Light Merlin ditakdirkan sebagai seorang titisan March, dewa yang telah tersegel ribuan tahun. Dirinya yang dibebankan misi untuk membebaskan sang dewa justru harus menelan kekalahan pahit. Ia terdampar ke sebuah negeri bernama Jinxing dan mengembara sebagai pendekar pedang bergelar "Malaikat Maut Yiyue".
Misinya kali ini sederhana. Menaklukkan semua dewa dan mengalahkan musuh yang membuatnya sengsara. Namun, ternyata konspirasi di balik misi tersebut tidaklah sesederhana itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DUKE, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Distrik 19
"Hey, Gadis es! Jangan pesan makanan yang mahal-mahal, ya. Aku cuma bawa uang sedikit," ujar Abraham, sambil menghitung koin yang ada di tangannya.
"Tapi aku sedang lapar," tampik Clara. "Lagi pula, ini baru hari pertama. Masa aku nggak boleh pesan yang mahal?"
"HEY!" bentak Abraham kesal. "Aku juga mau makan, tahu! Kalau pesan yang mahal, nanti aku cuma nonton kau makan. Paham, tidak?"
Clara hanya melengos malas. "Ya sudah. Pesankan aku apa saja."
"Bagus!" Pemuda itu langsung semringah. "Pelayan, aku pesan roti lapis dua porsi. Kopinya dua cangkir. Oh, iya! Tambahkan daging ikan makarel di roti lapisnya. Satu saja!"
"Baik. Silakan ditunggu." Pelayan segera hengkang dari meja mereka.
"Aku nggak suka daging makarel," protes Clara.
"Terus?" Abraham mengerling tak peduli.
"Terus kenapa kau pesan ikan makarel buat rotiku?" Clara mulai emosi.
"Siapa bilang buat rotimu? Aku pesan daging ikannya buat rotiku. Dasar ngambekan!"
Nyaris saja asap hitam mengepul dari telinga Clara saking jengahnya ia mendengar omongan Abraham. Gadis itu segera menghela napas dalam-dalam. Ini baru hari pertama, pikirnya. Masih ada enam hari lagi, dan kalau terus seperti ini, Clara mulai mempertimbangkan untuk membatalkan hukuman Abraham yang kalah taruhan.
"Hey, Gadis es. Aku punya pertanyaan buatmu," kata Abraham.
"Pertama, namaku Clara Soemitra. Kau bisa memanggilku Clara atau Soemitra, asalkan jangan Gadis es. Nggak sopan, tahu! Kedua, tumben sekali kau bilang-bilang dulu sebelum bertanya. Biasanya langsung meracau saja."
"Mana ada aku begitu! Yang ada malah kau yang kerjanya berisik terus. Lagi pula, alasanku bilang-bilang dulu sebelum bertanya ... karena terakhir kali aku tanya, kau bilang jangan campuri urusanmu." Abraham memberitahu.
Clara seketika paham apa yang hendak ditanyakan orang di sampingnya. Namun, ia lebih memilih diam dan membiarkan Abraham melanjutkan bicara.
"Tentang ayahmu. Apa benar dia seorang pengembara dari Bumi yang menikah dan menetap di Mars?"
"Sepertinya kau penasaran sekali, ya." Clara tertawa tak nyaman. "Yah, itu benar. Ayahku lahir dan besar di Bumi. Ketika dewasa, ia memutuskan untuk mengembara ke berbagai negeri dan akhirnya bertemu ibuku. Mereka menikah dan aku lahir di sini. Mars adalah kampung halamanku. Distrik 19, tempat di mana aku berawal, dan semoga juga berakhir."
Distrik 19 yang sempat disinggung Clara adalah sebuah wilayah di Mars yang terkenal kumuh dan kerap ditempati kaum miskin, atau kaum tersisih.
Mars sendiri terbagi menjadi dua puluh distrik. Distrik 1 merupakan wilayah ibukota, tempat kerajaan Merlin berdiri, begitu pun segala pusat aktivitas di negeri tersebut. Semakin jauh distrik dari ibukota, maka semakin buruk kualitasnya.
Distrik 19 adalah yang terburuk untuk saat ini. Sebab, distrik 20 digolongkan sebagai zona abu-abu. Biasanya sering terjadi peperangan antara pihak Mars dengan Alter Mars di sana.
"Di mana dia sekarang?" Abraham melanjutkan pertanyaannya.
"Menghilang." Clara mendengus sedih. "Hanya tersisa aku dengan ibuku. Tidak ada yang mau membantu kami untuk mencari keberadaan ayahku. Bahkan pihak kepolisian Mars terkesan mengabaikan kasus ini."
Abraham diam selepas itu. Tangan kirinya yang ada di bawah meja mengepal kuat. Clara pikir pemuda itu sedang melamun atau semacamnya. Namun, ia tiba-tiba bicara dengan nada serius. Sangat berbeda dari Abraham biasanya.
"Ibuku meninggal karena sakit. Aku hidup bersama ayahku dan dua adik perempuan. Dari kecil, aku selalu dipaksa untuk menjadi kuat. Berburu, berkelahi, bekerja kasar. Aku bahkan sampai membenci ayahku karena selalu disuruh melakukan hal-hal itu. Namun, sekarang aku sadar kalau semua itu berguna untukku. Ayahku ingin agar aku mandiri dan cukup kuat untuk melindungi adik-adikku."
Clara sampai bengong mendengar cerita Abraham. Orang yang terkenal kasar dan suka berteriak ini ... ternyata punya sisi lain.
"Lalu, bagaimana kabar ayahmu sekarang?"
"Dia sakit. Pernyakit yang sama dengan yang membunuh ibuku. Kami tidak bisa mendapatkan pengobatan karena miskin. Aku menyerah untuk membuatnya sembuh. Kupikir yang kulakukan sekarang hanya mengulur waktu sebelum kematian berhasil menyentuhnya."
"Abraham, kau serius?" Clara tercengang. Hatinya mencelos tatkala melihat Abraham yang buang muka darinya, seolah menyembunyikan air mata.
"Hey, Gadis es. Aku bukan orang bodoh. Aku juga punya otak. Alasanku menyerang si nomor satu bukan sekadar karena dia kuat. Tapi, aku iri padanya. Ayahnya mungkin sedang tidur nyenyak di rumah, makan makanan mewah, atau minum anggur manis. Saat sakit, semua dokter akan berebut buat mengobatinya. Sistem yang jomplang seperti ini membuatku muak. Apa kau tidak merasakan hal yang sama? Tentang diskriminasi yang mereka berikan padamu." Abraham menatap Clara dengan sorot tajamnya.
Sekarang giliran Clara yang menunduk lesu. "Aku ... a-aku ... entahlah. Lagi pula, mustahil buat mengubah sistem yang sudah mengakar kuat ini. Kalau sampai gagal, kita yang akan binasa."
Abraham sontak tertawa pahit. Pelayan yang menyajikan makanan di meja mereka sampai terkejut.
"Omonganmu itu kedengaran palsu sekali. Kau pikir aku tidak tahu? Mana ada orang normal yang mau sukarela menjadi prajurit Merlin dan mempertaruhkan nyawanya di medan perang. Kita semua dipaksa oleh keadaan. Agar bisa didengar dan ditolong, orang-orang rendahan seperti kita harus jadi anjing pemerintah. Tapi, aku takkan jadi seekor anjing penurut. Saat mereka lengah, akan kugigit mereka sampai mampus!"
"Sudahlah, Abraham." Clara menyantap roti lapisnya. "Khayalanmu kejauhan. Untuk saat ini, diterima jadi prajurit saja sudah untung."
"Ah, dasar payah!" ejek Abraham, kembali jadi dirinya semula.
Clara hanya tersenyum. Baginya, berhadapan dengan Abraham yang suka marah dan berisik jauh lebih nyaman dibandingkan sosok Abraham dengan pemikiran radikalnya. Mereka sama-sama anak yang lahir di distrik kumuh. Hidup dengan banyak tekanan. Didiskriminasi. Dibuang. Namun, dua orang ini punya cara berbeda dalam menghadapi kondisi mereka.
Clara sendiri belum mau mengungkapkan apa motif utamanya bersikeras menjadi prajurit Merlin. Orang-orang mungkin berpikir bahwa alasannya ikut agar punya hidup yang layak, atau demi diakui sebagai warga Mars. Jika boleh jujur, Clara akan menggeleng untuk alasan tersebut. Bukan dia sama sekali.
Ada hal lain yang membuat Clara ingin masuk ke militer Merlin. Sesuatu yang dijaganya rapat-rapat, bahkan sampai rela bersandiwara di depan Abraham. Ia bohong saat bilang diterima jadi prajurit saja sudah untung. Hasratnya jauh lebih besar dari itu. Gadis berambut pendek ini ... bertekad mengguncang Mars.
"Oy, Pelayan! Satu milkshake, please!" Seseorang masuk ke dalam kedai sambil berucap lantang.
Clara beserta para pengunjung kedai spontan menatapnya. Para pengunjung lain kembali fokus pada makanan mereka setelah itu, tetapi tidak dengan Clara.
Gadis itu terbelalak. Jantungnya berdegup kencang. Nyaris saja ia melompat dan segera meringkus orang yang ditatapnya. Tentu tidak jadi karena akan menimbulkan kegaduhan.
Bagaimana tidak? Pengunjung yang baru saja memesan milkshake itu adalah Quincy Hallfame, calon kadet yang memiliki salah satu dari tiga belas harta pusaka dewa bengkel. Kopor milik ayah Clara, bagaimana bisa ada di tangannya?
(Bersambung)
Mungkinkah beneran 😱😱
Meskipun ini pasti nadanya emosi tapi aku yang lagi nyari referensi kalimat makian buat tokohku malah demen wak 🤣
Semoga aja dia bisa mengemban itu
Aku suka aku suka
Aku ampe bingung mo dukung siapa karena awalnya mereka saklek semua 😅
Sekarang mungkin aku sudah menentukan pilihan
Dewa egois katanya
Tapi.... pasti ada plot twist nanti