih berlutut di lantai kafe.

Namun Yeo Jin menggeleng, air matanya mulai mengalir. “Tidak, Ha Young. Kamu salah. CEO Jung tidak bersalah. Aku yang salah. Wajar saja jika dia melakukan itu padaku.”

Ha Young menatapnya dengan mata yang mulai memerah. “Hentikan, Manager Seo. Kamu tahu apa yang sudah ayahku lakukan padamu. Itu bukan kesalahanmu. Dan kamu tidak berhak mendapat perlakuan seperti itu.”

Jae Wan yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. “Lalu jika CEO Jung kamu laporkan... apa managermu bisa hidup tenang?”

Ha Young terdiam. Pertanyaan itu menggantung di udara, menampar sisi emosional yang selama ini ia tutupi.

Yeo Jin menyela, suaranya pelan namun tajam. “aku tidak masalah dipukul CEO Jung, namun jika kamu melaporkan ayahmu karena aku, maka hubungan kamu dan ayahmu akan semakin buruk. Aku tidak ingin menghancurkan hubunganmu dengan ayahmu?”

Ha Young menatapnya lama, lalu menjawab dengan suara yang nyaris berbisik. “hubungan yang kamu bicarakan itu... tidak pernah ada. Selama ini aku menjalani kehidupanku sendiri. Jadi kamu gak perlu khawatirkan aku.”

Yeo Jin menggenggam tangan Ha Young, matanya dengan sangat menunjukkan permohonan yang mendalam. “Sekali ini saja, Ha Young-ah... kamu benar-benar pikirkan dirimu. Selama ini kamu hidup dengan semua kebencian pada ayahmu. Dan kali ini, jika gara-gara diriku kamu semakin membenci dia... sungguh, aku akan menyesal seumur hidupku.”

Ha Young terdiam. Pandangannya jatuh pada wajah Yeo Jin yang memelas, bukan karena takut... tapi karena trauma yang tak ingin diungkit lagi. Ia hanya ingin menolong. Tapi ternyata, orang yang ingin ia lindungi... justru menolak perlindungan itu.

Ia merasa kesal. Bukan pada Yeo Jin. Tapi pada ayahnya. Pada sistem yang membuat orang-orang baik merasa bersalah atas luka yang bukan mereka ciptakan.

Han Jae Wan menatap Ha Young yang bersikeras ingin melindungi Yeo Jin, meski sang manajer menolak bantuan itu dengan air mata dan rasa bersalah. Di mata Jae Wan, sikap Ha Young bukan sekadar keberanian itu adalah bentuk cinta yang tak ingin membiarkan orang lain menderita sendirian.

Dan saat Jae Wan melihat cara Ha Young menggenggam tangan Yeo Jin, ia teringat pada masa lalu. Pada seseorang yang pernah ia kejar... dan gagal ia pahami.

...

Beberapa tahun lalu.

Jae Wan berlari menyusuri lorong gang, mengejar seorang gadis yang ia kenal sejak kecil. Gadis itu berjalan cepat, wajahnya penuh amarah. Ia menarik lengannya, mencoba menghentikannya.

“Ji Soo-ya!” serunya.

Namun gadis itu menepis tangannya dengan kasar. Ia berbalik, menatap Jae Wan dengan mata yang menyala.

“Ji Soo, apa kamu akan terus menyalahkan Ibu Shin? Dia juga menderita karena ini,” ujar Jae Wan, mencoba menjelaskan.

Ji Soo menggeleng, suaranya gemetar. “Kamu gak tahu tentang keluargaku, Han Jae Wan. Wanita itu telah merebut ayahku dari ibuku... dan juga aku.”

Ia menahan air mata. “Lalu apa aku harus menyukainya karena sekarang dia menjadi ibu tiriku? Justru karena wanita itu... ayahku sekarang tiada.”

Jae Wan menggeleng. “Itu semua gak benar. Ibu Shin gak merebut ayahmu. Ibumu yang memintanya untuk menikahi ayahmu... karena saat itu ibumu sakit keras.”

Ji Soo menatapnya tajam. “Apa itu masuk akal? Ibu kandungku bahkan masih menjadi istri ayahku saat itu.”

Suara pelan terdengar dari belakang mereka. “Itu benar, Ji Soo yaa.”

Ibu Shin muncul, wajahnya tenang namun penuh luka. “Ibumu memintaku saat dia sekarat di rumah sakit. Dia tidak ingin kamu kehilangan figur ibu setelah dia pergi.”

Ji Soo melangkah mendekat, matanya berkaca. “Apa yang ibuku lakukan padamu... sehingga kamu tega merebut suaminya? Kenapa kamu harus mengkhianati ibuku, padahal kalian adalah teman?”

Ibu Shin menatapnya dalam-dalam, lalu meletakkan tangan di bahu Ji Soo. “Aku tidak merebut ayahmu. Dan aku tidak mengkhianati ibumu. Aku hanya... memenuhi permintaan terakhirnya. Tapi aku tahu, itu tidak membuat semuanya mudah untukmu.”

“AKU TIDAK MAU DENGAR APA PUN YANG KAMU KATAKAN!” teriak Ji Soo sambil menutup telinganya. “Kau adalah wanita yang telah menghancurkan keluargaku. Karena dirimu, ibuku meninggal... dan sekarang ayahku juga tiada!”

“Aniya, Ji Soo-ya... bukan aku,” ujar Ibu Shin, suaranya gemetar.

Namun Ji Soo tak peduli. Ia mendorong Ibu Shin hingga jatuh tersungkur ke lantai. Jae Wan yang menyaksikan itu langsung berlari dan memapah Ibu Shin, matanya penuh kekhawatiran.

Ji Soo menatap mereka dengan mata yang menyala. “Aku akan mencari tahu tentang kematian ayahku sendiri. Dan jika itu ada kaitannya denganmu... maka akan kupastikan kau akan menderita seumur hidupmu.”

Ia berbalik dan pergi, meninggalkan Ibu Shin yang masih terisak dan Jae Wan yang hanya bisa menatap punggung gadis yang pernah ia cintai... dan kini tak lagi mempercayainya.

...

Lamunan Jae Wan buyar seketika saat suara Ha Young memanggilnya dengan nada keras.

“Detektif Han, ada apa? KaMu kelihatan sedang memikirkan sesuatu,” tanya Ha Young, menatapnya dengan bingung.

Jae Wan menggeleng pelan. “Tidak ada. Aku hanya... teringat sesuatu.”

Sesuatu yang membuat hubungan cintanya kandas. Sesuatu yang membuatnya mengerti bahwa niat baik tak selalu diterima, dan luka lama tak selalu bisa dijelaskan.

Ponsel Yeo Jin berdering. Ia mengangkatnya, lalu wajahnya berubah serius. “CEO Song memanggilku ke Songhwa Entertainment. Ada diskusi kontrak iklan untukmu, Ha Young.”

Ia berdiri, lalu menatap Ha Young dengan sorot mata memohon. “Tolong... jangan teruskan laporan itu ke polisi. Aku mohon.”

Ha Young hanya menatapnya, tak menjawab. Yeo Jin pun pamit dan pergi.

Setelah keheningan beberapa saat, Ha Young menatap Jae Wan. “Detektif Han... sebenarnya aku sudah tahu bahwa Manager Seo akan menolak ini. Dan aku juga sudah berpikir... jika aku melaporkan kasus ini, maka ayahku pasti tidak akan tinggal diam.”

Ia menghela napas. “Dia bisa keluar dari masalah ini dengan mudah. Seperti biasa.”

Jae Wan menatapnya lama. Ia tahu rasa putus asa itu. Ia pernah melihatnya di mata Ji Soo. Tapi kali ini... ia tidak akan membiarkan Ha Young menghadapi semuanya sendirian.

“Kamu benar, Ha Young,” ujar Jae Wan pelan, matanya menatap kosong ke cangkir kopi yang mulai dingin. “Lalu... kenapa kamu masih melaporkannya padaku?”

Ha Young menghela napas, menatap Jae Wan dengan sorot mata yang tak bisa disembunyikan lagi. “Sebenarnya... aku memanggilmu kemari karena aku merasa tak percaya dengan apa yang kudengar. Karena itu... aku ingin mendengarnya langsung darimu.”

Jae Wan mengernyit. “Mendengarnya langsung dariku?”

Ha Young menatapnya dalam-dalam. “Apa benar... ayahku membunuh seseorang?”

Pertanyaan itu menggantung di udara. Jae Wan terdiam. Perasaannya dilanda kebingungan. Ia ingin menjawab. Tapi ia tahu jawabannya bukan sekadar informasi itu adalah kunci yang bisa membuka perang.

Jae Wan baru saja dipanggil kepala Choi dan dimarahi habis-habisan untuk saja ada Park Timjang yang membelanya kalo tidak Jae Wan sudah di skors karena melanggar perintah. Kasus yang mereka selidiki kematian suami Ibu Shin, yang juga ayah tiri Ji Soo berkaitan langsung dengan CEO Jung. Bukti sudah cukup. Tapi kepala Polisi bilang kasusnya diambil pihak kejaksaan, sebenarnya Jae Wan sangat marah namun untuk sekarang ia tak bisa melakukan apa-apa. Hanya saja ia merasa usahanya selama dua tahun untuk mengungkap kasus ini tak berarti apa-apa. Ancamannya jelas: jika mereka terus menyelidiki diam-diam, mereka akan dipecat secara tidak hormat.

Jae Wan menunduk. “Maafkan aku, Jung Ha Young-ssi. Aku... tidak bisa menjawab pertanyaanmu.”

Ha Young menatapnya, matanya mulai memerah. “Kenapa tidak bisa? Aku harus tahu. Ini berkaitan dengan ayahku.”

Jae Wan mengangkat wajahnya, sorot matanya tajam namun penuh pertimbangan. “Jika aku jawab itu benar... apa ada yang bisa kamu lakukan?”

“Jadi benar... ayahku membunuh seseorang,” ujar Ha Young, suaranya nyaris tak terdengar. Matanya berkaca-kaca, tubuhnya terasa ringan seolah kehilangan pijakan.

“Aku tidak tahu... bahwa ayahku juga bisa melakukan hal seperti itu,” lanjutnya lirih. Perasaannya tercabik-cabik, antara ngeri dan tidak percaya.

Jae Wan menatap sekeliling, lalu mencondongkan tubuh sedikit ke arah Ha Young. “Jung Ha Young-ssi, aku ingin kamu bisa bersikap normal. Seolah tidak terjadi apa-apa. Semua orang sedang memandang ke arah kita saat ini.”

Ha Young mengangguk pelan, menyadari bahwa sebagai artis, setiap gerak-geriknya selalu diawasi. Tapi kali ini, bukan sorotan publik yang membuatnya sulit bersikap normal melainkan kenyataan bahwa ayahnya... adalah tersangka pembunuhan.

Yang tidak ia tahu, bukan pandangan orang-orang yang membuat Jae Wan gelisah. Tapi bayangan anak buah CEO Jung yang mungkin sedang mengawasi mereka dari kejauhan. Orang-orang yang ditugaskan diam-diam untuk mengawasi Ha Young... dan memastikan tidak ada informasi bocor ke luar.

“Detektif Han,” ujar Ha Young, nadanya mulai kesal. “Jika ayahmu membunuh seseorang... apa kamu bisa bersikap normal saat ini?”

Jae Wan menatapnya lama, lalu menjawab dengan suara pelan namun tegas. “Aku tahu. Tapi jika anak buah ayahmu tahu bahwa aku memberitahumu tentang ini... maka baik kamu maupun aku akan berada dalam bahaya.”

Ia menatap langsung ke mata Ha Young. “Kamu harus bisa menyembunyikan hal ini dari ayahmu. Setidaknya... kamu harus pura-pura tidak tahu.”

Ha Young terdiam. Di dalam dirinya, badai berkecamuk. Ia ingin berteriak, ingin menangis, ingin menuntut keadilan. Tapi ia juga tahu... satu langkah yang salah bisa membuat semuanya runtuh.

“Baiklah,” ujar Ha Young pelan, suaranya nyaris tenggelam oleh gemuruh pikirannya. “Aku akan berpura-pura tidak tahu. Tapi kamu harus katakan padaku... siapa orang yang telah dibunuh ayahku, dan apa alasannya.”

Jae Wan menatapnya lama. Ia tahu, jawaban ini bukan sekadar informasi ini adalah luka yang akan membuka pintu masa lalu.

“Namanya... Lee Jun Joo,” jawabnya akhirnya. “dua tahun lalu Lee Jun Joo mengalami kecelakaan secara tragis.”

Ha Young mengerutkan kening. “Tapi... itu kecelakaan. Lalu apa hubungannya dengan ayahku?”

Jae Wan menarik napas dalam. “Lee Jun Joo ditabrak dengan mobil ayahmu. Kami menemukan jam tangan di lokasi kejadian identik dengan milik CEO Jung. Ada bukti lain juga. Semuanya mengarah padanya.”

Ha Young mulai gemetar. “Lalu... apa alasan ayahku membunuhnya?” tanyanya, suara mulai pecah. Ia seakan tak kuat lagi mendengar jawaban berikutnya.

Jae Wan menatapnya dalam-dalam. “alasannya masih samar, namun timku sudah mendapat informasi yang penting yang menghubungkan antara ayahmu dan korban. Lee Jun Joo adalah... suami dari Shin Hae Sung. Mantan istri CEO Jung.”

Ha Young membeku. Matanya membesar. Napasnya tercekat.

Nama itu Shin Hae Sung adalah nama yang selama ini ia simpan dalam diam. Nama ibunya. Nama yang tak pernah disebut di rumah. Nama yang menjadi bayangan dalam hidupnya.

Ia berdiri mendadak, kursinya bergeser pelan. Matanya berkaca-kaca. Hatinya kalang kabut. Ia tidak bisa berpikir jernih. Tidak bisa duduk. Tidak bisa bicara.

Tanpa sepatah kata pun, Ha Young beranjak pergi dari kafe. Langkahnya cepat, nyaris berlari. Di luar, angin malam menyambutnya dengan dingin yang menusuk.

Jae Wan hanya bisa menatap punggungnya yang menjauh. Ia tahu, malam ini... Ha Young tidak hanya kehilangan kepercayaan pada ayahnya. Tapi juga pada seluruh cerita hidup yang selama ini ia yakini.

1
knovitriana
update Thor, saling support
Xia Lily3056
Gemesin banget si tokoh utamanya.
Muhammad Fatih
Membuat terkesan
🥔Potato of evil✨
Aku bisa merasakan perasaan tokoh utama, sangat hidup dan berkesan sekali!👏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!