Sya yang merupakan fresh graduate tahun ini telah diterima bekerja di PT Santoso Group. Di hari pertamanya bekerja dia dikagetkan dengan seorang bocah berusia 3 tahun yang memanggilnya " Bunda".
" Dunda.. Dunda.. Kendla mau pipis. " seorang bocah laki-laki menarik celana kerjanya saat Sia berdiri di lobi kantor.
Maureen Calisya Putri ( 23 )
Sungguh mengejutkan ternyata bocah yang memanggilku Bunda adalah anak dari pemilik perusahaan tempatku bekerja.
Raditya Diko Santoso ( 30 )
Kamu hanya akan menjadi ibu sambung untuk anakku karena dia menginginkannya.
Bagaimana perjalanan kisah mereka disaat salah satu diantara mereka melanggar perjanjian yang sudah disepakati?
Akankah terus bersama atau memilih untuk berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggi Dwi Febriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saya Masih Kaya
Radit POV~
Hari ini aku bangun sedikit terlambat setelah tadi malam tidak bisa tidur karena memikirkan tingkahku yang sangat aneh. Aku baru bisa tidur pukul 03.00, dan sekarang baru bangun pukul 06.30 itupun karena Andre yang menelfonku. Aku lebih baik bersiap-siap untuk ke kantor.
Segera aku bergegas untuk mandi. Dalam guyuran dinginnya air pun gadis itu masih tetap bertahan di dalam kepalaku, ya Maureen. Apa yang sebenarnya terjadi denganku?
Saat aku sedang menggunakan dasiku tiba-tiba ponselku berbunyi.
*Mama
" Hallo, Assalamu'alaikum Dit*." Sapa Mama dari sebrang telfon.
" Wa'alaikumsalam Ma. Kenapa Ma? Tumben pagi-pagi udah telfon, Kendra rewel ya?" Ya memang tidak biasanya Mama pagi-pagi seperti ini menelfonku.
" Enggak kok, Kendra nggak rewel, cuma tadi pagi mendadak mau pulang cepet minta ke kantor kamu. Kamu udah berangkat ke kantor? " Ujar Mama menjelaskan.
" Belum, ini mau siap-siap ke kantor. Mama sama Kendra sekarang dimana? Udah mau pulang?" Tanyaku lagi.
" Ini Mama udah di jalan. Nanti Mama langsung ke kantor aja ya."
" Oo gitu, ya udah nggak papa. Sekarang Kendra mana Ma? Aku mau bicara dulu."
" Kendra, ini ayah telfon mau ngomong sama Kendra." Terdengar suara Mama yang memberitahu Kendra.
" Halo, Asmikum Ayah, ini Kendla." Suara kecil Kendra terdengar dari sebrang telfon.
" Wa'alaikumsalam Kendra anak Ayah. Kendra tadi kata Oma minta pulang pagi ya? Kenapa sayang? Emang Kendra udah nggak kangen sama dedek Aurel lagi." Aku mencoba bertanya kepada Kendra.
" Kan Kendla udah lama main sama dedek Ulelnya Ayah, sekalang Kendla kangen sama Dunda. Kendla mau ke tempat Ayah kelja, Dunda disana kan Ayah? "
Ternyata ini alasan kenapa Kendra mendadak ingin pulang cepat-cepat ke Jakarta. Bukan karena kangen kepada aku melainkan kepada gadis yang telah dia panggil Bunda, Mureen. Gadis yang bahkan baru sekali dia temui. Tapi kenapa kesan pertemuan mereka terasa begitu dalam? Tidak biasanya Kendra bersikap seperti itu kepada orang yang baru ditemuinya. Sebenarnya apa yang spesial dari gadis itu? Aku saja belum menemukan jawaban atas pertanyaanku sendiri dari kemarin. Tapi dia seolah-olah menarikku untuk masuk ke dalam kehidupannya yang aku sendiri sama sekali tidak tau. Membuatku tertarik untuk memperhatikannya, bahkan Kendra pun seolah tidak bisa lepas dari pesona seorang Maureen.
" Kendra nggak pulang ke rumah dulu? Atau ke rumah Oma mungkin? Kan biar Kendra nggak capek, baru besok Ayah ajak main ke kantor Ayah, Oke." Aku mencoba membujuk Kendra untuk pulang ke rumah terlebih dahulu, biar bagaimana pun jarak antara Bandung - Jakarta cukup jauh, apalagi jika terkena macet. Aku hanya tidak ingin Kendra terlalu lelah, bisa-bisa Kendra justru akan rewel jika lelah tapi memaksakan untuk ke kantor.
" Tapi Kendla kangen sama Dunda Ayah. " Suaranya terdengar lirih.
" Iya iya, ya udah Kendra boleh ke kantor Ayah, tapi janji nanti jangan rewel ya." Akhirnya aku memperbolehkan Kendra untuk datang ke kantorku.
" Holee, Kendla ke kantol Ayah, Kendla mau ketemu sama Dunda. " Terdengar suara Kendra yang bernyanyi kegirangan.
" Sekarang boleh Ayah ngomong sama Oma dulu nak." Ujarku kepada Kendra.
" *Boyeh Ayah, Oma... Ayah mau omong sama Oma."
" Jadi bisa kan Mama juga ke kantor kamu? Mama penasaran sama Bundanya Kendra*." Mama terkekeh geli, pasti sekarang dia sedang menggodaku.
" Ma, jangan aneh-aneh deh. Dia bukan Bundanya Kendra. Lagian dia cuma karyawan baru di kantorku. Nanti kalau Kendra masih merengek minta ke kantor ya udah nggak papa Mama ke kantor. Tapi kalau Kendra nanti tidur, mending di bawa ke rumah langsung aja Ma, sekalian Mama juga istirahat dulu. Emang Mama nggak capek perjalanan Bandung-Jakarta yang sampe 4 jam lebih? " Ujarku kepada Mama.
" Kamu mah banyak alesan aja, bilang aja Mama nggak boleh kesana. Ya udah, nanti kalau Mama sama Kendra udah mau sampai Mama hubungi kamu lagi."
" Ya udah Mama hati-hati, Assalamu'alaikum." Aku memilih untuk segera mengakhiri panggilan telfon ini agar pembahasan tidak semakin panjang.
" Wa'alaikumsalam."
Setelah selesai bersiap-siap aku turun ke bawah untuk sarapan, disana sudah ada Andre yang menunggu.
" Sarapan dulu Ndre." Ujarku padanya.
Seperti biasa aku hanya sarapan Roti panggang dan segelas kopi hitam.
" Saya sudah sarapan lebih dulu Pak."
Ya, Andre memang sudah terbiasa disini, dan aku membebaskannya untuk melakukan apapun disini selama itu tidak merugikanku. Termasuk sarapan disini.
Sudah pukul 07.30, Aku dan Andre segera ke kantor. Seperti biasa jika dia ada disini maka Andre lah yang akan menyetir mobil.
Baru keluar rumah 5 menit mendadak hujan turun. Memang sedari pagi cuaca terlihat mendung. Aku masih asik dengan tabletku untuk memeriksa e-mail yang masuk saat tiba-tiba Andre bersuara.
" Maaf Pak, itu bukannya Mbak Sia ya? Sepertinya dia mau berangkat ke kantor tapi tidak membawa mantel. " Ujar Andre yang seketika menghentikan kegiatanku.
Aku mendongakkan kepalaku.
" Sia, memang siapa Sia? Tanyaku pada Andre.
" Itu lho Pak, karyawan yang dipanggil Bunda sama Kendra."
Aku langsung mengalihkan pandangan ke arah dimana gadis itu berteduh. Terlihat dia sedang menerima telfon. Mungkin mencari bantuan agar bisa berangkat ke kantor, karena 10 menit lagi jam kantor akan dimulai.
" Suruh dia ikut dengan kita saja Ndre." Ujarku kepada Andre, dan itu sangatlah spontan. Untung saja Andre tidak banyak bertanya.
" Baik Pak." Andre langsung turun dengan membawa payung.
Kulihat gadis itu seperti menolak ajakan Andre, langsung saja aku membuka jendela mobil.
" Cepat masuk, saya tidak suka dengan karyawan yang telat di kantor saya. Apalagi hanya karna hujan." Aku berkata sedikit keras dari dalam mobil.
Seketika dia langsung menurut untuk masuk, terlihat wajahnya yang seperti takut sangat lucu.
" Tapi motor saya gimana Mas? " Lagi-lagi gadis itu menghentikan langkahnya.
" Nanti biar orang saya yang ambil, sekarang cepat masuk." Ujarku kepada Maureen.
Tanpa bertanya lagi dia langsung masuk mobil dan duduk di sebelahku karena Andre memang membukakan pintu tepat disampingku.
Begitu mobil kembali melaju, suasana di dalam mobil menjadi hening. Terlihat gadis itu sangat tidak nyaman ada disampingku. Sangat berbeda dengan kebanyakan wanita diluar sana yang pasti akan langsung kegirangan.
" Pak Radit, saya mau mengembalikan uang yang kemarin. " Tiba-tiba Maureen bersuara.
" Uang apa? " Tanyaku padanya.
" Yang tadi malam bapak bayarin belanjaan saya di supermarket." Maureen menyodorkan uang 200 ribu.
Aku hanya melirik uang tersebut tanpa menerimanya.
" Buat kamu saja, saya masih kaya."
selalu ngalamin itu, karena nama asli saya juga panjang banget 😂
kali ini Lo salah sya, gimana kalau keadaannya di balik?
mengingat sifatnya diawal bagaikan freezer 😂