Ganti Cover dari NT yah
Mencintai dengan sepenuh hati ternyata belum tentu membawa kebahagiaan bagi Alia Valerie Putri, gadis yang kurang beruntung dalam hubungan keluarga dan ternyata tak beruntung juga dalam urusan cinta.
Setahun berusaha menjadi kekasih terbaik bagi Devan Bachtiar, berharap mendapatkan kisah romansa bak film Drama Korea, justru berujung duka.
Hubungan penuh tipu daya yang dilakukan Devan, membuat luka di dalam hati Alia. Hingga takdir membawanya bertemu dengan Sam Kawter Bachtiar yang semakin membuat hidupnya porak poranda.
Siapa sebenarnya Sam Kawter Bachtiar? Lalu bagaimana kelanjutan hubungan Alia bersama Devan Bachtiar? Akankah Devan menyesali perbuatannya?
Akankah masih ada kesempatan baginya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melia Andari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Kau Masih Perawan?
Di tempat lain, Devan sedang bersantai di apartemennya bersama Riska. Keduanya menghabiskan waktu bersama seperti layaknya sepasang kekasih.
"Kau tadi bertemu dengan Alia?" tanya Riska yang bersandar di dada Devan.
"Ya, aku bertemu dengannya. Aku melihatnya diantar sebuah mobil mewah ke kampus," sahut Devan sambil mengingat apa yang tadi ia lihat.
Mendengar itu Riska pun beranjak dari pelukan Devan dan duduk lebih tegak. Pandangannya terlihat serius menatap pria yang kini telah menjadi kekasihnya itu.
"Kau serius?" tanya Riska.
"Ya, aku melihatnya sendiri. Aku pun tak tahu siapa yang mengantar Alia."
"Ya ampun Alia itu benar-benar ya. Dia jual diri ke pria kaya hanya untuk membuatmu menyesal Dev," tutur Riska.
"Aku pikir juga begitu. Dia sengaja menjual dirinya hanya untuk terlihat berkelas. Dan mungkin ia ingin aku kembali kepadanya," tutur Devan.
"Menjijikan! Dia sungguh perempuan yang tak ada harganya!" ejek Riska.
"Kau benar, aku pikir dia gadis yang lugu, tapi ternyata dia hanyalah gadis murahan yang penuh permainan," sahut Devan dengan pandangan mata yang dingin.
Riska yang melihat reaksi Devan itu pun kembali menyandarkan kepalanya di dada Devan. Ia mengusap lembut dada pria itu kemudian memeluknya.
"Ya sudahlah sayang, biarkan saja. Untuk apa kita memikirkan wanita murahan itu. Lebih baik sekarang kita bersenang-senang. Iya kan?" hibur Riska seraya mengusap wajah Devan dengan lembut.
Devan pun mengalihkan pandangannya kepada Riska lalu tersenyum.
"Kau memang benar-benar mengerti aku, sayang," sahutnya lalu mencium bibir Riska dengan lembut.
Beberapa detik berikutnya, ciuman Devan pun semakin menuntut. Namun baru saja ia menyentuh pundak Riska, ponsel di dalam saku celananya berbunyi.
Devan pun menghentikan kegiatannya sejenak, lalu meraih ponsel yang ada di sakunya itu.
"Halo, ada apa pa?" Devan langsung menjawab telepon yang ternyata dari ayahnya.
"Jangan lupa acara launching produk baru perusahaan kita. Kau harus datang lebih awal Dev, sebab kau adalah penerus ku," ucap John di seberang teleponnya.
Seketika Devan menghela nafasnya. Ia hampir saja melupakan acara penting itu. Ia telah dinyatakan lulus dari ujian skripsinya beberapa hari lalu, hanya menunggu wisuda saja.
Tentu saja ia sudah harus bersiap untuk mengemban jabatan di perusahaan milik ayahnya itu.
"Baik pa, aku akan pulang sebentar lagi," sahut Devan lalu menutup teleponnya.
Melihat perubahan raut wajah Devan menjadi serius, Riska pun menepuknya perlahan.
"Ada apa Dev?" tanya Riska.
"Aku lupa jika hari ini ada acara penting sayang. Aku harus segera pulang," tutur Devan.
Pria itu beranjak dari ranjangnya lalu mengambil kunci mobil di atas meja.
"Harus sekarang banget?" tanya Riska yang memperhatikan Devan.
"Iya sayang, kalau aku mengecewakan papa, aku akan gagal menjadi penerusnya. Kau tak mau itu kan?"
Riska pun menghela nafasnya panjang. Sebenarnya ia masih ingin bersama Devan, tapi masa depan pria itu lebih penting saat ini. Karena jika Devan menjadi pemilik perusahaan ayahnya, maka hidupnya akan sangat terjamin, mengingat ayah Devan adalah salah satu orang terkaya di kota itu.
"Kau tak mengajakku menghadiri acara itu?" tanya Riska.
Devan terlihat berpikir sejenak, lalu menatap Riska lembut.
"Hmmm.. Jangan sekarang ya sayang, tunggu hingga aku sudah berkecimpung di perusahaan. Aku akan membawamu kepada keluargaku," sahut Devan.
"Ya udah deh, aku ikut apa kata kamu," sahut Riska pasrah.
Devan pun tersenyum lalu mencium kening Riska.
"Tunggu aku ya sayang, ayo aku antar kau pulang," ajak Devan lalu pergi meninggalkan apartemennya bersama Riska.
...----------------...
*Sore hari di Mansion Sam Kawter.
Pintu kamar Alia terbuka dengan kasar.
BRAAKK!!
Suara itu membuat Alia yang sedang tertidur pun tersentak. Ia membuka matanya dengan lebar dan hati yang berdebar karena kaget.
"Alia Valerie Putri, sedang apa kau?" Sam berteriak seraya berjalan mendekati ranjang Alia.
Alia bangkit dari tidurnya dan terduduk di atas ranjang. Jantungnya berdebar dengan kencang mendapat teriakan Sam.
"Ada apa Tuan?" tanya Alia.
"Ada apa katamu?" geram Sam.
Pria itu menarik satu lengan Alia hingga gadis itu berdiri di sisinya.
"Aku mengatakan apa kepadamu tadi siang Alia?" tanya Sam dengan suara yang tinggi.
Alia terhenyak. Ia baru mengingat jika Sam akan membawanya ke suatu acara penting.
Astaga, mati aku!
Sam memperhatikan Alia kesal. Alisnya terangkat sebelah seraya mencengkram tangan Alia.
"Kau benar-benar gadis bodoh Alia! Kau membuatku kesal berkali-kali!"
"Ma—maaf Tuan, aku ketiduran."
"Mandi sekarang!" perintah Sam seraya menarik Alia masuk ke dalam kamar mandi.
"Ba—baik Tuan," sahut Alia sedikit gemetar.
Ia pun berjalan masuk ke dalam kamar mandi dengan Sam yang masih menatapnya. Alia merasa merinding karena tatapan Sam terus saja mengarah kepadanya. Alia pun membalikkan badannya menghadap Sam Kawter.
"Kenapa??" tanya Sam kesal.
Alia menelan saliva nya kasar.
"Tu—Tuan, aku ingin membuka pakaian. Bisakah—"
"Buka saja," jawab Sam.
"Ap—apa?" Alia tercekat mendengarnya.
Sam pun tersenyum miring.
"Buka saja pakaianmu Alia. Apa ada masalah? Jangan bertingkah seolah kau masih gadis perawan," tutur Sam dengan nada yang mengejek.
"Tapi aku masih..." kata-kata Alia terhenti.
Ia merasa tak sanggup melanjutkan kalimatnya. Hatinya sakit mendengar ejekan Sam mengenai dirinya. Pria itu tak tahu apa-apa, tentang bagaimana Alia menjaga kesuciannya hingga saat ini.
"Kenapa? Kau masih perawan??" tanya Sam.
Alia terdiam. Ia merasa menjawab Sam pun tak ada gunanya. Alia malah ingin menangis, tapi sekuat hati ia menahannya.
Melihat itu, Sam pun tersenyum miring. Tatapannya terlihat jijik pada sosok Alia, membayangkan gadis itu telah melakukan hubungan tersebut bersama Devan.
"Sudah aku duga, tak ada lagi wanita perawan di zaman sekarang ini, dan kau, jangan berlagak suci di hadapanku!"
Alia tak menjawab. Bibirnya bergetar mendengar penghinaan itu, namun ia tak bisa berbuat apapun kepada pria di hadapannya.
"Mandilah, aku juga tidak tertarik melihat tubuh kecilmu itu!" ucap Sam kemudian meninggalkan Alia pergi.
Alia hanya diam menatap kepergian Sam. Pria itu menutup pintu kamarnya dengan kasar. Tanpa terasa airmata Alia jatuh begitu saja. Setelah sekian lama bertahan dalam hubungan yang merendahkan harga dirinya bersama Devan, kali ini ia pun mendapatkan penghinaan dari pria yang bahkan tak pernah ia kenal sebelumnya.
"Kau benar-benar gadis malang, Alia. Tak ada tempat untukmu bersandar. Tak ada yang menginginkanmu," gumam Alia dengan hati yang perih.
jangan bertempur dengan masa lalu karena terlalu berat