Musuh Tapi Menikah.

"APA?????." saking terkejutnya, kedua bola mata Ayu nampak melebar dengan sempurna. "Lo lagi becanda kan, Nay????." Ayu menolak percaya pengakuan Inayah. Namun gelengan kepala sahabatnya itu membuat Ayu menghela napas panjang.

"Memangnya sejak kapan Lo menjalin hubungan dengan Deva, kenapa Lo nggak pernah cerita ke gue????." cecar Ayu penasaran.

"Gue nggak pernah menjalin hubungan apapun dengan Deva." jawab Inayah apa adanya.

"Nggak menjalin hubungan apapun tapi kalian berencana menikah, apa itu masuk akal Nay???." kembali cecar Ayu dengan kening berkerut bingung.

"Jangan bilang Lo lagi hamil anaknya Deva????." belum sempat Inayah bersuara, Ayu kembali melontarkan pertanyaan yang mampu membuat Inayah syok mendengarnya.

"Gila kali Lo, gue masih perawan kali, Yu." Inayah menepis pikiran buruk Ayu terhadap dirinya.

"Terus????."

"Lo ingat nggak waktu gue hampir telat di hari interview waktu itu???."

Setelah berhasil mengingat kejadian yang dimaksud Inayah, Ayu lantas mengangguk. Dalam situasi seperti ini akhirnya Inayah menceritakan keisengannya pada Devano di restoran tempo hari. Inayah menceritakan semuanya tanpa ada lagi yang ditutup-tutupi, termasuk kedua orang tua Devano yang menolak percaya di saat ia mengakui jika pengakuannya waktu itu hanyalah sebuah keisengan semata.

"Gila...Lo benar-benar gila Nay, apa Lo nggak mikir panjang sebelum melakukan keisengan seperti itu Nay????." kata Ayu yang tidak habis pikir, setelah mendengar semua cerita Inayah.

"Gue nggak nyangka semuanya bakal berbuntut panjang seperti ini, Yu." Jika waktu bisa di ulang kembali, Inayah pasti tidak akan melakukan tindakan iseng yang kini membawa takdirnya harus menikah dengan musuh bebuyutannya.

"Gue bingung harus berkomentar seperti apa lagi, Nay. sebagai sahabat gue hanya bisa mendoakan semoga rumah tangga yang akan Lo jalani bersama Deva nantinya bisa membawa kebahagiaan di dalam kehidupan Lo berdua." hanya sebait doa yang bisa di panjatkan Ayu sebagai sahabat, tanpa bisa berkomentar banyak lagi. Toh hari pernikahan Inayah dan Deva pun telah ditetapkan.

"Maafin gue ya, Yu, bukannya gue nggak mau cerita lebih awal, tapi gue hanya ingin mencari waktu yang pas aja buat cerita ke Elo." ujar Inayah merasa bersalah.

"Its ok, gue ngerti, Nay." Ayu berpindah di sisi Inayah kemudian memeluk sahabatnya itu, seakan memberi support. "Gue harap pernikahan kalian kelak baik-baik saja, tapi seandainya harapan itu berbanding terbalik, jangan sungkan buat berbagi cerita sama gue!!!. Gue sahabat Lo dan sampai kapanpun gue tetap akan ada di sini buat Lo." Ayu mengelus punggung Inayah.

Inayah tak kuasa membendung air matanya, ketulusan Ayu dalam menjalin persahabatan membuat Inayah merasa sangat bersyukur memiliki sahabat seperti gadis itu.

"Thanks,, Yu, Lo emang sahabat terbaik gue" ucap Inayah tulus dari lubuk hati terdalam.

**

Devano dibuat bingung dengan perubahan sikap Alex setelah ia menceritakan tentang rencana pernikahannya dengan Inayah.

"Lo kenapa sih, Bro???." nampak kerutan halus di kening Devano kala bertanya pada sahabatnya itu.

"Btw, Lo masih ingat nggak gadis yang pernah gue ceritain waktu itu???." bukannya menjawab, Alex justru memutar pikiran Devano untuk mengingat sesuatu.

"Maksudnya gadis yang Lo taksir itu???." jawab Devano setelah berhasil mengingatnya. "Memangnya siapa sebenarnya gadis yang udah mampu membuat Lo jatuh hati, gue jadi penasaran???." sejak mereka masih duduk di bangku SMA dulu, Alex sering kali curhat pada Devano bahwa dia tertarik pada seorang gadis. Namun begitu Alex tidak pernah mengutarakan pada Devano tentang siapa sebenarnya sosok gadis itu.

"Lo yakin pengen tahu siapa nama gadis itu, Dev???."

"Aneh banget sih Lo, kalau mau bilang ya tinggal bilang aja kenapa sih!!." terus dibuat penasaran dengan kalimat teka-teki Alex, Devano pun nampak sewot.

"Putri Inayah, gadis itu adalah Putri Inayah. gadis yang barusan Lo akui sebagai calon istri Lo."

Duar....

Bagai disambar petir di siang bolong Devano mendengar pengakuan dari sahabatnya itu. "Jadi gadis yang Lo taksir itu, Putri Inayah???." Devano memastikan pendengarannya. Pemuda itu sampai terpaku untuk beberapa saat setelah Alex membenarkannya dengan anggukan kepala. Bukan hanya itu saja, Devano baru teringat akan obrolannya bersama Alex melalui sambungan telepon kemarin pagi, di mana sahabatnya itu menyampaikan padanya jika ia berniat melamar seorang gadis setelah kembali ke tanah air.

"Jangan bilang gadis yang Lo maksud kemarin itu adalah Inayah????." tanya Devano nyaris tanpa ekspresi.

Alex kembali mengangguk, membenarkan dugaan Devano. Selama bertahun tahun menjalin hubungan persahabatan, baru kali ini Devano dan Alex berada di dalam kecanggungan. Sampai satu kalimat kembali terucap dari mulut Alex. "Gue titip gadis yang gue cintai ke Elo, bro, tolong cintai dan sayangi dia!!! Kalian bukan lagi remaja yang harus terbelenggu dalam permusuhan, terlebih sebentar lagi kalian akan terikat dalam ikatan suci pernikahan." sama seperti Zena dan Ayu, Alex pun tahu bagaimana permusuhan di antara Devano dan Inayah sejak dulu.

Devano tak merespon permintaan sahabatnya itu, entah mengapa ia merasa tidak suka ada seorang pria yang mengakui perasaannya terhadap calon istrinya, padahal setahu Devano ia tak memiliki perasaan apapun terhadap Inayah.

*

Di sepanjang perjalanan kembali dari rumah Alex, Devano masih terngiang akan pengakuan dari mulut sahabatnya itu. Di satu sisi ia merasa seperti sudah merebut wanita yang dicintai oleh sahabatnya, tapi di sisi lain Devano pun menyayangkan sikap Alex yang tidak pernah berterus terang padanya tentang sosok gadis yang mampu membuatnya jatuh cinta tersebut. Jika sudah seperti ini mana mungkin ia akan membatalkan pernikahannya dengan Inayah hanya karena perasaan Alex terhadap calon istrinya itu.

Satu kenyataan yang baru di ketahui oleh Devano hari ini, ternyata bukan hanya dirinya yang mencintai seorang gadis dalam diam. tapi Alex pun demikian, ternyata selama ini sahabatnya itu diam-diam menaruh hati pada Inayah. Takdir kehidupan seakan menegaskan bahwa tidak semua yang kita inginkan bisa kita miliki.

Setibanya di rumah, Devano disambut oleh ibunya yang menyampaikan bahwa pihak keluarga mereka telah sepakat untuk memajukan hari pernikahannya dengan Inayah, sesuai dengan permintaan dari ayahnya Inayah. Ya, beberapa saat yang lalu ayahnya Inayah datang berkunjung ke kediaman orang tua Devano, tepatnya beberapa saat setelah Devano mengantarkan Inayah kembali ke apartemen Ayu.

"Minggu depan, mah???." ulang Devano, setelah ibunya menyampaikan tentang rencana pernikahan mereka yang akan dimajukan Minggu depan.

"Kenapa, mas nggak setuju???." tanya mama Fana dengan tatapan tak suka.

"Bukan begitu mah, mas hanya kaget saja." jawab Devano apa adanya.

Setelahnya, Devano pun pamit ke kamarnya. Setibanya dikamar hal pertama yang dilakukan oleh Devano adalah menghubungi ponsel Inayah.

"Ya, Pernikahan kita akan dimajukan minggu depan." kalimat pertama yang didengar Devano ketika panggilannya tersambung.

"Jadi Lo udah tahu."

Di seberang sana Inayah mengangguk, padahal ia sendiri sadar jika gesturnya tersebut tidak akan terlihat oleh Devano.

"Ya udah kalau gitu." Devano lantas menyudahi panggilannya.

Jujur, Devano dibuat bertanya-tanya mengapa sampai calon ayah mertuanya itu meminta pernikahan mereka dimajukan.