Ayunda Nafsha Azia, seorang siswi badung dan merupakan ketua Geng Srikandi.
Ia harus rela melepas status lajang di usia 18 tahun dan terpaksa menikah dengan pria yang paling menyebalkan sedunia baginya, Arjuna Tsaqif. Guru fisika sekaligus wali kelasnya sendiri.
Benci dan cinta melebur jadi satu. Mencipta kisah cinta yang penuh warna.
Kehadiran Ayu di hidup Arjuna mampu membalut luka karena jalinan cinta yang telah lalu dan menyentuhkan bahagia.
Namun rumah tangga mereka tak lepas dari badai ujian. Hingga membuat Ayu dilema.
Tetap mempertahankan hubungan, atau merelakan Arjuna kembali pada mantan kekasihnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 23 Everlasting Love
Happy reading
"Apa hukuman buat kami, Pak?"
Arjuna tidak lantas menjawab pertanyaan yang terlontar dari bibir Ayu. Ia mengerutkan dahi dan pura-pura berpikir.
Padahal, hukuman untuk Ayu dan Nofiya sudah terpikir olehnya sebelum Ayu bertanya.
"Rapikan meja saya yang ada di ruang guru. Kemudian cari selembar kertas berwarna biru muda hingga ketemu," tuturnya--mode serius.
"Semisal kami nggak berhasil nemuin nya gimana, Pak?" Nofiya menyahut.
"Berarti kalian belum boleh kembali ke kelas."
"Waduh. Jadi maksud Pak Juna, kami boleh kembali ke kelas kalau udah berhasil nemuin kertas itu?"
"Betul sekali. Oleh karena itu, kalian harus berusaha keras untuk menemukan selembar kertas yang saya maksud."
"Bisa dikasih clue nya, Pak?" Ayu ganti menyahut.
"Clue nya, kertas itu saya selipkan di salah satu buku yang ada di meja."
"Baik, Pak. Kami pasti bakal nemuin kertas yang Pak Juna maksud."
Arjuna mengangguk samar dan menarik kedua sudut bibirnya. "Silahkan ke ruang guru dan lakukan apa yang tadi saya perintahkan," titahnya.
Ayu dan Nofiya mengindahkan perintah Arjuna. Mereka bergegas keluar dari kelas, lalu berjalan menuju ruang guru.
Ternyata di ruangan itu hanya ada Diana yang tampak fokus menatap layar komputer.
Ayu dan Nofiya mengucap salam. Namun tidak diindahkan oleh Diana. Wanita berusia tiga puluh tahun itu seolah tidak mendengar ucapan salam mereka.
"Permisi, Bu Diana." Nofiya sengaja mengeraskan suara agar terdengar oleh Diana. Dan benar saja, usahanya itu berhasil. Fokus Diana seketika teralihkan pada mereka.
"Ya, ada apa?" Diana menanggapi ucapan Nofiya dan memasang wajah jutek. Mimik wajah manisnya hanya tersuguh untuk para pria tampan, terlebih Arjuna.
"Kami disuruh Pak Juna untuk merapikan mejanya. Jadi, kami minta izin untuk masuk ke ruang guru."
"Kenapa Pak Juna menyuruh kalian?"
"Sebenarnya Pak Juna bukan nyuruh, Bu. Tapi beliau minta tolong, karena belum sempet ngerapiin mejanya sendiri." Ayu menyahut dan meralat perkataan Nofiya.
Ia yakin Diana akan mencemooh dan menghujani mereka dengan kata-kata pedas jika mengetahui alasan yang sebenarnya.
"Owh begitu. Kenapa Pak Juna tidak minta tolong saja pada saya?"
"Mungkin Pak Juna nggak mau ngerepotin Bu Diana."
"Bisa jadi. Calon suami saya itu memang pengertian. Dia tidak mau membuat calon istrinya ini terlalu capek."
Ayu serasa ingin muntah kala mendengar perkataan Diana dan serasa ingin menyentil ginjalnya.
"Pak Juna 'kan udah nikah, Bu --" Nofiya menyahut. Ia langsung menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan karena telah kelepasan bicara.
"Maksud kamu apa, Nof?"
"Eng, maksud saya --"
"Pak Juna udah nikah, Bu. Jadi, Bu Diana jangan ngarep dapet balasan cinta dari Pak Juna." Ayu melanjutkan ucapan Nofiya yang menggantung, meski sebenarnya ia kesal pada Nofiya yang hampir saja membuka rahasia.
"Dari mana kalian bisa tahu kalau Pak Juna sudah menikah?" Diana sedikit meninggikan intonasi suara. Ia berpikir, kedua siswinya itu hanya berdusta.
"Dari ayah saya, Bu. Kebetulan ayah saya mengenal baik orang tua Pak Juna."
"Benarkah?"
Ayu menjawab dengan anggukkan.
"Kalau Bu Diana nggak percaya, nanti bisa ditanyain langsung ke Pak Juna," ucapnya kemudian.
Diana bergeming. Ulu hatinya terasa ngilu kala mendengar ucapan Ayu yang terdengar meyakinkan.
"Jika benar Pak Juna sudah menikah, lalu bagaimana dengan nasib saya?" Suara Diana terdengar mellow disertai raut wajah yang kini terbingkai sendu.
"Bu Diana 'kan cantik. Pastinya Bu Diana bakal dapet jodoh yang lebih handsome dari Pak Juna." Nofiya berusaha menghibur. Ia berharap, Diana tidak lagi mengejar-ngejar Arjuna--suami sahabatnya terkasih.
"Iya sih. Tapi cuma Pak Juna yang berhasil menjerat hati saya."
"Bagaimana kalau ibu sama Pak Winata?"
"Pak Winata 'kan sudah punya istri."
"Sapa tau Pak Winata mau nambah istri lagi, Bu."
"Ck, ya mending Pak Juna. Istrinya baru satu. Kalau Pak Winata 'kan denger-denger istrinya sudah dua."
"Pak Juna tipe pria setia, Bu. Jadi nggak bakal mau punya istri dua atau tiga," Nofiya kembali menyahut.
"Siapa tau Pak Juna khilaf --"
"Istri Pak Juna serem, Bu. Kalau marah, wuihhh mengerikan. Apalagi kalau cemburu, Khodam nya bakal keluar. Jadi jangan ngarep Pak Juna bakal khilaf."
"Kamu pernah bertemu dengan istri Pak Juna, Nof?"
"Pernah, Bu. Bahkan bisa dibilang sering."
Ayu langsung memberi kode dengan menginjak kaki Nofiya, agar sahabatnya itu tidak lagi kelepasan bicara.
Beruntung Nofiya tidak berteriak dan hanya tersenyum nyengir, meski injakan sepatu Ayu meninggalkan sensasi perih.
"Cantikan saya apa dia?" Diana seolah belum puas menggali informasi mengenai istri Arjuna.
"Mau jujur apa boong jawabnya, Bu?"
"Jujur --"
"Cantikan istri Pak Juna berkali-kali lipat, Bu."
"Harusnya cantikan saya, karena saya memakai make up yang bikin glowing lho," ucap Diana sambil terisak.
"Maaf, Bu Diana. Kami mesti segera ngerapiin meja Pak Juna sebelum beliau kembali ke ruang guru." Ayu menginterupsi, lantas masuk ke dalam ruang guru dan berjalan menuju meja Arjuna tanpa menunggu balasan dari Diana.
Nofiya pun bergegas menyusul Ayu dan enggan menanggapi ucapan Diana yang seakan tiada habisnya.
Seperti yang diperintahkan oleh Arjuna, Ayu dan Nofiya merapikan meja yang ternyata tidak terlalu berantakan.
Sepasang sahabat itu lantas mencari selembar kertas berwarna biru muda yang dimaksud oleh Arjuna.
"Nyet, udah nemuin kertas yang dimaksud sama Pak Juna?" Nofiya setengah berbisik, agar tidak terdengar oleh Diana.
"Belum."
"Ck, di mana Pak Juna nyimpennya?"
"Katanya sih diselipin di buku."
"Gas dech, kita cari lagi."
Ayu dan Nofiya kembali mencari selembar kertas yang dimaksud oleh Arjuna.
Ternyata kertas itu diselipkan di buku gelatik berwarna merah.
Tangan Ayu seketika gemetar saat menemukannya.
Ini 'kan surat yang aku selipin di kemasan coklat viral. Kenapa dia nyimpen suratnya, tapi ngebuang coklatnya? Apa karena dia nggak suka coklat? Batin Ayu bertanya-tanya.
"Nyet, udah nemuin belum?"
Ayu mengangguk pelan dan menunjukkan selembar kertas yang ditemukannya pada Nofiya.
"Loh, itu kan --"
Nofiya menggantung ucapannya dan berusaha menahan tawa dengan melipat bibir.
Ia baru paham, ternyata selembar kertas berwarna biru muda yang dimaksud oleh Arjuna adalah surat cinta yang pernah diberikan oleh Ayu.
Dear, Pak Juna
Di hari kasih sayang ini, aku mau ngasih hadiah yang katanya lagi viral. Coklat 'everlasting love'. Yang berarti Cinta Abadi.
Jangan pandeng bentukan coklatnya, tapi pandeng ketulusan orang yang ngasih.
Mungkin sejuta frasa nggak bakal bisa buat ngungkapin rasa kagum-ku. Tapi melalui coklat dan tulisan yang acak kadul ini, aku harap Pak Juna bisa mengilhami rasaku.
Yang mengagumi-mu
-Ayunda-
Ayu menghela napas dalam setelah membaca rangkaian kata yang pernah ditulisnya untuk Arjuna.
Ia merasa malu karena pernah menulis kata-kata yang terkesan lebay dan mungkin bisa membuat orang yang membacanya serasa ingin muntah.
"Nyit, aku sobek-sobek aja ya kertas ini?"
"Eh, jangan. Kertas ini berharga banget buat Pak Juna. Buktinya, dia nyuruh kita buat nyari."
"Aku malu, Nyit. Lebay banget kata-katanya. Bikin mo muntah --"
"Aku heran, kenapa dulu bisa khilaf nulis surat cinta buat Pak Juna."
"Dah lah nggak pa-pa. Buktinya tulisanmu jadi doa. Everlasting love," ujar Nofiya sambil terkikik geli.
Saat ini yang diinginkan Ayu hanya bersembunyi dari Arjuna. Entah terbang ke Planet Pluto atau menenggelamkan diri ke dasar laut karena saking malunya.
🍁🍁🍁
Bersambung
Apa dia masih sempat bobok siang dgn tugas sebanyak itu.
Mas Win juga CEO..ya kali cuma suamimu aja
Dia tetap Deng Weiku.
Di tik tok aku udah banyak saingan. masa di sini juga
Ayu udah gak perawan.
Dan dia perawani oleh gurunya sendiri...😁😁