NovelToon NovelToon
Air Mata Istri Yang Diabaikan

Air Mata Istri Yang Diabaikan

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Penyesalan Suami / Tukar Pasangan
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: fadelisa dedeh setyowati

Ratna yang tidak bisa hamil menjebak suaminya sendiri untuk tidur dengan seorang wanita yang tak lain adalah adik tirinya.

ia ingin balas dendam dengan adik tirinya yang telah merenggut kebahagiaannya.

akankah Ratna berhasil? atau malah dia yang semakin terpuruk?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fadelisa dedeh setyowati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Air Mata Istri Yang Diabaikan 14

Bagas sudah selesai rapat saat asistennya mengatakan ada Perempuan cantik yang menunggunya di ruangannya. Bagas bergegas karena yakin yang menemuinya Adalah Ratna istrinya. Namun di luar dugaan justru Andini-lah yang Tengah menunggunya sambil menyesap teh.

Andini terlihat cantik hari ini dengan blus berwarna biru donker. Rambutnya di ekor kuda menampilkan lehernya yang jenjang. Pun make up-nya tipis menonjolkan kecantikannya yang alami.

Tapi bagi Bagas hanya Ratna-lah Wanita tercantik di hidupnya.

“Ada apa?” tanya Bagas tanpa basa-basi

“Kamu sudah selesai rapat?” tanya Andini untuk mencairkan suasana. Ia cukup tak nyaman Bagas menanyainya seolah ia mengganggunya.

“Ada apa?” Bagas tetap tidak bisa berbasa-basi dengan Andini.

Andini diam, ia mengusap pinggiran cangkir tehnya sebelum meletakkannya di meja.

“Kita akan menikah tapi kamu belum bertemu dengan orangtuaku,” kata Andini pelan.

“Tidak perlu,” ujar Bagas cepat.

“Tentu saja perlu,” Andini menjawab tak kalah cepat. “Bagaimanapun tetap saja ini Adalah sebuah pernikahan, kamu perlu bertemu dengan orangtuaku,”

“Untuk apa?” tanya Bagas.

“Untuk apa?” Andini membeo ucapan Bagas, “Tentu saja untuk meminta restu. Aku juga punya orang tua yang harus kamu hormati juga. Aku yakin Mbak Ratna juga akan setuju,” ungkap Andini.

“Jangan bawa-bawa Ratna,” Bagas memperingatkan. Ia tak suka Ratna dibawa atau dijadikan alat oleh Andini untuk membujuknya. Ini membuatnya semakin tidak menyukai Andini.

“Oh tentu saja aku akan terus membawanya! Mbak Ratna di pihakku. Ingat Gas, istrimu yang memintamu menikahiku maka aku yakin ia akan mendukungku,” entah kekuatan darimana yang membuatnya berani mengancam Bagas.

Ia juga tidak suka membawa nama Ratna, karena itu artinya ia akan hidup di bawah bayang-bayang Ratna. Tapi nama Ratna Adalah alat yang kuat untuk membujuk Bagas agar tunduk pada apa yang diinginkannya.

Lagipula ia yakin Ratna juga akan mendukungnya dan tidak keberatan jika Namanya dibawa.

Bagas mendengus keras, walaupun ia tak suka tapi begitu nama Ratna disebut ia tak berkutik. Karena Ratna pasti akan mendukung Andini meskipun seribu kali ia tak setuju. Pada akhirnya mau tak mau Bagas harus menuruti kemauan Andini juga.

“Aku masih sibuk,” Bagas beralasan. “Kerjaanku menumpuk,”

“Aku akan menunggumu sampai selesai,” ujar Andini dengan tenang sambil menghirup tehnya lagi.

Bagas mendelik tapi ia tak bisa seenaknya mengusir Andini, atau Wanita itu akan meminta bantuan Ratna. Bagas bisa menolak Andini tapi ia tidak akan bisa mengabaikan Ratna.

“Terserah kau saja,” Bagas akhirnya menyerah.

Andini tersenyum penuh kemenangan. Ia tau kelemahan Bagas. Dalam hati sebenarnya ia tak tega tapi kali ini ia harus menggunakan nama Ratna untuk memaksa Bagas untuk menuruti kemauannya. Lagipula ini memang harus dilakukan. Mana mungkin ia menikah tanpa memberi tahu dan Meminta restu orangtuanya.

Bagas berulangkali keluar dari ruangannya ia seperti menghindari Andini. Dan Andini pun tahu Bagas sengaja mengabaikannya membuatnya menunggu agar ia kesal dan pergi dengan sendirinya. Tapi kali ini Bagas harus tahu bahwa ia tidak bisa diremehkan. Selain ia menggenggam kelemahan Bagas ia juga Wanita dengan hati yang kuat dan keras kepala.

Bagas harus tahu sisi lainnya yang tidak mudah menyerah atau mengalah.

Sambil menunggu Bagas, Andini memikirkan apa yang harus ia katakan pada orangtuanya. Mereka belum tahu ia Tengah hamil dan Andini bingung ia harus bagaimana.

Ia sempat ingin bertanya pada Bagas tapi pria itu terlihat sibuk dengan pekerjaannya. Andini tidak mau membuat Bagas semakin kesal. Dalam hati ia tersenyum. Menunggu pasangan yang Tengah bekerja Adalah salah satu keinginan Andini.

Melihat pasangan bekerja keras untuk menafkahi keluarganya Adalah hal yang ingin Andini lakukan jika ia menikah nanti. Pasti menyenangkan berbagi Lelah dan tawa dengan orang yang dicinta.

Sayangnya Andini harus menikah dengan pria yang tak mencintainya. Lantas apakah ia juga mencintai Bagas?

Entahlah. Ia tak tahu. Ia juga tak mengerti mengapa ia setuju untuk menikah dengan Bagas padahal mereka tak saling kenal dan mereka harus menikah karena suatu ketidaksengajaan bukan karena keduanya saling mencintai.

Tapi Andini menginginkan pernikahan dan dia mendapatkannya meski bukan lewat jalur yang semestinya.

Ia menggeleng pelan. Cinta bisa dipupuk. Kasih bisa tumbuh seiring waktu. Ia yakin baik dirinya maupun Bagas bisa saling menerima dan mencinta. Ia akan belajar dan pasti Bagas akan melakukan hal yang sama. Demi buah hati mereka.

Andini tersenyum sambil mengelus perutnya. Ia pasti akan melakukan apapun untuk anaknya. Dan Bagas walaupun dia belum menerima Andini paling tidak Bagas sudah menerima janin di perutnya sebagai anaknya. Ia juga tak menyanggahnya sama sekali.

Ini membuat Andini sedikit lega.

Bagas yang pura-pura sibuk sebenarnya sesekali juga melirik ke Andini. Sudah lama ia ingin bekerja sambil ditunggui oleh pasangan. Tapi Ratna selalu sibuk dengan butiknya. Kali ini Andini hadir dan menemaninya. Hatinya sedikit tersentuh.

ia juga tak tahu kenapa Andini sesekali tersenyum.

Pukul lima Bagas selesai dengan pekerjaannya. Ia dan Andini keluar dibarengi dengan pandangan dari para karyawan.

Ya semua sudah tahu tentang skandal Bagas dan Andini. Untunglah Bagas tidak dipecat dari pekerjaannya. Bagaimanapun juga dedikasi Bagas untuk Perusahaan sudah sangat besar.

Keduanya sudah di mobil saat Bagas menyetir mobil dan keluar dari parkiran.

Lagi-lagi di mobil Bagas mendiamkan Andini. Tapi Andini juga tak ambil pusing. Ia sibuk dengan pikirannya sendiri.

“Gas, haruskah kita beritahu kalau aku hamil?” tiba-tiba Andini bertanya.

Bagas tak menjawab, Andini tahu Bagas sama bingungnya dengan dirinya.

Tak lama keduanya sudah sampai di rumah Andini. Orangtua Andini yang sudah tahu mereka akan datang sudah di depan rumah dan menyambut mereka berdua.

“Jadi ini yang mau dikenalin ke ibu dan Ayah,” ucap Ibu Andini dengan tersenyum. Baik Andini maupun Bagas, keduanya menjabat tangan dan mencium punggung tangan Ayah dan Ibu Andini.

“Yuk masuk,” ajak Ayah Andini.

Keempatnya memasuki rumah Andini.

“Jadi ini siapa Namanya?” tanya ibu Andini pada Bagas

“Nama saya Bagas Bu,” jawab Bagas

“Kerja apa Le?” kali ini ayah Andini yang bertanya.

“Saya kerja di hotel, Pak,” sahut Bagas

“Jadi apa yang mau disampaikan? Katanya Dini mau bilang sesuatu sama Ayah dan Ibu?” lanjut Ayah Andini

Keduanya membisu untuk sesaat, “Begini, Ayah, Ibu. Andini dan Mas Bagas akan menikah,” Andini bersuara.

“Oh ya bagus. Memang itu kan tujuan kalian pacaran,” ucap Ibu Andini.

“Kami akan menikah secepatnya,” imbuh Andini cepat-cepat.

“Kapan rencana kalian? Berapa bulan lagi supaya Ayah dan Ibu persiapkan dulu,”

Ruangan terasa hening, detak jam berlalu, “Minggu ini bu,” sahut Andini kemudian

“Hlo? kenapa cepat sekali, nduk?”

Baik Bagas ataupun Andini hanya terdiam. Mereka saling melirik untuk menentukan siapa yang harus bicara.

Waktu berlalu. Sudah lima menit mereka diam.

“Nduk, Le, kenapa diam?”

“Kami – kami … ehh –“

“Din, kenapa harus buru-buru menikah? Kalian masih muda, perjalanan masih panjang. Apa tidak sebaiknya dipikirkan lebih lama lagi?” ujar Ayahnya berusaha memberikan Gambaran.

Bagas akhirnya angkat suara, “Bapak, Ibu, izinkan saya meyakinkan. Saya tidak hanya ingin menikahi Andini, tapi juga ingin belajar menjadi bagian dari keluarga ini. Saya berjanji akan menjaga dan mendampingi Andini, sekuat tenaga saya.”

Ruangan seketika hening setelah Bagas menyampaikan keseriusannya.  Andini tak menyangka Bagas akan mengatakan hal seperti itu.

Hatinya menhangat.

Ayah dan Ibu Andini saling berpandangan, lalu ayahnya kembali bertanya dengan nada hati-hati,

“Din… kalau memang kalian sudah yakin, Bapak bisa mengerti. Tapi kenapa harus secepat ini? Apa tidak bisa menunggu waktu yang lebih tepat?”

Andini menundukkan kepala. Tangannya yang tergenggam tampak bergetar. Suaranya lirih ketika ia akhirnya membuka mulut, “Bapak… Ibu… sebenarnya … sebenarnya, Andini hamil.”

Ayah dan Ibu Andini terkejut.

 

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!