Apa jadinya jika seorang gadis bar-bar yang punya keahlian bela diri dan mampu mempergunakan berbagai macam senjata dengan baik, tiba-tiba tersedot pusaran waktu saat dirinya terjerembab pada lubang sumur yang dalam di tengah hutan saat dikejar oleh gangster.
Bukannya mati, tapi Aurora Valencia justru masuk ke dunia lain.
Di mana dia menemukan seorang lelaki berpakaian layaknya seorang pangeran sedang merintih kesakitan akibat luka di sekujur tubuhnya dan matanya.
Mata sosok pangeran itu mengeluarkan darah bagaikan telah ditusuk benda tajam yang mengakibatkan kebutaan permanen.
"Apakah ada orang, tolong aku." Ucap lelaki yang bernama Dexter Douglas dengan nafas terputus-putus.
Di waktu yang sama Aurora menemukan benda aneh berwujud seperti potongan kaca tapi saat disentuh, tubuh Aurora tersedot masuk ke dalam kaca yang ternyata terdapat sebuah ruangan luas penuh dengan hal-hal ajaib di dalamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pernikahan Paling Bersejarah
Gerombolan babi hutan menembus hutan belantara, naik ke atas gunung. Bukan cuma satu atau dua ekor, tapi lebih dari 50 ekor dari yang super besar sampai anak-anak mereka semua ikut mengantar Dexter dan Aurora.
Tidak hanya itu, ternyata para kelinci dan hewan lainnya turut serta meramaikan jalan menuju gunung.
"Seperti pawai karnaval." Gumam Aurora. Meskipun aneh, tapi Aurora bahagia. Baru kali ini dia merasakan arti sebuah keluarga dalam kehidupannya. Meskipun bukan hanya bersama manusia.
Cuaca hari itu, redup tapi tidak mendung. Seolah semesta sedang memberi keteduhan pada pasangan ini. Bagaimanapun alam tahu, jika Dexter dan Aurora berbeda alam dimensi.
Setelah menempuh perjalanan cukup panjang, rombongan itu tiba di Kuil. Seperti sudah mengetahui takdir yang akan terjadi hari ini, Pendeta Agung sudah menyiapkan perayaan pernikahan.
"Selamat datang, dan ayo kita mulai prosesi janji sucinya Pangeran." Ucap Pendeta Agung mengetahui identitas Dexter meskipun wajah itu ditutupi. Bukan dengan getah tapi topeng.
"Apakah hari ini hari baik? Maaf aku datang tanpa kesepakatan. Dan aku tidak melibatkan Anda dalam mencari hari baik pernikahan." Ucap Dexter merasa ini salah.
"Kenapa Anda minta maaf segala, hari ini adalah hari yang terbaik untuk melakukan upacara pernikahan." Ucap Pendeta Agung terlihat serius.
"Lalu kenapa Louis menikah besok?"
Tanya Dexter heran dengan pernyataan Pendeta Agung terkait hari baik.
"Karena bukan saya yang mencarikan hari, melainkan penyihir Istana yang menjabat atas rekomendasi Selir Lusiana."
"Oh... Ya sudah biarkan saja. Sekarang cepat resmikan aku menjadi suami wanita super langka ini. Aku tidak ingin dia diambil oleh orang lain." Ucap Dexter.
"Kamu kira aku ini hewan Dinosaurus pake dibilang langka, lagian aku bukan barang yang bisa diambil orang lain sesuka hatinya. Aku pasti akan melawan jika ada yang ingin mengambilku darimu. Jadi, jangan khawatirkan tentang aku. Justru aku yang khawatir kamu akan mengangkat banyak selir, karena itu pasti akan sangat melelahkan."
"Maksudnya siapa yang akan lelah? Karena aku tidak akan melakukannya." Dexter tidak senang dengan pemikiran Aurora yang menganggapnya tidak setia.
"Aku akan lelah membunuh semua wanita yang mencoba menggoda suamiku. Apalagi jika sampai kamu menikahinya, maka akan aku babat habis. Bukan hanya wanita-wanita itu, tamu aku juga akan membunuhmu."
Dexter tahu, Aurora tidak sekedar mengancam. Tapi, wanita langka itu pasti akan membuktikan semua omongannya.
"Aku akan melakukan perjanjian di atas Kuil dengan darahku sendiri. Jika sampai aku mengkhianatimu meskipun itu tuntutan peraturan Kerajaan aku akan binasa saat itu juga."
"Baiklah, tapi jangan coba kamu tarik ucapanmu apa pun alasannya."
Hari itu sumpah setia pernikahan antara Pangeran Dexter Douglas dan Aurora Valencia terdengar lantang diucapkan.
Meskipun tidak ada pihak keluarga yang menjadi saksi pernikahan mereka, tidak membuat mereka kehilangan kesakralan.
Kini, saatnya Dexter mengucapkan sumpah yang akan menjadikan pernikahan bersejarah. Dexter mengiris telapak tangan kirinya dengan pedang suci milik Kuil.
Di atas kobaran api suci, Dexter meremas telapak tangannya sendiri. Dan meneteskan darahnya di sana. Sambil berucap dengan sangat lantang.
"Aku Dexter Douglas demi darah yang mengalir di pembuluh nadiku. Aku bersumpah akan selalu setia, hanya menjadikan Aurora Valencia satu-satunya perempuan yang menjadi istriku. Ibu dari anak-anakku." Ucapnya.
"Jika suatu hari aku mengingkari sumpah setiaku ini, maka hari itu juga adalah hari kematianku. Aku akan musnah binasa, hilang tanpa jasad yang bisa dikenang."
Duaarrr...
Duaarrr...
Suara petir menggelegar, langit menjadi gelap dalam sekejap. Hujan deras disertai angin badai mengguyur Kuil bahkan sampai Istana. Tapi hanya untuk sesaat saja.
Seolah semesta alam sedang menunjukkan diri bahwa mereka menjadi saksi atas sumpah yang diucapkan Dexter. Setelah badai yang bahkan membuat seluruh binatang yang hadir dalam pernikahan itu ketakutan, kini pelangi sangat indah terlihat menghiasi angkasa.
"Sumpah setiamu atas istrimu Aurora, sudah diterima oleh alam semesta. Jangan sampai Pangeran mengingkari sumpah."
"Karena bukan hanya hujan badai seperti yang baru alam tunjukkan. Tapi akan ada bencana yang jauh lebih besar dari ini. Sekarang Pangeran Dexter sudah menjadi suami SAH dari Putri Aurora. Apakah setelah ini, kalian akan kembali ke Istana?" Tanya Pendeta.
"Tidak, belum saatkan kami muncul. Tapi kami pasti akan kembali."
"Kalau begitu, ijinkan saya berangkat ke Istana karena besok pagi harus menikahkan Pangeran Louis dan Putri Diandra." Ucap Pendeta Agung.
"Kalau begitu jangan berangkat sendirian. Karena kami akan menemani Pendeta. Ijinkan kami menyamar menjadi pelayan Kuil, sehingga kami bisa mengacaukan pengangkatan Louis sebagai Putra Mahkota. Aku tidak peduli dengan pernikahannya."
"Karena pengkhianat cocok dengan penjilat. Biarkan saja mereka berdua menikah. Tapi aku tidak akan membiarkan Louis menjadi Raja." Ucap Dexter.
"Baiklah jika itu rencana kalian." Ucap Pendeta Agung terlihat pasrah.
"Axton bawa pulang adik-adik kalian dan pastikan semua yang ikut ke sini pulang dengan aman tanpa ada yang tertinggal."
"Babi-babi bawa keluarga baru kalian ini sampai ruang ajaib. Meskipun hanya seekor kelinci kecil, pastikan tidak ada yang tertinggal. Aku percayakan keamaan ruang ajaib kepada kalian semua." Ucap Dexter.
Meskipun begitu, ruang ajaib ini memiliki keamanan yang ajaib juga. Tidak sembarang orang bisa masuk, apalagi keluar dengan tujuan buruk.
Karena Kakek Dexter seorang penyihir yang tingkatan sihirnya sudah tinggi. Sehingga mampu membuat perisai ajaib yang tidak mudah untuk ditembus. Bahkan oleh penyihir saingan Kakek. Mereka kesulitan menembus ruang ajaib hingga harus menunggu Kakek tiada. Itupun hanya bisa menghancurkan portal, jalan masuk menuju ruang ajaib. Tapi tidak dengan ruang ajaibnya.
Aurora sudah merubah kembali penampilannya, begitu juga dengan Dexter yang sudah dihiasi luka di wajahnya. Semua orang tidak akan menyadari, jika yang datang bersama Pendeta adalah malaikat maut untuk pengkhianat.
Kereta kuda dari Istana sudah datang menjemput Pendeta Agung, tepat setelah Axton dan rombongannya pulang.
"Kita berdua naik satu kuda."
Ya, tidak ada lagi kendaraan lain karena kereta kuda cuma cukup untuk Pendeta dan prajurit yang tadi membawa seekor kuda.
Bagaikan perjalanan bulan madu yang romantis. Di atas kuda berbulu cokelat itu Dexter dan Aurora bermesraan, seolah dunia milik berdua.
"Seperti ini saja aku bahagia, terima kasih sudah menjadikanku istri."
"Apa nanti malam sudah bisa belah duren?" Tanya Dexter menggebu.
"Astaga... Apa otak Pangeran isinya hanya hal-hal mesum saja?" Tanya Aurora ada semburat malu-malu tapi mau yang nampak.
"Karena tujuanku menikah adalah supaya aku bisa mencumbumu tanpa takut ditendang seperti biasanya." Jawab enteng Dexter sambil mencuri satu kecupan.