Lethisa Izzatunnisa adalah seorang gadis berusia 24 tahun bekerja di devisi keuangan pada salah satu perusahaan konveksi. Ia memiliki kekasih sejak kelas XI SMA bernama Irsyad. Keduanya menjalin kasih tanpa ada halangan yang berarti meskipun keduanya memilih jalur karier yang berbeda. Irsyad memilih menjadi dokter, sedangkan Sha, panggilan Lethisa, memilih menjadi karyawan kantor.
Kesibukan mereka sebenarnya tidak membuat komunikasi memburuk, tapi ada suatu peristiwa yang membuat Irsyad harus memutuskan Sha. Bahkan Irsyad mau menikahi seorang perempuan bernama Farah.
Bukan prank ataupun hoax. Pernikahan Irsyad pun terjadi. Bagaimana perasaan Sha? Ikuti kisah kasih Sha dengan berbagai trauma percintaannya, terlebih setelah bertemu Arsyad bos dan juga teman SMA nya. Happy reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KHAWATIR
"Saat melihat uang di ATM saya sempat berpikir, apa dia kasih uang banyak memang berniat mau meninggalkan saya, apalagi rumah juga sudah atas nama saya. Padahal menikah dengan dia saya sangat bahagia terlepas dari mencintai atau hanya pura-pura saya tidak tahu. Dan soal uang saya kira cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari buat dagang juga, tapi nyatanya ada saja pengeluaran tak terduga hingga saya dan putri saya berada dalam kekurangan."
"Sekarang putri ibu bagaimana?"
Bu Rahmi tersenyum tipis, "Putri saya sudah bekerja Alhamdulillah, sudah waktunya menikah juga."
"Memang Bu Rahmi sudah rela kalau putri Bu Rahmi menikah?"
"Rela banget. Apalagi kalau membuat putri saya lebih bahagia, saya ikhlas."
"Kenapa punya pemikiran begitu?"
"Saya kasihan sama anak saya. Banyak kenangan pahit yang dialaminya sejak kecil. Begitu remaja hingga bekerja dia sudah menemukan cinta dari pria tapi kandas juga. Khawatir dia trauma dan gak mau menikah, iy⁰a kalau saya ada terus di sampingnya, kalau saya meninggal dia sama siapa."
"Kok Bu Rahmi bilang begitu," respon Sha agak berlebih, sedikit sewot.
"Ya persiapan saja, kita gak ada yang tahu takdir ke depannya."
"Duh ...guys, Bu Rahmi mau bikin kita mewek lagi nih. Oke-oke benar juga ya kita kan gak tau takdir ke depannya bagaimana. Tapi yang jelas semoga Bu Rahmi dan putrinya sehat selalu dan bahagia. Aamiin. Oke terakhir, pesan baik untuk sahabat Sha dalam cerita apa nih?" tanya Sha ingin mengakhiri scene hari ini.
"Pesan buat para perempuan di luar sana. Tetap kuat dan mandiri, jangan terlalu bergantung pada suami karena pada dasarnya laki-laki itu pecinta wanita. Kalau kita ditinggalkan biarkan saja sedih boleh putus asa jangan, tegakkan kepala tebalkan kekayaan, hehe. Terimakasih semua."
"Ya....setuju banget tegakkan kepala tebalkan kekayaan. Oke semoga tanyangan ini bermanfaat, dan memotivasi perempuan lain yang mungkin punya kasus seperti Bu Rahmi. Tayangan ini juga tidak bermaksud menyudutkan siapapun, have fun dan Assalamualaikum, bye..bye!" ucap Sha mengakhiri dan langsung mematikan rekaman. Ia pun segera melihat rekaman video semoga sesuai harapannya.
"Ibu cantikkan?" tanya Ibu yang melihat jemari Sha mengotak atik kamera.
"Cantik kok, gak sia-sia kan nyalon dulu."
"Iya, ibu akui kamu totalitas banget loh sama kerjaan ini."
"Harus, Bu. Udah capek miskin," jawab asal Sha masih melihat hasil rekamannya.
"Ibu dukung, lagian enak loh Sha kalau kita punya pegangan itu. Mau beli ini itu ada, dimintai sumbangan juga ada, bisa berbagi lah intinya. Tapi tetap ya, nanti kalau sudah berpenghasilan lebih jangan terlalu boros. Tetap prioritaskan kebutuhan utama, lalu ingat betapa seribu rupiah pun penting saat kita susah dulu."
Sha menatap lekat sang ibu. "Pasti, Bu. Susahnya kita gak bakal terlupa. Ibu pun meninggalkan Sha, berniat menghapus make up lalu berkutat dengan persiapan buka warung besok.
"Bu, ibu kapan mau berhenti jualan. Gaji Sha di kantor cukup kok menghidupi kita berdua."
"Ibu jualan tuh bulan hanya perkara uang aja sekarang, tapi gimana badan ibu supaya tetap bergerak."
"Udah tua kali, dikurangi lah jualannya. Pesanan nasi kotak gak usah terima," pinta Sha yang lama-lama kasihan juga melihat ibu yang berkutat pada warung terus. "Ibu masih ada sesuatu untuk dibeli?"
Ibu menggeleng, "Ya nanti ibu pikirkan. Ibu sih pengennya pensiun jualan kalau kamu udah punya anak. Ngemong cucu aja di rumah."
"Sha udah bahagia begini. Hidup dengan ibu aja."
"Hush gak boleh gitu, meskipun kamu punya kenangan putus cinta tapi kamu tetap butuh sosok pendamping nanti."
"Tapi ibu kok gak nikah lagi?"
"Ibu sudah punya kamu, setidaknya nanti ada yang merawat ibu ketika tua."
"Ck.....nanti lah. Sha gak mau gegabah lagi urusan cinta. Gak mau ngoyoh juga."
"Ya udah sih, sementara fokus sama kerjaan baru kamu ini. Nanti kalau jodohnya sudah datang, kamu juga akan menikah."
"Tapi Bu...."
Ibu menoleh sekilas, "Kenapa lagi."
"Kok Sha gak yakin dengan video kita ya,"
"Maksudnya? rekamannya gak tersimpan? Atau hilang setelah kamu pencet-pencet tadi?" ibu mendadak sewot, khawatir kenapa-kenapa dengan video dengan durasi lebih dari setengah jam.
"Apaan sih, videonya alhamdulillah sudah tersimpan di drive sekaligus di kameranya sendiri. Yang Sha maksud itu pandangan orang."
"Maksudnya?"
"Ya kan video ini bakal Sha upload ke berbagai media sosial, nah Sha takut dianggap menjual cerita ibu yang pada kenyataannya itu aib bapak Sha sendiri."
Ibu Rahmi tersenyum, "Lah emang tujuannya menjual kan? Menarik perhatian orang, menarik agar seseorang komen, agar kamu nanti dapat uang banyak. Ya kan itu namanya menjual cerita, gimana sih."
"Ya kan bisa saja Sha dianggap anak durhaka mengumbar aib orang tua demi konten."
"Ya terus kamu maunya gimana? Gak usah upload video itu? Wah wah rugi di ibu doang. Libur jualan eh gak dapat bayaran jadi artis. Parah kamu Sha," ibu tak terima. Beliau gak tega kalau Sha sudah keluar uang banyak malah mundur sebelum upload.
"Dih...ibu mikirnya jadi artis terus."
"Ya kan katamu ibu bisa jadi influencer, eh gitu ya istilahnya."
"Iyaaa,"
"Lagian nih Sha, kamu pernah tahu acara Uya Kuya? Di akhir tayangan kan selalu kasih tahu kalau acara tersebut sudah disetujui oleh semua pihak. Sama dong kayak Ibu sekarang, kamu udah minta izin dan ibu pun mau. Beres."
"Kan netizen gak tahu kronologinya," setelah dipikir-pikir kok Sha tega benar membuka luka sang ibu demi konten.
Ibu menghela nafas berat, menoleh lalu menatap lekat putrinya, "Mau sukses?"
Sha mengangguk.
"Mau kaya?" Sha pun mengangguk.
"Jauhkan telingamu dari kejulidan orang yang toxic. Mungkin bisa jadi mereka akan menghujat kamu habis-habisan, tapi ketika kamu punya materi, mereka akan mengaku sahabat atau keluargamu."
"Ibu tuh dalam banget pemikirannya, Rugi banget mantan suami ibu menelantarkan."
"Eh itu bapak kau ya," lah mendadak suara ibu berintonasi seperti orang sumatera. Tak terima kalau Sha berkata tak sopan tentang ayahnya.
"Udah gak usah mikir macam-macam, sudah sana segera di upload ke Youtub*."
Sha melongo, apa katany tadi langsung upload? Mudah syekali komentarnya. Ini lagi mumet juga soal editing, karena gak mungkin long shoot video langsung diupload, makanya Sha cari bahan pembicaraan dengan ibu agar punya ide harus ngapain dengan video tersebut.
"Yang rajin edit videonya kalau gitu, nanti kalau i u pengajian ibu bakal promosi video itu. Taman ibu tak suruh lihat dan apa itu yang ada tanda jempol?"
"Like."
"Nah...sekarang segera diupload. Semakin cepat semakin baik."
"Iya iya......semakin bikin sirah Sha mumet."
"Kalau gak bisa tanya teman aja."
Saran ibu langsung bikin Sha semangat, kenapa dari tadi tidak muncul ide meminta tolong anak virtual marketing sih, kan pasti mereka jago dengan edit video gini. Tapi siapa?
"Romi," cetus Sha langsung mengirim pesan pada kenalannya itu.
byk pelajaran hdp lho dimana wanita hrs kuat dlm kondisi apapun