"Untukmu, seluruh waktuku. Dariku untuk menantimu"
____________________________
Yumi tak pernah mengira dirinya akan menjalin kasih dengan lelaki yang bahkan tak dikenalnya. Lelaki aneh, yang seakan tau segalanya tentang dia.
Berulang kali Yumi berusaha kabur, menjauh, bertindak tak semestinya agar lelaki itu merasa ilfeel dan meminta putus, tapi justru lelaki itu semakin melabelinya sebagai miliknya!
Aneh. Hampir tak masuk logika.
Apa alasan dibalik hubungan yang terbentuk dengan cara ekstrim ini?
Dan akankah Yumi berhasil membuat lelaki itu pergi?
Atau akankah dirinya terjebak selamanya dihubungan yang tak nyaman bersama lelaki asing itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumachi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perkenalan
...• Bab 12 •...
...»»——⍟——««...
..."Mencoba memahamimu sama halnya dengan mengerjakan soal tersulit tanpa kisi-kisi"...
...。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆...
"Bentar...sabar...ada hal yang harus lo tau....GUE GAK BISA BAHASA INGGRIS, MAGAAA!!"
Dermaga mendesah berat, ia membentuk jemarinya ke dalam bentuk V dan mendorong kening Yumi lembut, "So, dummy."
"Intinya, lo tetep pacar gue, That's it." ujar Dermaga sembari menegakan badanya.
"Bukanya harus cinta dulu ya buat jalin hubungan? Lo ada rasa gak sama gue? Sedangkan kita aja baru kenal setelah lo maksa pacaran"
"Bawel banget sih lo. Perasaan bakal tumbuh seiring waktu. Jalanin aja dulu"
"Tapi kan...."
"Shh..." Lelaki itu mencubit bibir Yumi untuk membungkamnya.
"Diem. Balik sana ke kelas, jangan bertingkah lagi"
"Pembicaraan kita kan belum selesai!"
"Apa yang lo mau tau lagi? Kan gue udah jawab"
"Gue tetep gak percaya kalo lo itu gak bercanda. Siapapun yang denger cerita ini juga pasti bakal mikir aneh, gak masuk akal, kecuali kalo lo emang beneran cuma iseng"
Dermaga terdiam, lelaki itu memandang wajah polos mungil tanpa makeup. Hanya sedikit pewarna bibir yang ia gunakan untuk menyegarkan wajahnya agar tidak terlihat terlalu kumal.
"Yaudah, jam makan siang kita ke kantin bareng"
"Kenapa?"
"Mau yakin kan, kalo gue beneran gak bercanda, apalagi ngerjain lo?"
Yumi mengangguk polos.
"Nanti gue kenalin sama temen-temen gue, termasuk Karin. Orang yang lo sangka pacar sesungguhnya gue itu"
"Haaah... temen-temen lo kan bisa lo aja kompromi, gue emang gak pinter tapi gak kosong juga ya"
Dermaga mendecak, susah sekali menyelesaikan masalah dengan gadis ini, "Bawa temen-temen lo juga, biar gue kenalan, si tukang sewa hodie sama tukang gelitik itu"
"Jangan cerewet lagi. Gue gak sesabar itu orangnya. Sampai ketemu nanti siang" ujar Dermaga sambil mencubit pipi Yumi pelan.
Dengan wajah yang masih cengo, Yumi menatap lelaki itu yang menaiki tangga dengan cepat menuju lantai lima.
Tangan Yumi memegang dada nya, ada hentakan kecil yang sampai terasa ke kulitnya. Apa ini yang dinamakan gejala serangan jantung?
Tidak nyaman sekali. Sesak. Rasanya seperti sedang berteriak diruang kedap suara.
Gadis itu berjalan terhuyung kembali ke kelasnya. Ia melangkah gontai macam zombie jinak yang pemalas. Begitu sampai dikelasnya, tubuhnya disentak-sentakan oleh Pasha yang sudah mendengar cerita dari Lidya.
"Yumi! Lo diapain sama itu cowok? Muka lu kaya udah kaya tomat kadaluarsa gini! Ceritain! Biar gue bales nanti"
...**✿❀ ❀✿**...
...**✿❀ ❀✿**...
...**✿❀ ❀✿**...
Perkenalan antar dua kubu insan asing yang tiba-tiba menjalin kasih sungguh terjadi.
Tapi dibanding perkenalan, suasana ini sih lebih cocok dibilang seperti pertemuan rapat yang sedang membahas topik kekurangan dana sedangkan tenggat waktu pelaksanaan acara sudah dekat.
Mencekam sekali.
Terlebih Pasha yang sedari tadi memelototi Dermaga. Sedangkan geng lelaki itu santai sembari menikmati hisapan rokok dan camilan.
Yumi sendiri masih kebingungan, jantungnya masih meletup-letup kecil sampai membuat hidungnya kembang kempis.
Lidya menyembunyikan wajahnya dibelakang punggung Yumi, mungkin gadis itu masih trauma dengan kejadian di pojokkan paksa oleh teman-teman Dermaga.
Yumi terus memandangi dalam ragu kelima orang yang berjejer dihadapanya. Empat laki-laki dan satu perempuan.
Perempuan paling cantik nan fashionable. Vibes orang kaya, langsung terlihat jelas. Tas merek. Perhiasan simple tapi elegan. Parfumnya pun menyeruak khas aroma parfum paris yang mahal. Rambutnya tergerai rapi klimis bergelombang. Jadi inilah sosok, Karin teman wanita satu-satunya Dermaga.
Dermaga menatap Yumi datar, setelah merencanakan pertemuan dadakan ini, lelaki itu bahkan tidak mengucapkan kata pembuka sedikit pun. Membuat suasana jadi awkward.
"Gelisah banget gue banget demi ungker~" pria berkaos cokelat tua polos, dengan rambut yang agak gondrong mematikan rokoknya. Mulutnya sudah gatal sekali ingin memecah kecanggungan ini.
"Ini kalian pada bicara lewat teleportasi apa gimana?" lanjutnya.
Teguh mendecak, tangannya menempeleng belakang kepala temannya itu, "Telepati Bego!"
Yumi seketika berbinar, bibirnya tersungging senyum lebar yang merekah, "Ah..lo bego ya? Gue juga! Seneng dengernya, kenalin gue Yumi"
"Ya ya...keliatan kok lo se-bego itu, kenalin juga, gue Jodie"
"Ini temen-temen gue, ini Pasha. Dan ini Lidya yang tadi kalian kepung" ujar Yumi sembari memegang bahu kedua temannya itu.
Jodie yang baru saja selesai berjabat tangan dengan Yumi, beralih melakukan hal itu ke Pasha dan Lidya. Mereka saling menyebut nama dengan canggung dan tak nyaman.
Teguh berdeham, tangannya menyibak kerah kemejanya, "Gue Teguh. Cowok terganteng di circle ini"
"Heleh! Najis, sok kepedean lo! Gue yang tertampan mah, kenalin gue Berto, widih dari nama aja udah keren kan?"
"Iya keren, kaya nama penjahat di anime-anime gitu" jawab Yumi dengan nada polosnya. Teguh dan Jodie yang mendengarnya tertawa setuju.
Kini Yumi menatap satu-satunya wanita yang belum memperkenalkan diri. Gadis itu nampak malu-malu, meski pakaian sangat modis dan elegan, tapi sepertinya dia tipe perempuan feminim yang rapuh dan perlu dilindungi.
"Hai, aku Karin. Dari kemarin udah penasaran banget pas Teguh kasih tau Maga sekarang punya pacar, ternyata cewenya cantik banget ya... " suara lembut senyum cantik dan mata yang menatap sayu membuat Yumi hampir terpesona. Bukan dalam artian suka, hanya saja aura gadis itu benar-benar memikat bahkan untuk sesama perempuan.
"Bhahahaha! Cantik? Si lutung ini hahaha! yaampun baru kali ini denger ada yang muji lo, Yum. Ikut prihatin gue"
Yumi mendecih, ia melirik tajam ke arah Pasha yang terpingkal-pingkal memegangi perutnya. Bukannya mendukung lelaki ini malah menjatuhkan harga dirinya.
Awas saja nanti Yumi sikat habis rambut berpomade nya itu.
"Cantik kok, manis lagi.. pantes Maga sampe ngajak pacaran"
Lidya memicingkan mata, nampak ada yang aneh dengan perkataan Karin. Selain itu, insting nya memberikan pendapat tak mengenakan tentang perkenalkan awal gadis canti itu. Rasanya seperti ada yang ganjal dari cara ia tersenyum menatap Yumi.
"Nah itu! Lo...." Pasha menunjuk Dermaga, yang masih memegang putung rokoknya.
"Jawab jujur, kenapa lo tiba-tiba ngajak pacaran Yumi cuma gara-gara dia nyentuh lo? Menurut lo itu masuk akal?"
"Masuk"
"Dari mananya?"
"Tanggung jawab. Apa lagi"
Pasha mengernyit tak mengerti, "Apa se-berharga itu tubuh lo itu? gimana kalo gue yang sentuh" ujarnya sembari mengarahkan tangannya ke bahu Dermaga, tapi seketika itu juga Teguh menepis dengan kasar.
Mata Teguh sempat menatap tajam, sampai akhirnya mengubah tatapan dengan santai dan tersenyum jail, "Grepe gue aja nih, gue suka dibelai-belai soalnya"
Pasha bergidik, ia mundur perlahan. Tangannya ia lipat didepan dada, "Gak rasional aja. Alasan lo ngajak pacaran itu gak bisa diterima. Kesannya kaya main-main"
Dermaga menghembuskan asap rokoknya dan tersenyum miring, "Main-main ya? Kalian emang suka berpikiran buruk gitu ya ke orang?"
"Itu karena lo aneh"
"Apanya aneh? Udah jelas kan, kita pacaran karena dia udah nyentuh gue"
"Kalo hari itu yang nyentuh lo bukan Yumi, gimana? Lo mau ajak pacaran juga?"
...。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆...
...• TBC •...