Dewi Ular Seosen 3
Angkasa seorang pemuda yang sudah tak lagi muda karena usianya mencapai 40 tahun, tetapi belum juga menikah dan memiliki sikap yang sangat dingin sedingin salju.
Ia tidak pernah tertarik pada gadis manapun. Entah apa yang membuatnya menutup hati.
Lalu tiba-tiba ia bertemu dengan seorang gadis yang berusia 17 tahun yang dalam waktu singkat dapat membuat hati sang pemuda luluh dan mencairkan hatinya yang beku.
Siapakah gadis itu? Apakah mereka memiliki kisah masa lalu, dan apa rahasia diantara keduanya tentang garis keturunan mereka?
ikuti kisah selanjutnya.
Namun jangan lupa baca novel sebelumnya biar gak bingung yang berjudul 'Jerat Cinta Dewi Ular, dan juga Dunia Kita berbeda, serta berkaitan dengan Mirna...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Empat Belas
Dita menarik nafasnya dengan berat. Ia kembali menoleh kebelakang, dan merasakan jika.buku kuduknya meremang. "Waspadalah, hutan ini memyimpan banyak rahasia," ucap Dita pada keduanya.
"Ih, jangan nakut-nakutin napa, Di " Shasa menggedekkan pundaknya yang mengisyaratkan ia sedang merinding. Tatapannya menyapu ribuan pohon pinus yang berdiri berjajar.
"Namanya juga dihutan, Sha, ya kita harus jaga sikap, jangan ngomong sembarangan, kalau mau buang hajat bilang tabik datuk, aku numpang mau buang hajat jangan diganggu," Galuh menimpali.
Shasa semakin merasa meremang, entah mengapa.ia merasakan jika punggungnya seolah menebal.
"Sudah, ayo gerak nanti kita tertinggal!" ucap Dita pada keduanya, mengakhiri drama manja Shasa.
Mereka melanjutkan perjalanannya, dan berhasil menyusun yang lainnya.
Terlihat banyak mahasiswi yang mulai kelelahan. Namun bagi mereka yang biasa naik turun gunung, hal itu tidak begitu kentara, namun bagi Shasa dan yang biasa gemar mager alias malas gerak, hal ini sangat membuatnya tersiksa.
Mereka kembali melanjutkan perjalanan, dan tampaknya Angkasa menoleh kearah Dita yang masih berada beberapa meter dibawah darinya.
"Pak Putro awasi mahasiswa yang sudah berada diatas, saya akan mengawasi mereka yang masih berada dibawah." Angkasa berdiri dibawah pohon pinus menanti pergerakan Dita yang membawa tas ransel cukup besar.
Hembusan angin yang menerbangkan rambut sang gadis pada kuncirnya dan memberikan pemandangan yang begitu menyegarkan matanya.
Ia tahu sang gadis sedang marah padanya akibat peristiwa kemarin, namun semua terjadi tanpa sengaja, bahkan Dita tidak tahu, jika malam itu ia telah mencuri kecupan diujung kepalanya.
Andai saja sang gadis tahu, apakah ia akan menerima tendangan tanpa bayangan dari Dita?
Beberapa mahasiswa sudah ada yang tiba ditempat lokasi sesuai rute yang ditentukan.
Shasa dan Galuh yang melihat Angkasa berdiri menatap ke bawah, sudah dapat menebak jika Pak Dekan sedang menunggu Dita, bukan mereka.
Keduanya mempercepat langkah mereka untuk menyusul yang lain. "Buruan Dit. Ayang mu udah nungguin," goda Shasa sembari cekikikan.
Dita memanyunkan bibirnya saat mendengar celoteh sahabatnya, dan melirik keatas untuk melihat pria berwajah tampan dengan tubuh kekar itu sudah menatapnya diatas.
Ia terus mendaki, dan akhirnya mereka berdiri sejajar.
Dita mengendus aroma woody nan lembut yang selalu membuatnya merasa tenang dan bersatu dengan alam yang semakin menenangkan.
"Mengapa lambat sekali?" tanya Angkasa pada Dita yang sudah beberapa hari mendiamkannya, padahal gadis itu sangat cerewet pada hari biasanya.
"Tadi ngobrol sama kembaran bapak dibawah." sahut Dita cuek, dan hal itu membuat Angkasa tercengang.
Wuuuuusssh
Sesuatu seolah melintas dari hadapannya, dan hal itu membuat Angkasa tersentak. Ia menarik pergelangan tangan sang gadis, lalu membawanya kebalik pohon pinus, dan menutup bibir sang gadis agar tidak berisik.
"Sssstttss... Diamlah!" Angkasa memberikan penekanan pada ucapannya. "Sepertinya hutan ini menyimpan rahasia yang cukup besar, dan harap kamu berhati-hati, ada yang mencoba memperingatkan kita." ucapnya.
"Iya tapi ya jangan peluk saya juga, Pak!" ucapnya dengan gerakan melepaskan tangan Angkasa yang menarik pinggangnya hingga membuat tubuh mereka merapat.
"Sorry." Angkasa tergugup ia sangat gelisah dengan dirinya, dimana merasa seolah tak dapat menahan gejolak didadanya tiap kali melihat Dita dihadapannya.
Dita semakin memanyunkan bibirnya, lalu membenahi letak ranselnya yang tergeser akibat dari ulah Angkasa barusan.
"Lagian siapa yang memilih hutan ini untuk dijadikan tempat camping?" gerutunya kesal. Lalu berjalan meninggalkan Angkasa yang masih berdiri ditempatnya sembari mengawasi deretan pohon pinus.
"Pak Seto yang merekomendasikannya," sahut Angkasa, sembari menyapu tengkuknya yang bergidik.
Dita menghentikan langkahnya. "Pak Seto? Yang dosen management Pemasaran itu?" tanyanya dengan rasa penasaran. Ada sebuah perasaan yang tak biasa, penuh kekhawatiran.
Angkasa berjalan mengekorinya, lalu kembali mendaki. "Ya,"
"Heeem, kemarin aku melihatnya begitu dengan Kavita dab genk-nya." Dita terus mendaki dan Angkasa mencoba mensejajarkan langkahnya.
"Mereka ad hubungan.keluarga," sahut Angkasa. "Pak Seto itu pamannya, saudara dari ibunya," pria itu menimpalinya.
"Pantas saja." Dita mempercepat langkahnya. Ia tak ingin Angkasa men-sejajari nya, sebab tak ingin Kavita melihat hal itu, dan merencanakan hal buruk padanya.
"Mengapa kamu menghindari saya?" tanya Angkasa pada Dita yang tampak langkahnya semakin dipercepat.
"Saya tidak mau jika Kavita semakin mencelakaiku, karena bapak terus bersama saya."
Angkasa terdiam. Ternyata itu alasan sang gadis terua menjauhinya. Ia terus saja mengekori sang gadis yang sudah hampir dekat dengan mahasiswa lainnya.
*******
Sreeeeek
Terdengar suara dibalik pohon pinus, seperti sesuatu yang menginjak reranting kering yang patah.
Dita menoleh kearah sumber suara yang mencurigakan, tetapi tidak ada sesiapapun yang terlihat, hanya reranting pinus yang bergoyang disebabkan tertiup angin.
Gadis itu memungut buah pinus yang terjatuh dan mengambil kacang tusannya, lalu menguyahnya. Kedua matanya masih mengamati sekitarnya, sembari terus berjalan.
Setelah menempuh perjalanan sejauh sepuluh kilometer, akhirnya mereka tiba dan beristirahat sejenak melepas lelah.
Dita meletakkan tas ranselnya, lalu mendirikan tenda dengan sangat cekatan, dan melemparkan tas ranselnya ke dalam.
Shasa yang kelelah masuk ke tenda milik Dita dan muat untuk empat orang. Mereka bermalam ditempat ini.
Dita mengedarkan pandangannya dari atas bukit yang tinggi. Ia melihat tebing jurang yang cukup terjal dan ada banyak bebatuan yang berukuran besar dan tajam ditiap tebing jurang.
Terlihat diseberang jurang, pohon eucalyptus tumbuh subur dan merasakan udara yang cukup segar dan tentu saja hal itu mengingatkannya pada masa ia kecil dulu.
Hari mulai tampak meremang. Sunset tampak merona dengan menampilkan lembayung jingga yang menjadikan pemandangan yang sangat indah. Namun author lebih suka dengan sunrise, berwarna merah muda keunguan.
Para pria sudah selesai mendirikan tenda, dsn membantu para wanita untuk mendirikan tenda. Terlihat jejeran tenda yang berada diatas bukit dengan rumput tipis dibawah pohon pinus.
Sebagian pria mencari kayu bakar untuk membuat api unggun, dan juga memasak. Sebab kompor portable yang mereka bawa tidak mencukupi untuk memasak dan membuat kopi.
Para wanita mulai memasak, namun mereka harus mengambil air ke sungai untuk menanak nasi, dan Dita memilih untuk mengambil air bersama Galuh dan Shasa yang mengekorinya kemanapun pergi, dengan alasan ingin buang air besar.
Alasan mereka mengadakan camping ditempat ini adalah karena lahan pinus ini salah satu perkebunan yang menghasilkan kertas untuk sebuah pabrik kertas raksasa, dan salah satu pemegang sahamnya adalah Seto yang merangkap sebagai dosen Managemen Pemasaran.
Mereka akan dikenalkan bagaimana pohon pinus ditanam, dirawat, dan akhirnya menjadi sumberdaya bagi keuntungan pabrik.
Tak hanya itu, pohon pinus juga diambil kacangnya karena jenis pohon pinus tusam. Selain itu, jarum daunnya, ranting dan tunggulnya dapat diekstra menjadi minyak astiri untuk keperluan parfum atau karbol. Sedangkan bunga pinus dapat dijadikan aksesoris. Maka ibaratkan sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui.
Hal ini harus diketahui oleh para Mahasiswa jika akan terjun kedunia bisnis untuk memanfaatkan bahan baku menjadi sebuah peluang usaha tanpa ada yang terbuang sia-sia begitu saja.
Kavita dan genknya mengekori Dita dan dua sahabatnya yang turun untuk mengambil air. Mereka mengendap-endap dibalik pohon pinus.
Namun sesuatu tampak melintasi mereka.
Wuuuuuusssh...
kedua orang tuanya langsung bertemu biar bisa langsung nikah trus tamat, soalnya kak Siti mau fokus ke begu ganjang 😙😙
aduhh knp g di jelasin sih kannksihan dita nya klo kek gtu ya kann
Dia itu klu gak salah yg tinggal di rumah kosong yg dekat dg rumah orang tua nya Satria yaa , kak ❓🤔