NovelToon NovelToon
Harapan Baru

Harapan Baru

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Penyelamat
Popularitas:743
Nilai: 5
Nama Author: Big.Flowers99

Seorang gadis muda, reinkarnasi dari seorang Assassin terhebat di masanya terdahulu. Gadis tersebut tidak menyadari bahwa ia adalah reinkarnasi Assassin tersebut.

Ia menjalani hidupnya dengan biasa-biasa saja. Sampai akhirnya, ia bertemu dengan seorang wanita dewasa yang ternyata adalah mentor Assassin itu. Wanita ini sudah hidup beratus-ratus tahun lamanya hanya untuk bertemu dengan gadis ini dan akan melatihnya sampai gadis itu siap menghadapi lawannya sendirian karena perlu diketahui, gadis muda itu adalah reinkarnasi terakhir dari Assassin itu.


Tugasnya adalah mencegah lawannya yang juga bereinkarnasi sampai masa di mana gadis itu hidup. Lawannya berencana menguasai suatu pemerintahan di kotanya dengan cara yang kotor.

Ternyata tugasnya tidak hanya itu saja. Ia juga menanggung nasib dunia.
Nasib dunia berada di tangannya.

Mampukah dia menyelamatkan dunianya? Atau dunianya harus punah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Big.Flowers99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pelatihan

Di sebuah apartemen mewah di kota Jalundra, The Ghost berjalan masuk ke dalam. Lalu ia melepaskan jubah dan menggantungkannya di dinding. Arumi Belanova adalah sosok dibalik The Ghost.

Arumi membersihkan tubuhnya sebentar lalu ke kamarnya. Di sana, ia terduduk sebentar lalu merebahkan tubuhnya. Tak lama berselang, ia tertidur.

Di alam mimpi

"Sensei."

"Oh! Mirage."

"Sensei, sudah waktunya untuk kita melatihnya."

"Apa kau yakin?? Dia tampak belum siap. Kejadian di restoran barusan hanya kebetulan saja."

"Aku yakin, Sensei. Dia sudah bertemu dengan reinkarnasi Maxwell. Latihlah, Sensei. Ini akan menjadi bekal nantinya. Kita tidak akan tahu apa yang terjadi padanya esok, melihat mereka berdua sudah saling bertemu, aku mempunyai firasat yang buruk tentangnya."

"Baiklah. Aku akan menjadi sosok The Ghost lagi." Mirage tertawa geli.

"Jangan tertawa, Mirage. Aku tidak mungkin melatihnya sebagai Arumi."

"Baiklah, Sensei. Tiga bulan lagi, dia pasti bisa mengendalikan kekuatannya sendiri. Ingatlah, Sensei. Dia dapat melampaui diriku."

"Bahkan diriku juga, Mirage."

Keluar dari alam mimpi.

Arumi membuka matanya. Ia terduduk, berpikir sejenak. Arumi memutuskan untuk mengikuti perkataan Mirage, yaitu melatih Nathalia.

"Hmm... Menjadi The Ghost sangatlah rumit. Harus memalsukan suaraku sendiri supaya dapat berkomunikasi dengan Nathalia. Bayangkan saja, aku harus memakai alat ini yang aku tempelkan di leherku. Rasanya seperti ada yang mengganjal saja ketika berbicara," gumam Arumi seraya tersenyum geli.

--------

Kita ke rumah dimana Nathalia sedang berdiri menghadap cermin. Nathalia mencoba memunculkan pakaiannya, seperti yang dilakukannya di restoran tadi. Nathalia berusaha memfokuskan diri pada kekuatannya untuk memunculkan pakaian tersebut. Namun, hasilnya nihil.

Nathalia mencoba memejamkan matanya. Hal itu dilakukan karena seingatnya, di restoran tadi ia memejamkan matanya, baru setelahnya ia sudah berpakaian seperti itu.

Ah! Sama saja. Mungkin sebuah kebetulan.

Akhirnya, Nathalia menyerah. Ia tidak tahu lagi harus memakai metode apa untuk memunculkan pakaian tersebut. Karena kelelahan, Nathalia merebahkan tubuhnya di atas kasur lalu tidur.

Huuu... Huuu...

"Hmm... Burung siapa yang hinggap di atap ini," gumam Nathalia. Perlahan-lahan, ia membuka matanya dan melihat ke arah jendela kamarnya.

"Wah!!! Ya ampun. Anda mengagetkanku."

Nathalia terpekik terkejut melihat ada sosok The Ghost di dalam kamarnya. Entah sejak kapan dan bagaimana ia bisa masuk ke sana, tiba-tiba saja sudah berada di dalam kamarnya, berdiri bersandar pada dinding, menekuk salah satu kakinya ke belakang dan menyilangkan tangannya serta ditaruh di dadanya. Matanya menatap Nathalia.

"Maaf datang tanpa permisi. Aku ke sini untuk melatihmu," kata The Ghost.

"Ah, sudah waktunya ya?? Cepat sekali," kata Nathalia menanggapi.

"Yah, untuk berjaga-jaga. Ayo mulai sekarang."

"Sekarang??" Tanya Nathalia keheranan.

"Ya, sekarang. Kapan lagi?? Ayo."

The Ghost sudah terjun ke bawah lebih dulu.

Nathalia mendengus pelan. Baru sebentar saja ia tertidur, sudah harus berlatih. Nathalia menatap burung hantu yang sedang bertengger di pohon, letaknya sedikit jauh dari rumahnya.

"Gara-gara kau, wahai burung hantu, aku terbangun dan melihat The Ghost. Jadinya saja aku harus berlatih. Padahal, baru saja tidur beberapa jam lamanya. Dasar! Kalau kau bisa dimakan, aku ingin menjadikanmu menjadi sop burung," gumamnya kepada burung hantu tersebut. Nathalia menyusul The Ghost dengan perasaan kesal.

Burung hantu itu berubah menjadi seseorang berjubah merah. Dia adalah salah satu murid Arumi, alias The Ghost. Namanya tidak diketahui, akan tetapi Arumi memanggilnya dengan sebutan Al.

"Dia marah kepadaku?? Marahlah kepada The Ghost. Beliaulah yang menyuruhku membangunkanmu," katanya dengan lirih sambil memperhatikan Nathalia yang berjalan menuju The Secret. Terlihat ada kekesalan dari Nathalia. Terbukti dari cara jalannya dan bahasa tubuhnya. Al hanya tersenyum geli saja.

Di dalam ruang latihan, The Ghost sudah menunggu.

"Apa tidak boleh aku tidur sebentar??" Tanya Nathalia.

"Tidak. Kamu harus berlatih mulai sekarang, setiap pagi," jawab The Ghost. Nathalia pasrah saja menerima kabar itu.

Pagi itu, mulailah Nathalia berlatih sekaligus ia paham dengan metode latihan di sana.

Bertarung menggunakan pedang dan tangan kosong harus dikuasai oleh Nathalia. Menyeimbangkan tubuhnya di atas seutas tali, bertujuan untuk mengintai targetnya. Meringankan tubuh dan mengosongkan pikiran adalah kuncinya. The Ghost mengajari bagaimana cara membunuh secara diam-diam. Ia menggunakan orang-orangan kayu sebagai contoh targetnya. Menggunakan kecepatan dan kecekatan, The Ghost menunjukkan kemampuannya di hadapan Nathalia. Berlari tanpa menimbulkan suara juga diajarkan oleh The Ghost. Mengamati keadaan sekitar, membaca pergerakan lawan, menggunakan insting yang baik dan mengambil keputusan yang tepat dan cepat adalah salah satu modal untuk menjadi seorang Assassin.

Nathalia mendengarkan semua penjelasannya dengan anggukan kepala. Dalam benaknya, ia tidak begitu paham.

Awal-awal latihan, Nathalia kesulitan menerapkan ilmu yang diajari oleh The Ghost. Masih banyak kesalahan yang dilakukannya.

"Baiklah. Sekarang istirahat. Aku pulang terlebih dahulu," kata The Ghost seraya berjalan meninggalkan Nathalia yang terbaring dengan nafas terengah-engah.

"Nathalia??"

"Ya??"

"Oh, aku kira kamu tidur. Istirahatlah."

"Ok."

Nathalia bangkit sambil mengusap keringat di wajahnya.

Dia melatihku menjadi Assassin atau tentara?? Berat sekali latihannya.

Nathalia berjalan masuk ke dalam rumahnya. Ia bergegas mandi dan makan. Pembantunya merasa lega melihat Nathalia yang sudah bangun. Pasalnya, ia mengetuk pintu kamarnya beberapa kali, tidak ada jawaban dari Nathalia.

Nathalia beralasan karena masuk kerja siang hari, ia memanfaatkan waktu pagi untuk olahraga. Untuk sarapan, ia berdalih saat tengah malam sudah menyimpan makanan di dalam kamarnya.

Nathalia berangkat ke tempat kerjanya setelah makan siang. Tiba-tiba, ia mendapat ide. Daripada berjalan menyusuri jalan menuju Rott Restaurant, lebih baik ia menggunakan kemampuan parkournya saja. Nathalia memanfaatkan tembok pagar sebagai pijakan awalnya. Lalu ia berpindah ke sebuah pohon, tempat burung hantu tadi bertengger.

Rupanya, ia masih menyimpan dendam kepada burung itu. Sempat-sempatnya Nathalia mencari keberadaan burung tersebut.

Dari pohon, Nathalia mencari-cari tempat untuk mengaitkan katrolnya. Berhasil menemukannya, Nathalia menembakkan pistol katrolnya lalu terangkat menuju balkon rumah tetangganya.

Dengan cepat, ia memanjat sampai di atas atap. Dari sana, Nathalia mulai berlari dan melompat-lompat dari atap ke atap yang lain sampai akhirnya berada di atas atap Rott Restaurant.

Sampai di sana, ia kebingungan bagaimana caranya turun.

Apa pakai katrol ini bisa aku gunakan untuk terjun ke bawah??

Nathalia mengamati dan mempelajari pistol tersebut. Akhirnya, ia menemukan sesuatu yang menarik baginya.

Oh, rupanya tombol ini bisa digeser. Aku kira ditekan. Jika aku geser ke arah sebaliknya, apa yang terjadi?? Hmm... Sepertinya harus ku coba.

Nathalia mencari-cari tiang atau benda apapun untuk mengatikan ujung katrolnya. Ia menemukan tiang antena di ujung gedung. Nathalia melihat ke bawah untuk memastikan tidak ada yang melihat aksinya. Kebetulan tempat jatuhnya berada di depan pintu restoran dan keadaan masih sepi. Sepertinya belum ada pelanggan yang datang ke sana untuk memesan makanan. Para karyawan pun sepertinya belum datang.

Dirasa aman, Nathalia mulai menembakkan pistolnya dan tepat sasaran. Nathalia mulai mengambil ancang-ancang, bersiap-siap untuk terjun. Menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya secara perlahan.

Aku harus melakukannya secara bersamaan. Ketika aku meloncat, bersamaan dengan menggeser tombol ini. Dengan begitu, aku akan terjun dengan aman. Begitulah teorinya. Entah prakteknya gimana. Ada kemungkinan nabrak dinding mungkin, hehe.

Dengan kemantapan hati dan pikiran serta jiwanya, Nathalia terjun.

Siuttt...

Dan mendarat dengan sempurna serta selamat tanpa ada cedera yang berarti. Nathalia terlihat senang aksinya berhasil mengingat ini adalah percobaan pertamanya terjun menggunakan pistol katrol dari gedung yang tinggi, bukan dari kamarnya. Nathalia menyimpan pistol tersebut lalu masuk ke dalam dengan perasaan bahagia.

Aksinya barusan, dilihat oleh Arumi dan asistennya.

"Apa saya tidak salah lihat?? Bukankah yang terjun itu adalah Nathalia??" Tanya asistennya.

"Iya. Benar itu Nathalia," jawab Arumi.

"Saya rasa dia anak berbakat. Dengan cepatnya dia dapat memahami cara kerja alat itu," kata asistennya mengomentari.

"Yah, namanya juga reinkarnasi terakhir. Pastinya selalu sempurna," jawab Arumi sembari tersenyum karena melihat wajah Nathalia saat terjun tadi menunjukkan perasaan bahagia. Seperti naik wahana bermain, batinnya.

Di dalam restoran, Nathalia bekerja dengan baik dan cekatan. Sesekali ia mempraktekkan gerakan latihannya di sana, seperti saat meletakkan pisau pada tempatnya, ia menggunakan cara tak biasa. Bukan diletakkan secara perlahan, namun ia melemparnya dari kejauhan. Alhasil, bukannya mendarat di tempat seharusnya, pisau tersebut menancap di dinding. Beruntung aksinya tersebut tidak dilihat oleh atasannya atau rekan kerjanya. Hanya terlihat oleh Arumi yang memang selalu mengawasinya.

Selesai bekerja, Nathalia pulang ke rumah dan istirahat.

Hari kedua, The Ghost datang di waktu yang sama seperti kemarin. Hari ini, The Ghost mengajarkan Nathalia bagaimana cara menggunakan belati kecil yang disembunyikan di balik sarung tangannya.

Nathalia mencobanya.

Ok. Caranya adalah aku mengepalkan tanganku terlebih dahulu. Aku menekuk pergelangan tanganku dan keluarlah belatinya.

Namun tidak keluar. The Ghost hanya menggelengkan kepalanya saja. Tidak pantang menyerah, Nathalia terus mencoba. Wajahnya yang sangat serius membuat The Ghost yang melihatnya ingin tertawa.

"Hore! Seperti ini bukan??" Tanya Nathalia seraya menunjukkan keberhasilannya kepada The Ghost.

"Hmm, iya itu sudah keluar. Akan tetapi, orang mana yang akan terbunuh jika belatinya saja kecil seperti itu," kata The Ghost.

Perkataannya benar. Nathalia memang berhasil mengeluarkan belati itu, namun hanya ujungnya saja. Tidak keseluruhan. Nathalia tertunduk lesu. Namun, ia terus mencobanya.

Bahkan, ia membawanya ke tempat bekerja.

Penampilannya tidak dianggap aneh bagi atasannya maupun karyawan lain. Diam-diam, Nathalia mencoba mengeluarkan belati tersebut sambil membersihkan meja, menyapu, membersihkan kaca dan atap dalam restoran, bahkan saat makan malam pun ia coba. Sampai di rumah, sebelum tidur masih ia coba.

"Lihatlah, Master. Sebelum tidur dia melakukan ritual," kata murid The Ghost yang memperhatikan kegiatan Nathalia dari atas pohon. Disebelahnya ada The Ghost. Mereka berdua berjongkok di atas dahan.

"Bagus bukan?? Dia tidak mudah menyerah," kata The Ghost.

"Memang benar, Master. Tetapi bukan berarti dia mencobanya saat hendak tidur. Jangan sampai hal itu terbawa mimpi," katanya. The Ghost tersenyum geli.

Latihan tersebut berlangsung secara bertahap dan berulang-ulang sampai 2 bulan lamanya.

Arumi, alias The Ghost tidak bisa melatih Nathalia lagi untuk sementara waktu karena dirinya diminta bantuan oleh pimpinan Rott Restaurant cabang Sky City. Murid-muridnya yang menyamar sebagai pekerja di berbagai perusahaan juga dipindah sementara ke kota lain.

Nathalia memutuskan untuk berlatih sendiri saja. Secara perlahan namun pasti, Nathalia dapat menguasai teknik beladiri dan menggunakan berbagai senjata di sana, seperti pedang, belati kecil tersembunyi, pisau kecil untuk dilempar, bom asap dan pistol katrol yang baru saja ia tahu bahwa dapat digunakan untuk berayun.

Untuk latihan yang lain seperti memaksimalkan kekuatan matanya, mengontrol kekuatan di tubuhnya dan mengendalikan pendengaran serta instingnya belum bisa dikuasai karena Arumi sudah dipanggil terlebih dahulu.

-----------

Di sisi lain, di gedung Parvita Company, seorang pria berjas hitam menghadap ke cermin. Tampak ia sedang berkomunikasi dengan bayangan pria di cermin tersebut.

"Kelihatannya dia sudah pandai menggunakan berbagai senjata. Sepertinya dia sudah siap mengahadapimu. Apa yang akan kau lakukan, Reinkarnasiku??" Tanya bayangan pria itu.

"Tenang saja. Aku mempersiapkan senjata dan armor canggih untuk menghadapinya. Lagipula, kita masih tetap pada rencana awal bukan?? Saat ulangtahunnya, mari kita buat dia sengsara," kata pria berjas hitam seraya tersenyum licik.

"Hahaha. Kau benar. Sukses untuk kita. Jangan lupa rencana utama kita."

Perlahan, bayangan pria itu menghilang. Dari pantulan cermin, terlihat bayangan pria berjas hitam tersebut. Wajahnya tersenyum licik.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!