"kenapa kamu setujui mereka angkat rahim aku?" teriak Nindi pada Juna sang suami. Nindi telah menikah dengan idola tampan, yang merupakan aktor terkenal. Ia harus menghadapi kenyataan pahit saat rahimnya di angkat. "Punya rahim ataupun tidak. Kamu tetap istriku" kata Juna. Itu hanya kata-kata penenang yang akhirnya hilang bersamaan tuntutan cucu dari keluarga besarnya. Punya istri simpanan atau jujur menikah untuk yang kedua kalinya adalah pilihan yang harus Juna ambil. Tapi dari kedua pilihan tersebut sama sekali tidak ada yang menguntungkan untuk Nindi. Jadi apakah yang harus juna lakukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sabana01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mama mertua sakit
Nindi menghela nafasnya berat, ia berhasil menarik perhatian Juna yang baru saja menarik memarkirkan mobilnya. Juna menarik tangan Nindi, menyatukan tangan keduanya dan menepuk-nepuk tangan itu.
“Jangan cemas, kita punya niat baik buat besuk mama” kata Juna.
“Tapi kamu tau kan gimana sikap mama sama aku selama ini?”
“Tau, aku minta maaf sama kamu dengan sikap mama selama ini” pinta Juna.
Nindi sebenarnya memang tidak mau datang kesini, tapi Juna memaksanya. Bukan ia tak menghargai mertuanya, tapi ia tak ingin memancing keributan antara Juna dan Mamanya.
Juna menggenggam tangan Nindi erat, yg keduanya melangkah di lorong rumah sakit.
Di tangan kirinya juna menenteng sekeranjang buah sebagai buah tangan.
“Tulip Vip 8” itu tertulis didepan pintu kayu bewarna hitam itu.
“Ayo..” ajak Juna
Nindi memasuki kamar tersebut dalam diam, mama mertuanya berbaring di bed rumah sakitnya .
Ada Jessika dari tadi duduk di samping mamanya menyuapi potongan buah. Wajah mamanya yang awalnya tersenyum berubah tak senang, awalnya ia melihat Juna di ambang pintunya tapi kemudian tak lama Nindi menyusul di belakang Juna.
“Ayo kak masuk” panggil Jesika.
Juna menarik tangan Nindi mendekat menuju tempat tidur mamanya.
“Gimana keadaan mama?” tanya Juna.
“Masih lemes” jawab mamanya.
“Nindi tadi beli buah” kata Juna menunjuk barang yang dibawa Nindi.
Mama memutar matanya malas, ia sama sekali tidak tersenyum ataupun menyapa Nindi.
“Sini mbak, tarok disini” Jesika akhirnya mengambil keranjang buah itu dan meletakkan di atas meja.
“Mama mau makan buah apa? Biar nindi ambilkan” kata Nindi mencoba tersenyum.
“Gak usah” kata mama ketus
“Ma, jangan gitu lah” tegur Juna.
“mama gak minta dia datang”
“Ma, jangan biacara seperti itu” Juna menegur mamanya lagi
“Mama nih sakit, harusnya kamu bela mama. Bukan dia” kata mamanya
Juna menghela nafasnya,
“Aku tunggu di luar aja mas” ucap Nindi.
“tapi nin”
“Gak apa-apa mas, aku tunggu di luar aja” Nindi masih mencoba tersenyum.
“Nindi pamit ma, semoga mama cepat sembuh” kata Nindi dan pamit keluar.
......................
Nindi sedang menunggu Juna di ruang tunggu rumah sakit, panggilan masuk dari Tama.
"Gimana mertua mbak?" tanya Tama
"Udah mendingan kayaknya"
"Gak ngomong macam-macam dia kan" tanya Tama
"Gak, aman" bohong Nindi.
"Okelah"
"Tam.." panggil Nindi.
"Hmmm, kenapa?"
"Kamu bantu mbak cari alasan ya, agar bapak sama ibuk gak usah besuk" pinta Nindi.
Nindi tak ingin ibuk dan Bapaknya di perlakukan seperti dia, Nindi masih bisa menahan sakit hatinya. Ia tak ingin ibuk dan bapaknya sedih dan kepikiran nantinya.
"Ya udah, aku usahain" kata Tama.
"Tapi ingat ya mbak, mbak harus cerita sama aku kalau seandainya mbak di perlakukan tak baik" lanjut Tama
"Iyah, mbak ngerti"
"Aku mau lanjut kerja dulu, assalamualaikum mbak"
"waalaikumsalam"
Nindi menghela nafasnya, memejamkan matanya. Jujur ia tak yakin sampai kapan sanggup bertahan dengan kondisi seperti ini.
Cukup lama Juna berada di ruang rawatan ibunya, meski bosan Nindi dengan sabar menunggu kedatangannya.
"Sayang... Maaf mas lama" kata Juna datang dan duduk disamping Nindi.
Nindi menggeleng ia mencoba tersenyum agar Juna tak khawatir.
"Mau balik langsung atau makan dulu"
"Hmmmm. Makan deh . Lapar" kata Nindi suara makin mengecil.
Juna tertawa kecil, mengacak pelan surai hitam Nindi.
"Ayokk, mau makan apa?"
"Bagusnya apa?" Nindi balik bertanya, keduanya jalan beriringan, Nindi melingkarkan tangannya di lengan Juna.
"Semuanya bagus"
Nindi terlihat mengerutkan keningnya, kemudian tertawa.
"Kita makan kenyang ya" kata Juna.
"Nasi padang"
"Boleh, rendang ayam enak nih" kata Nindi.
...****************...
Jadi yu buruan gabung karena kapasitas kami terbatas
Caranya hanya cukup Follow akun saya, maka saya akan undang kalian masuk. Terima Kasih