NovelToon NovelToon
Senja Di Aksara Bintang

Senja Di Aksara Bintang

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Mengubah Takdir / Cinta Murni / Angst
Popularitas:310
Nilai: 5
Nama Author: NdahDhani

Alden berjalan sendirian di jalanan kota yang mulai diselimuti dengan senja. Hidupnya tidak pernah beruntung, selalu ada badai yang menghalangi langkahnya.

Dania, adalah cahaya dibalik kegelapan baginya. Tapi, kata-katanya selalu menusuk kalbu, "Alden, pergilah... Aku tidak layak untukmu."

Apa yang menyebabkan Dania menyuruh Alden pergi tanpa alasan? Nantikan jawabannya hanya di “Senja di aksara bintang”, sebuah cerita tentang cinta, pengorbanan dan rahasia yang akan merubah hidup Alden selamanya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NdahDhani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12: Pingsan

Hari ini, Alden hendak ke pasar untuk mengantarkan pesanan kue yang dipesan oleh seorang wanita paruh baya. Alden melewati jalanan yang panjang, cuaca terik membuat bulir-bulir keringat muncul di wajahnya.

Luka akibat pertengkarannya dengan Albian tiga hari lalu, kini perlahan mulai mengering. Hanya menyisakan bekas lukanya saja.

"Permisi, ini pesanannya Bu." ujar Alden sopan ketika tiba di tempat tujuan.

"Oh iya, terima kasih ya nak." ujar wanita paruh baya itu sambil memberikan beberapa lembar uang.

"Sama-sama Bu. Kalau begitu saya pergi dulu." balas Alden sambil menerima uang itu. Wanita paruh baya itu hanya tersenyum dan mengangguk singkat lalu kembali ke aktivitas nya.

"Memori daun pisang na na na na na na...!!"

Alden tersentak kaget ketika mendengar ibu itu yang berteriak. Ia menggelengkan kepalanya dan tersenyum sedikit melihat ibu itu yang tiba-tiba bernyanyi dengan suara yang entah seperti apa.

Semangat wanita paruh baya itu memberikan sedikit energi positif kepada Alden. Alden melangkahkan kakinya, ia kembali menjajakan dagangannya ke tempat yang biasa ia kunjungi.

Setelah beberapa jam berlalu, Alden memutuskan untuk beristirahat sejenak. Ia merasa pusing karena cuaca yang cukup terik. Terlebih pagi tadi ia tidak sarapan pagi.

"Alden!"

Alden memijat pelipisnya, tapi tiba-tiba suara yang familiar memanggilnya dari kejauhan. Alden langsung menoleh dan benar saja Dania dan Rani sedang berjalan menuju ke arahnya.

"Eh, hai. Baru pulang sekolah ya?" tanya Alden pada kedua gadis itu.

"Iya, baru pulang. Kamu masih jualan ya?" tanya Dania yang terlihat lemas sambil mengambil posisi untuk duduk.

"Iya, lagi istirahat sebentar." ujar Alden. "Kamu kenapa, Dania? Kok lemes banget."

"Enggak papa kok Al. Cuma capek aja hari ini." jelas Dania.

"Kamu kayaknya lagi banyak pikiran Alden. Lagi mikirin sayang-nya ya?" ujar Rani menggoda Alden.

"Enggak kok, cuma pusing sedikit." ujar Alden santai.

Tapi, Rani tidak fokus pada Alden melainkan pada Dania. Wajah Rani yang awalnya tersenyum kini berubah menjadi panik.

"Ya ampun Dania, kamu kenapa?"

Alden yang duduk di tengah-tengah mereka langsung menoleh ke arah Dania. Dan betapa terkejutnya ia ketika melihat Dania yang tiba-tiba mimisan dan wajahnya berubah menjadi pucat.

"Dania, kamu kenapa?" ujar Alden langsung menarik kepala Dania untuk bersandar di bahunya. Sementara Rani langsung memberikan tisu.

Dania membiarkan Alden membersihkan darah dari hidungnya. "Kamu kenapa bisa mimisan gini, Dania?" ujar Alden khawatir.

Dania tidak menjawab, ia hanya menunduk lemas. Setelah beberapa saat, darah dari hidungnya perlahan berhenti.

"Aku baik-baik saja, jangan khawatir." ujar Dania dengan seutas senyum. "Gimana gak khawatir coba? Kamu pucat banget lho!" balas Rani.

"Kita antar pulang aja ya, Dania?" ujar Alden peduli. Dania hanya mengangguk perlahan dan ia berdiri di bantu oleh Alden dan Rani.

Baru saja Dania berdiri, tiba-tiba tubuhnya melemas dan ia jatuh tak sadarkan diri. Beruntungnya Alden dengan refleks yang cepat langsung menangkap Dania sebelum jatuh ke tanah.

"Ya ampun, Dania!" ujar Rani yang panik.

"Dania, hei. Dania?" Alden mencoba membangunkan Dania dengan menepuk wajahnya pelan.

"Alden! Gimana ini?" Rani semakin panik melihat temannya itu.

Alden terus mencoba untuk membangunkan Dania, tapi hening. Gadis itu sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia akan sadar.

"Dania!" ujar seseorang yang menghampiri Dania yang entah muncul dari mana.

Pemuda itu ingin menyentuh Dania, tapi Alden langsung melindungi Dania dengan tangannya. Saat Alden menoleh, keduanya sama-sama terkejut.

"Lo?!" ujar keduanya bersamaan.

"Kamu ngapain ke sini Riza? Mendingan pergi deh." ujar Rani yang tidak suka, mengingat Dania selalu diganggu oleh pemuda berambut ikal itu.

"Bukan urusan kamu. Aku hanya peduli sama Dania." ujar Riza mencoba untuk menyentuh Dania lagi.

Tanpa pikir panjang, Alden langsung menggendong Dania dan membawanya pergi dari tempat itu. Ia sama sekali tidak memperdulikan Riza, baginya keadaan Dania jauh lebih penting untuk saat ini. Riza terkejut dan wajahnya berubah menjadi kesal dan marah.

"Rani, tolong bawakan tas Dania ya?" ujar Alden diangguki oleh Rani.

Alden dan Rani kemudian pergi meninggalkan Riza sendirian. Rani berlari di belakang Alden dengan membawa tas Dania dan keranjang kue Alden.

"Cih! Belagu banget lo!" gumam Riza lirih, menatap Alden yang sudah menjauh dengan rahang yang mengeras.

Riza mengambil ponselnya, menelpon seseorang yang entah siapa. Nada bicaranya dingin dan senyuman licik terukir di wajahnya.

"Bro, orang yang lo targetkan juga punya masalah sama gue. Jadi gue bisa permudah lo buat hancurin dia."

...✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧...

"Ya ampun, Dania kenapa nak?" ujar ibu Dania ketika Alden membaringkannya di sofa.

"Dania tadi mimisan terus pingsan tante," ujar Rani yang langsung menjawab pertanyaan ibu Dania.

"Ya Allah nak... Kamu kenapa bisa gini nak?" ujar ibu Dania sambil membelai rambut Dania.

"Sepertinya Dania kelelahan tante, badannya juga agak panas." ujar Alden yang sedari tadi diam.

"Bi tolong ambilkan minyak angin ya bi." titah ibu Dania kepada seorang asisten rumah tangga.

Setelah asisten itu pergi, ibu Dania menoleh ke arah Alden. "Tante belum pernah lihat kamu sebelumnya, kamu siapa?" ujarnya. "Saya Alden tante, teman Dania." jawab Alden sopan.

"Saya Mita, ibunya Dania. Makasih ya Alden," Ibu Dania mengucapkan terima kasih yang tidak tahu untuk apa.

"Sama-sama tante, Dania teman saya juga. Sudah sepantasnya kami menolongnya." jelas Alden.

"Iya tante, bagaimanapun Dania teman kita. Susah senang sudah seharusnya dilakukan bersama." ujar Rani menimpali.

"Syukurlah Dania memiliki teman yang baik seperti kalian." ujar ibu Dania dengan seutas senyum.

Tak lama kemudian, asisten itu kembali dengan membawakan minyak angin di tangannya. Ibu Dania langsung mengambilnya dan mengarahkannya ke hidung Dania, berharap anak gadisnya itu segera siuman.

"Dania, bangun sayang..." ujar ibunya lembut.

Alden dan Rani bertukar pandang untuk sejenak, berharap Dania baik-baik saja.

"Hmm..." ujar Dania lirih dan perlahan membuka matanya.

"Dania, kamu udah sadar?" ujar Alden yang menyadari bahwa Dania sudah siuman. "Dania, kamu udah sadar nak?" ujar ibunya lembut.

Sementara Rani langsung mengambil gelas di meja dan memberikannya kepada ibu Dania. "Minum dulu sayang," ujar ibunya.

Alden membantu Dania untuk duduk, lalu Dania minum perlahan. Tanpa aba-aba, Alden tiba-tiba saja meletakkan tangannya di dahi Dania untuk mengecek suhu tubuhnya.

Jangan ditanya bagaimana perasaan Dania saat ini. Jantungnya berdegup kencang, untung saja Alden melakukannya setelah Dania selesai minum. Jika tidak, mungkin saja Dania sudah tersedak minumannya.

"Alhamdulillah suhunya udah turun, tante," ujar Alden kemudian.

Ibu Dania menarik nafas lega, ia sangat khawatir dengan putrinya itu. Rani juga tersenyum lega, kekhawatirannya terhadap Dania mulai menurun.

"Syukurlah nak... Mama panggilkan dokter ya, sayang?" ujar ibunya sambil mengambil ponselnya di atas meja.

Dania langsung menggelengkan kepalanya, "Enggak perlu Ma, aku baik-baik aja kok. Cuma kecapekan aja, istirahat aja nanti juga mendingan."

"Lebih baik di cek sama dokter, Dania. Kamu gak biasannya lho pingsan gini." ujar Rani yang sudah lama mengenal Dania.

"Iya Dania. Saran Mama kamu dan Rani ada benarnya, lebih baik di cek aja lagipula badan kamu panas banget tadi." ujar Alden menimpali.

Setelah mendengar kekhawatiran ibu dan kedua temannya, Dania akhirnya mengangguk perlahan dan menyetujui usulan mereka.

"Halo dokter," ujar ibu Dania dengan seseorang di seberang telepon. Lalu melangkah menjauh meninggalkan mereka sejenak.

"Maaf ya, aku jadi ngerepotin kalian." ujar Dania merasa tidak enak. "Enggak ngerepotin kok, Dania. Justru kami peduli sama kamu." ujar Alden menatap Dania dalam.

Rani yang tidak menyadari tatapan Alden pada Dania, langsung berujar. "Ngapain minta maaf coba. Kita teman lho Dania."

Dania yang dikhawatirkan kedua temannya lagi-lagi hanya terkekeh, sama seperti saat berada di pasar malam tempo hari.

"Ih, Dania kesambet apaan coba. Malah ketawa, orang khawatir juga!" ujar Rani yang mulai kesal.

Alden hanya menggelengkan kepalanya, sifat ceria pada diri Dania sepertinya sudah melekat pada jiwa gadis itu. Terlebih keadaannya yang seperti ini, tapi Dania masih bisa tertawa.

"Bawa istirahat aja, Dania. Jangan lupa makan dan jangan sampai kecapekan lagi." ujar Alden, tanpa sadar ia telah memberikan perhatian lebih pada Dania.

"Iya, terima kasih Alden." ujar Dania dengan seutas senyum. Alden hanya mengangguk singkat sementara Rani hanya tersenyum.

"Aku gak bisa lama-lama, Dania. Aku harus pulang sekarang." ujar Rani. "Aku juga gak bisa lama-lama Dania, maaf ya gak bisa nemenin kamu. Aku harus kembali berjualan, menghabiskan kue hari ini." ujar Alden ikut-ikutan pamit.

"Iya gapapa. Makasih ya," ujar Dania dengan seutas senyum. "Semoga lekas sembuh, Dania." ujar Alden lalu melangkah pergi, diikuti Rani yang berjalan juga.

"Lho, kok kalian udah mau pulang aja. Gak makan siang dulu?" ujar ibu Dania yang kembali ke ruangan.

"Terima kasih sebelumnya tante, mungkin lain waktu." tolak Alden sopan.

"Gak apa tante, Rani juga harus pulang. Mama ada jadwal checkup hari ini." ujar Rani kemudian.

"Ya sudah, hati-hati di jalan ya. Terima kasih juga sudah mengantarkan Dania," ujar ibu Dania dengan ramah.

"Sama-sama tante, kalo gitu kami pamit dulu ya tante. Assalamualaikum." Alden dan mencium tangan ibu Dania lalu melangkah pergi.

"Waalaikumsalam..."

^^^Bersambung...^^^

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!