NovelToon NovelToon
Land Of Eldoria

Land Of Eldoria

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Akademi Sihir / Perperangan / Fantasi Wanita
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: AzaleaHazel

Eldoria, yang berarti negeri kuno yang penuh berkah. Negeri yang dulunya selalu di sinari cahaya matahari, kini berubah menjadi negeri yang suram.



Ratusan tahun telah berlalu sejak peperangan besar yang menghancurkan hampir seluruh negeri Eldoria, membuat rakyat harus hidup menderita di bawah kemiskinan dan kesengsaraan selama puluhan tahun sampai mereka bisa membangun kembali Negeri Eldoria. Meskipun begitu bayang-bayang peperangan masih melekat pada seluruh rakyat Eldoria.



Suatu hari, dimana matahari bersinar kembali walau hanya untuk beberapa saat, turunlah sebuah ramalan yang membuat rakyat Eldoria kembali memiliki sebuah harapan.




"Akan terlahir 7 orang dengan kekuatan dahsyat yang dapat mengalahkan kegelapan yang baisa di sebut Devil, di antara 7 orang itu salah satu dari mereka adalah pemilik elemen es yang konon katanya ada beberapa orang istimewa yang bisa menguasai hampir semua elemen dari klan Es"


Siapakah ketujuh orang yang akan menyelamatkan negeri Eldoria?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AzaleaHazel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14

Hari ini Liz pulang lebih awal dari latihan biasanya, saat ini anak itu sudah berada di depan toko milik Gilbert dengan sebuah kantong kertas berisi roti yang masih mengepulkan asap karena baru keluar dari panggangan. Selain Rudeon dan kitabnya, Liz juga harus merahasiakan tentang Eve, masalahnya Phoenix adalah hewan yang sangat langka dan jarang di temukan. Setelah membuka pintunya, Liz melangkah ke dalam setelah menutup kembali pintunya. Kepalanya celingukan karena tidak menemukan keberadaan Gilbert.

"Kenapa kau mengendap-endap seperti pencuri?" Suara Gilbert tiba-tiba terdengar dari belakang bocah yang sedang mengendap-endap di dalam tokonya, dia sudah bisa menembak siapa bocah itu.

"Aaaa!! Kenapa Paman mengagetkanku!?" Liz terlonjak kaget dan berteriak kencang, tapi begitu berbalik ternyata Gilbert yang ada di belakangnya.

"Lagipula kenapa mengendap-endap seperti itu, kenapa tidak langsung memanggil Paman saja?" Tanya Gilbert mengulang pertanyaannya. Dapat ia lihat gadis kecil itu mengusap dadanya.

"Ku kira Paman sedang keluar karena di sini terlihat sepi." Balas Liz. Dia mengikuti Gilbert dari belakang karena pria itu sepertinya akan kembali mengerjakan pekerjaannya. Sedangkan Gilbert hanya menggelengkan kepalanya menanggapi jawaban Liz.

"Apa latihanmu sudah selesai hari ini?" Tanya Gilbert, karena tidak biasanya Liz berkeliaran di jam seperti ini.

"Ya, aku sengaja pulang cepat." Balas Liz seraya memperhatikan Gilbert memakai sarung tangannya.

"Begitukah? Memangnya ada apa?" Tanya Gilbert, dia sempat melirik Liz karena cukup terkejut dengan jawaban bocah itu.

"Aku sengaja pulang cepat untuk menemui Paman." Ucap Liz lagi, matanya masih memperhatikan semua pergerakan yang di lakukan Gilbert.

"Mencariku? Kenapa, apa kau punya masalah?" Kali ini perhatian Gilbert benar-benar teralihkan pada Liz, terkejut kenapa bocah itu tiba-tiba mencarinya.

"Apa Paman sibuk?" Bukannya menjawab, Liz malah balik bertanya. Dia melirik apa yang ada di depan Gilbert, tampaknya pria itu memang benar-benar sibuk saat ini.

"Oh, ini? Ya sedikit, Paman hanya perlu menyelesaikan pedang milik Paman Evans. Memangnya apa yang kau butuhkan?" Jawab Gilbert seraya melirik meja di depannya. Masih ingat kan beberapa hari ini yang lalu Evans memintanya membuatkan senjata lagi.

"Tidak apa-apa, selesaikan saja dulu pekerjaan Paman." Balas Liz dengan gelengan kepala. Dia tidak mau mengganggu Gilbert yang sedang bekerja, lebih baik nanti saja saat Gilbert sudah selesai.

"Baiklah, tunggu di sebentar. Oh apa kau mau roti? Sebentar, Paman akan membelinya untukmu." Tanya Gilbert pada Liz, ia hendak bangkit dari duduknya untuk membelikan roti untuk bocah itu selagi menunggunya.

"Tidak perlu Paman, aku sudah membelinya sebelum datang kemari." Jawab Liz cepat sebelum Gilbert benar-benar berdiri. Ia lalu menunjuk kantung kertas yang tadi ia letakkan di atas meja.

"Ah, baiklah." Balas Gilbert kembali mendudukkan dirinya. Ia khawatir jika nanti Liz akan bosan menunggunya terlalu lama, tapi sampai sekarang bocah itu sama sekali belum pernah menunjukkan sifat nakal atau sejenisnya seperti anak-anak pada umumnya, anak itu malah terlihat sangat dewasa dan selalu mendengarkan apa yang orang katakan padanya.

Gilbert kembali menatap Liz. "Apa tidak masalah kau menungguku?" Tanyanya ragu, sebenarnya dia penasaran tentang apa yang akan Liz katakan padanya, juga merasa tidak enak.

"Eum, aku baik-baik saja menunggu di sini." Balas Liz dengan anggukan kepala.

"Baiklah, lakukan apapun yang kau suka." Ucap Gilbert dengan helaan nafasnya. Dia kembali mengerjakan pekerjaannya agar cepat selesai dan bisa segera mendengarkan apa yang akan Liz katakan padanya. Sebenarnya pedang Evans sudah hampir selesai, jadi tidak membutuhkan waktu lama.

Gilbert hanya melirik Liz yang berlarian kesana kemari, beberapa saat kemudian bocah itu berdiri di dekatnya. Mata Liz terus bergerak mengikuti pergerakan tangan Gilbert yang sangat terampil.

Setelah bilah pedang ditempa, Gilbert menambahkan bagian pedang lainnya. Pelindung dan gagang biasanya ditempa bersamaan dengan pembuatan bilah pedang. Pelindung disematkan di bahu dan ditahan oleh gagangnya. Gagangnya biasanya diselipkan di atas tang agar berada di bahu bilah pedang. (Gagang pisau biasanya dipaku keling atau direkatkan.) Beberapa pedang memiliki gagang dan bahkan pelindung yang menyatu dengan bilahnya. Setelah pelindung dan gagang pedang menyatu, setelahnya adalah pemolesan. Sentuhan terakhir, batu asah digunakan untuk mengasah bilahnya. Hasil akhir pedang ini merupakan bukti kerja keras sang pandai besi.

Semua proses itu memakan waktu hampir 5 jam, Gilbert meregangkan otot-ototnya yang kaku. Matanya melirik kesana kemari mencari keberadaan Liz, helaan nafas keluar dari mulutnya saat melihat bocah itu tertidur pulas dengan kepala yang di telungkupkan di atas meja, posisinya terlihat tidak nyaman. Gilbert mendekati bocah itu setelah selesai mencuci tangannya, dengan gerakan pelan ia hendak mengangkat Liz untuk di pindahkan, tapi anak itu malah membuka matanya.

"Oh, Paman Gil." Ucap Liz seraya mengucek matanya. Ah, mungkin ia tertidur saat menunggu Gilbert menyelesaikan pekerjaannya.

"Maaf, apakah Paman membangunkan mu?" Tanya Gilbert dengan usapan lembut di kepala Liz.

"Tidak apa-apa, aku sudah tidur cukup lama." Balas Liz setelah itu menguap lebar membuat Gilbert menggelengkan kepalanya. Pria itu pergi ke belakang dan kembali dengan segelas air lalu memberikannya pada Liz.

Liz menerima air yang di berikan Gilbert. "Terimakasih, Paman." Ucapnya, membuat Gilbert mengangguk membalasnya.

"Jadi apa yang ingin kau bicarakan dengan Paman?" Tanya Gilbert setelah mendudukkan dirinya bersebrangan dengan Liz. Ia menatap gadis kecil itu dengan serius.

"Oh, tunggu sebentar." Balas Liz.

Gilbert masih memperhatikan pergerakan Liz yang kini sedang mengobrak-abrik isi tasnya seperti sedang mencari sesuatu. Beberapa saat kemudian wajah gadis itu terlihat sumringah setelah menemukan apa yang dia cari, tampaknya sebuah buku? Batin Gilbert dalam hatinya.

"Apa Paman bisa membuat kertas?" tanya Liz tiba-tiba, membuat Gilbert mengerutkan keningnya.

"Kertas? Bukankah banyak yang menjual buku di sini?

"Iya, tapi kertas yang ingin ku buat berbeda dengan yang ada di buku biasa. Jadi, apakah Paman bisa membuatnya?" tanya Liz lagi, sepertinya kertas yang di dalam kitab miliknya berbeda dengan kertas biasa.

"Jika ada bahan dan cara pembuatannya mungkin bisa. Oh, tapi aku tidak memiliki alatnya, tapi itu bisa di buat." balas Gilbert, walaupun dia belum pernah membuat kertas sama sekali, tapi jika memang ada cara dan petunjuknya pasti bisa di buat.

"Benarkah?" tanya Liz dengan mata berbinar.

"Ya tentu saja. Memangnya untuk apa kau mau membuat kertas?" balas Gilbert balik bertanya.

"Lihat ini Paman." Ucap Liz seraya menunjuk lembaran buku yang sudah ia buka. "Di sini ada bahan dan cara pembuatannya. Sebenarnya aku ingin membuat kertas untuk jimat." Sambungnya menjelaskan pada Gilbert.

"Apakah Paman bisa membantuku?" Tanya Liz menatap Gilbert penuh harap.

"Tentu, tapi Paman perlu membuat alatnya lebih dulu, setelah itu baru kita mencari bahan-bahannya." balas Gilbert, matanya masih mencuri-curi pandang pada buku yang ada di tangan Liz.

"Untuk bahannya biar aku saja yang mencari, bagaimana?" balas Liz, membuat atensi Gilbert beralih padanya.

"Tapi bahan-bahan yang tertulis di sini, beberapa terlihat asing dari bahan yang biasanya di gunakan untuk membuat kertas dan ini pertama kalinya aku melihatnya." Gilbert menunjuk beberapa bahan yang tertulis di buku Liz.

"Asing? Memang apa bedanya?" tanya Liz menatap Gilbert dengan kerutan di alisnya.

"Kertas di buat dari serat kayu seperti pohon pinus dan cemara karena keduanya mudah di temukan termasuk di tempat tinggal kita, tapi ini adalah bahan yang langka dan sulit di temukan." balas Gilbert, ia kembali menunjuk tulisan yang ada di lembaran buku.

"Benarkah? Yang mana?" tanya Liz, ia mendekat pada Gilbert agar bisa melihat bagian mana yang di tunjuk pria itu.

"Morus macroura, tumbuhan ini tumbuh di dalam hutan. Pohon ini biasanya berkerabat dekat dengan murbei dan kulit kayunya. Pohon murbei masih mungkin hidup di daerah bersalju, tapi morus macroura tumbuh di iklim tropis dan tidak tahan terhadap suhu dingin ekstrem yang ada di daerah bersalju. Jadi tidak mungkin ada di tempat kita."

"Begitu.." Liz mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar penjelasan Gilbert.

"Tapi pohon ini yang paling bagus di antara yang lain, semua tertulis di sini." ucap Gilbert, memang benar jika morus macroura yang paling di rekomendasikan di buku ini.

"Jika tidak ada kita gunakan saja yang lain, bisa kan Paman?" tanya Liz, di dalam bukunya ada beberapa bahan lain yang tertulis.

"Tentu saja, kita bisa gunakan yang lainnya yang tertulis di sini." balas Gilbert kembali menunjuk buku Liz, di sana masih tertulis beberapa bahan lainnya selain morus macroura.

"Oh ya, darimana kau mendapatkan buku ini?" lanjut Gilbert, ia penasaran darimana Liz mendapatkan buku seperti ini.

"A-aku menemukannya di hutan." balas Liz tampak ragu, membuat Gilbert mengerutkan keningnya.

"Hutan? Benarkah?" tanya Gilbert mengintimidasi, bocah itu tampak aneh karena menghindari tatapan matanya.

"Ya, itu tiba-tiba terjatuh entah darimana." balas Liz tanpa menatap mata Gilbert. Tidak mungkin juga dia memberitahu yang sebenarnya kan? Bagaimanapun juga kitabnya adalah hal yang harus di rahasiakan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!