Arga, seorang remaja yang lahir dari darah daging ayahnya sendiri, tumbuh di rumah besar yang justru terasa asing baginya. Kehangatan keluarga yang seharusnya menjadi tempat berlindung berubah menjadi penjara dingin — penuh tatapan acuh, hinaan, dan kesepian.
Ayah yang dulu ia panggil pelindung kini tak lagi memandangnya. Cinta dan perhatian telah dialihkan pada istri baru dan anak-anak tiri yang selalu dipuja. Sementara Arga, anak kandungnya sendiri, hanya menjadi bayangan yang disuruh, diperintah, dan dilukai tanpa belas kasihan.
Namun di balik luka dan penghinaan yang menumpuk, Arga menyimpan api kecil dalam hatinya — tekad untuk bertahan, dan bangkit dri penderitaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrina salsabila Alkhadafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13: Phantom Script dan Dinding Kaca
Seminggu kemudian, Aurora Tech secara resmi memenangkan kontrak Smart-City Integration untuk Nusantara Mega-Project. Kemenangan ini menempatkan Tuan Alpha di jantung proyek infrastruktur terbesar negara itu.
Kantor pusat Proyek Nusantara terletak di sebuah complex baru, didominasi oleh desain terbuka, dinding kaca, dan teknologi canggih. Arga, sebagai Tuan Alpha, memiliki ruang kerja eksklusif di lantai atas, yang terhubung langsung dengan ruang kontrol utama milik Laila Diandra.
Laila adalah ratu di sini. Ia mengelola ratusan engineer dan arsitek. Ia harus bekerja langsung dengan Tuan Alpha—rahasia terbesarnya.
Tuan Alpha, dalam setelan bisnis sempurna, memasuki ruang kontrol Laila untuk pertemuan koordinasi pertama. Ruangan itu ramai, tetapi begitu Arga masuk, keheningan instan terjadi, menunjukkan dominasi aura kekuasaannya.
Laila berdiri di depan display hologram 3D Proyek Nusantara. Ia terlihat profesional, dingin, dan benar-benar menjaga jarak.
"Selamat datang, Tuan Alpha," sambut Laila, tidak ada kehangatan, hanya formalitas yang menusuk. "Seperti yang Anda tahu, Proyek Nusantara ini sangat sensitif. Kami menuntut standar keamanan tertinggi. Kami akan mulai mengunggah cetak biru digital utama ke server Anda malam ini. Kami berharap tidak ada lag sistem."
"Sistem kami tidak pernah lag, Nona Diandra," balas Arga, nadanya arogan dan percaya diri. "Justru server Anda yang kami khawatirkan. Apakah Anda sudah menjalankan program Diagnostic mandiri yang saya berikan?"
Arga menggunakan istilah "program Diagnostic mandiri" sebagai kode untuk Phantom Script (yang ia serahkan di kafe).
Laila merasakan jantungnya berdebar. Ia telah menjalankan script itu tadi pagi, menggunakan laptop pribadi Arga si engineer. Prosesnya baru 50% dan tersembunyi.
"Tentu," Laila berbohong dengan tenang. "Hasilnya memuaskan, engineer Anda tidak perlu khawatir. Kami telah memastikan database kami bersih sebelum menghubungkannya ke sistem Aurora Tech."
Arga menatapnya lekat-lekat. Pertama, ia mengagumi kemampuan Laila berbohong secara mulus di bawah tekanan. Kedua, ia melihat ketakutan samar di mata Laila.
"Saya harap begitu," Arga mencondongkan tubuh sedikit. "Karena jika database Anda terkontaminasi, bukan Aurora Tech yang akan bertanggung jawab, Nona Diandra. Anda yang akan saya tuntut secara pribadi."
Ancaman itu diucapkan dengan nada Tuan Alpha yang mendominasi, membuat Laila merasa terhina. Ini adalah sandiwara mereka.
Arga dan Laila menghabiskan sisa hari itu dalam serangkaian rapat koordinasi. Mereka harus duduk bersebelahan, membahas data Smart-Grid dan integrasi keamanan.
Secara profesional, mereka adalah tim yang tak tertandingi—Tuan Alpha dengan kecerdasan analitis dan prediktif, Laila dengan visi arsitektur dan pemahaman struktural. Mereka menyelesaikan masalah dalam hitungan menit, yang membuat tim lainnya terkesan.
Namun, chemistry di antara mereka terasa tebal, menciptakan dinding kaca tak terlihat yang memisahkan mereka dari orang lain.
Laila, jangan tatap Tuan Alpha terlalu lama. Dia adalah Arga.
Arga, jangan tunjukkan bahwa kau mengingat bagaimana detail kecil di ujung rambut Laila saat ia fokus.
Saat menjelang malam, Laila pura-pura lembur. Semua engineer pergi. Laila duduk di ruang kontrolnya yang sunyi. Ia membuka laptop engineer yang ia sembunyikan di laci—laptop pemberian Arga dulu.
Ia melihat Phantom Script yang sedang berjalan di background. Skrip itu telah mencapai 90%.
Script itu tidak melakukan peretasan. Ia melakukan pemindaian prediktif untuk mencari potensi trap siber yang sudah dipasang oleh hacker lain (kemungkinan Vino atau Binar) di server Nusantara, sebelum Aurora Tech mengambil kendali penuh.
Tiba-tiba, Arga masuk. Ia hanya membawa satu tablet.
"Saya melihat Anda masih di sini, Nona Diandra," kata Arga, berjalan ke display hologram 3D. "Pekerja keras, ya."
"Tentu saja. Proyek ini milik saya," balas Laila, segera menutup laptop rahasianya. "Anda juga tidak tidur?"
"Saya tidak perlu tidur untuk bekerja," Arga membalas, matanya tertuju pada hologram. "Saya datang untuk mengonfirmasi ulang detail fiber optic di Zona Hijau. Saya perlu melihat CAD file asli Anda."
Laila merasakan kepanikan. CAD file ada di server utama, yang baru akan fully synchronized dengan sistem Aurora besok.
"Belum bisa. Synchronization belum selesai," jawab Laila.
"Pembohong," Arga bergumam. Ia tahu Synchronization telah selesai, tetapi Laila ingin Phantom Script menyelesaikan pekerjaannya dulu.
Arga mencondongkan tubuh ke display hologram, seolah-olah sedang memeriksa fiber optic. Jarak mereka sangat dekat. Laila mencium aroma maskulin dan dingin dari parfum Arga. Ketegangan itu hampir tak tertahankan.
"Saya tahu Anda masih menjalankan script itu, Laila," bisik Arga, sangat pelan, ke telinga Laila. "Saya butuh 100%. Jangan main-main. Keamanan kita tergantung pada file itu."
Laila menahan napas. "Saya tahu," ia balas berbisik, memaksakan dirinya untuk tetap melihat hologram, bukan mata Arga. "Tapi jangan pernah mendekat seperti ini lagi, Tuan Alpha. Ini melanggar batas."
Arga tersenyum kecil. "Batas? Anda yang mengundang hacker ke ruang kontrol Anda, Laila. Batas kita sudah kabur sejak lama."
Tiba-tiba, laptop rahasia Laila berbunyi nyaring. 100% COMPLETE.
Laila segera membukanya. Sebuah notification pop-up muncul di layar, langsung dikirim ke server Aurora Tech.
ALERT: PHANTOM SCRIPT DETECTED MALICIOUS CODE. LOCATION: NUSANTARA SECURITY PROTOCOL LAYER 3.
Arga langsung menarik napas tajam. Ia tahu Phantom Script telah menemukan trap.
"Apa itu?" Laila bertanya, wajahnya pucat.
"Vino," Arga berbisik. "Atau Binar. Mereka tidak hanya mencoba meretas Anda, mereka menanam time bomb siber di protokol keamanan Nusantara. Begitu smart-city ini aktif, time bomb itu akan melumpuhkan jaringan dan menciptakan kekacauan."
"Tidak mungkin! Protokol ini sangat aman!" seru Laila.
"Mereka memanfaatkan backdoor dari vendor lama, Laila. Dan mereka tahu Anda akan menjadi arsiteknya," jelas Arga, nadanya menjadi tegang. "Ini bukan serangan acak. Ini adalah perangkap balas dendam yang ditujukan pada Anda dan Nusantara."
Laila merasakan getaran dingin menjalar. "Mereka mencoba menghancurkan proyek yang saya bangun, lagi?"
Arga menatap matanya. "Mereka ingin membuktikan, tanpa mereka, Nusantara akan gagal. Mereka ingin Anda hancur."
Arga meraih tangan Laila di atas meja, tanpa sadar, dan genggaman itu kuat.
"Kita tidak punya waktu," kata Arga. "Anda harus segera mengunggah file CAD Nusantara yang belum terenkripsi ke server Aurora Tech sekarang. Ini adalah jebakan siber yang sangat canggih. Saya harus menganalisis data CAD Anda untuk mengetahui di mana logic bomb itu tertanam secara fisik."
Laila menarik tangannya kembali, tetapi sentuhan itu sudah membakar kulitnya. Chemistry itu berubah menjadi kebutuhan, rasa panik, dan ketergantungan.
"Baik," kata Laila, memejamkan mata sebentar. "Saya akan mengunggahnya sekarang. Tapi Tuan Alpha, jika file desain Nusantara ini bocor ke publik—"
"Tidak akan," potong Arga. "Saya adalah satu-satunya orang di dunia yang bisa melindungi file ini dari Ayah saya dan semua koneksinya. Anda sudah memberi saya kepercayaan yang paling berbahaya, Laila. Saya tidak akan mengkhianati Anda."
Laila mengunggah file Nusantara yang sangat besar ke sistem Aurora Tech. Ini adalah penyerahan total. Arga kini memegang seluruh desain smart-city negara itu.
Tugas selesai. Ketegangan mereda.
Arga menatap Laila, yang berdiri di sana, rapuh dan lelah.
"Pergilah. Sekarang giliran saya yang bekerja," kata Arga, kembali ke nada Tuan Alpha yang dingin.
"Tuan Alpha," panggil Laila. "Saya telah menempatkan seluruh masa depan saya di tangan Anda. Apakah ini yang Anda inginkan? Dominasi total?"
Arga berjalan mendekat, menyenderkan tubuhnya ke meja Laila. Ia menatap wajah Laila dengan intens.
"Saya ingin kesetiaan total, Laila," balas Arga, suaranya kembali menjadi bisikan intim yang menghancurkan dinding kaca di antara mereka. "Kesetiaan yang tidak bisa dibeli, yang tidak bisa dipalsukan, dan yang tidak bisa digoyahkan oleh Vino atau Rendra."
"Saya sudah menunjukkannya dengan flash drive itu," balas Laila, menantang.
Arga mengangguk. "Tunjukkan lagi. Sekarang, dan setiap hari. Karena sekarang, kita tidak hanya bekerja di Nusantara. Kita berada di dalam permainan identitas ganda, Laila. Anda harus menjaga jarak dari Tuan Alpha di depan umum, tetapi di sini... di ruang kontrol ini... saya ingin Anda memperlakukan saya sebagai Arga yang Anda percayai."
Arga mencondongkan tubuhnya lebih dekat, menciptakan proximity yang sangat mengancam dan menggoda.
"Ini adalah kontrak emosional kita, Laila. Terima atau tolak. Tapi begitu Anda menerima, Anda akan menjadi milik Aurora Tech," Arga berbisik, lalu mundur tanpa menunggu jawaban.
Laila berdiri di tempatnya, memegang meja. Ia tahu ia telah menandatangani kontrak emosional yang jauh lebih berbahaya daripada tender mana pun. Ia harus bekerja dengan Arga setiap hari, di bawah tekanan, sambil berpura-pura membencinya.
Arga. Tuan Alpha. Kau akan membuatku gila.
Laila menatap display hologram 3D Proyek Nusantara, yang kini terasa seperti jaring laba-laba. Ia telah masuk lebih dalam dari yang ia duga.
Dihina, disakiti, diabaikan — hingga akhirnya ia memilih pergi, membawa luka yang berubah jadi kekuatan.
Bertahun-tahun kemudian, dunia berbalik.
Anak yang dulu diremehkan, kini berdiri di atas cahaya keberhasilannya.
mari masuk ke dunia Tuan alfa