NovelToon NovelToon
Gara-Gara COD Cek Dulu

Gara-Gara COD Cek Dulu

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta pada Pandangan Pertama / Wanita Karir / Romansa / Trauma masa lalu
Popularitas:916
Nilai: 5
Nama Author: Basarili Kadin

Berawal dari pembelian paket COD cek dulu, Imel seorang guru honorer bertemu dengan kurir yang bernama Alva.
Setiap kali pesan, kurir yang mengantar paketnya selalu Alva bukan yang lain, hari demi hari berlalu Imel selalu kebingungan dalam mengambil langkah ditambah tetangga mulai berisik di telinga Imel karena seringnya pesan paket dan sang kurir yang selalu disuruh masuk dulu ke kosan karena permintaan Imel. Namun, tetangga menyangka lain.

Lalu bagaimana perjalanan kisah Imel dan Alva?
Berlanjut sampai dekat dan menikah atau hanya sebatas pelanggan dan pengantar?

Hi hi, ikuti aja kisahnya biar ga penasaran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Basarili Kadin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pak Ardi

"Sudah ah, ayo berangkat!" ajakku menariknya sekaligus untuk mengalihkan pembicaraan.

Aku tahu dia tetap bisa membaca isi pikiranku, tetapi dia terlihat santai bahkan menyunggingkan senyum ke arahku.

"Ayolah, Gian. Jangan membuatku takut," batinku menatapnya.

"Aku pernah bilang, jika aku tidak akan pernah memaksamu teteh, kamu berhak bahagia dengan pilihanmu tapi izinkan aku menjagamu." Gian seakan menjawab isi hatiku.

Bertambah malu saja aku ini dibuatnya.

"Ayo naik!" Dia lebih dulu menaiki motornya dan meninggalkanku di belakang, aku yang narik tetapi dia yang melepas dan maju lebih dulu, kan bikin malu.

Di perjalanan, aku diam saja begitupun dengan Gian, tetapi dari spion dia selalu memperhatikan aku.

"Kenapa, teh?"

"Gapapa."

"Hemmh."

"Btw, kamu nganggap teteh gak punya uang atau gimana sih? Kok pake acara nganterin sayur segala, kan teteh juga bisa beli, jangan kasihani tetehlah."

"Aku bukan gak percaya teteh punya uang, teteh pasti punya tapi lebih ke kapan sih teteh belinya? Nunggu teteh beli mah lama, udahlah seneng juga kan ada yang perhatian?"

"Engga juga," balasku mencebik.

"Gak usah bohong teh, aku tahu, kok."

"Apaan, sih. Kamu gak tahu tentang teteh, intinya teteh juga mampu beli."

"Iya, teteh mampu beli tapi yang perhatiin teteh, gak ada."

Aku dibuat diam oleh perkataannya, memang untuk saat ini belum ada. Tapi kan tidak tahu ke depannya bagaimana. Namun, jujur saja aku pun bersyukur mengenal Gian.

"Teteh, jangan pernah nolak apa yang menunjukkan kasih sayang aku sama teteh," ujarnya dengan kata yang lembut.

"Aku gak bermaksud merendahkan pekerjaan teteh yang hanya sebatas honorer, aku tahu teteh juga pasti punya uang, tapi ini bukan soal teteh mampu melainkan tentang kepedulian," imbuhnya.

***

Akhirnya kita pun sampai di sekolah, Gian masuk ke kelasnya sedangkan aku di kantor sendirian sambil membuat berkas-berkas administrasi guru. Sekaligus aku membuat perencanaan untuk bisnisku.

Entah akan ada yang aku tutup satu bidang atau aku ganti jenis usahanya lagi, secara satu bermasalah semuanya yang akan kebawa-bawa, karena rugi satu bisnis yang lain akan membantu dan aku tidak ingin itu terjadi.

Apa aku harus menggunakan Gian untuk hal ini? Tetapi Gian masih sekolah, mana mungkin dia bekerja di tempat yang jauh bahkan beda kota.

Aku benar-benar pening karena memikirkan hal ini, jika terlewat pening lebih baik aku tutup sementara dulu untuk produksi pakaian, daripada ada yang diedarkan tanpa izin dan tanpa pemasukan.

Mempercayai orang itu ternyata susah, yang dekat pun belum tentu setia, bisa jadi dia adalah ular yang berbisa. Dia bisa terlihat jinak dan baik, kita lengah dia menggigit.

Tapi jika iya itu ulah teman yang aku percaya, jujur saja aku benar-benar kecewa.

"Halo, Bu. Sendirian aja, nih?" Suara itu tiba-tiba membuyarkan pikiranku.

Hah, dia lagi dan dia lagi. Tapi, ya mau bagaimana pun dia tetap lebih tua dari aku dan aku harus sopan santun di hadapannya.

"He he iya, Pak."

"Lagi apa emangnya?" tanyanya lagi sembari mendekatiku.

Aku langsung menutup buku catatanku, aku tidak ingin dia tahu siapa aku di belakang pekerjaanku di sekolah ini.

"Hanya membereskan administrasi aja."

"Rajin banget." Pujinya yang membuatku tidak nyaman.

Dalam hati aku berbicara kalau aku ini tidak rajin melainkan karena terpaksa. Ternyata menjadi guru itu tidak semudah yang dibayangkan, yang hanya masuk kelas mengajar murid dan duduk santai di kantor. Nyatanya, kita dituntut banyak hal dalam menjadi guru, bukan hanya mengajar saja tetapi banyak administrasi yang harus dibereskan dan tugas itu tidak bisa beres dalam sehari, bahkan ada yang begadang sampai malam. Soal gaji ya jangan ditanya, tetapi aku menjalani ini karena itu cita-citaku.

"Bapak kenapa ke sini, bukannya lagi ngajar ya?" tanyaku menyelidik.

"Iya, tapi saya ingin bicara serius sama ibu, karena kebetulan kan semuanya kebagian jadwal kecuali ibu."

"Apa hal serius itu?"

"Saya ingin melamar ibu."

Aku benar-benar kaget dong, kok bisa baru kenal langsung pengen ngelamar aja. Di sini saja aku belum sebulan melainkan baru seminggu.

"Ini terlalu buru-buru," ujarku.

"Tidak, ini adalah keputusan yang tepat.

"Saya perlu waktu!" Tegasku, tetapi Pak Ardi tetap merespons dengan tenang, bahkan kalem diiringi senyuman.

Ini Pak Ardi benar-benar orang baik yang bisa mengalahkan egoku dengan cinta dan kasih sayangnya atau Pak Ardi hanya sudah tidak sabar ingin menikah, yang mana sudah tidak pakai cinta melainkan kebutuhan atau tuntutan umur, berarti jika ada orang lain selainku di sini dia pun akan berpaling, mungkin. Karena dia mencari seseorang untuk dijadikan istri dan menikah di waktu yang cepat, bukankah itu namanya "Bukan Cinta" ?

"Iya gapapa, bisa dipikirkan baik-baik dulu."

"Jika ditolak gimana? Misal ini mah misal," ujarku tiba-tiba penasaran. Sambil menunggu jawabannya aku pun menggigit-gigit pulpen, karena Pak Ardi lumayan lama juga untuk menjawabnya, mungkin dia berpikir dulu.

"Ya kalau ditolak bagaimana lagi, tetapi selama Bu Imel nya belum menikah, saya masih punya harapan. Kan lamaran aja belum tentu jodoh."

"What? Bapa sampai berpikir demikian? Ini kebelet nikah atau nafsu, atau apa sih, Pak?" tanyaku dengan nada meninggi, agak kaget aja gitu mendengar perkataannya, serasa ingat perkataan Gian tadi.

"He he, maaf bercanda bu guru," selorohnya.

"Maaf ya, Pak. Ini hal yang serius, jadi saya gak bisa bawa bercanda."

"Iya, tidak apa-apa loh, Bu."

"Bapak ini sudah ngebet nikah, ya?"

"Enggak, kok."

"Terus itu maksudnya gimana? Kalau gak ngebet ya mana mungkin mau lamar saya, kenal dekat juga belum," ujarku mencebik dengan memiringkan kepala, tetapi mataku membulat ke arahnya.

Ya sedikit mau meledek sih, tapi tidak tahu caranya. Namun, lebih tepatnya ingin mengulti sampai dia diam tanpa kata, rasanya aku ingin mengeluarkan kata-kata tajam. Terserah, mau dia suka atau pun enggak setidaknya jika respons dia sudah tidak bisa dimaafkan maka dia tidak akan masuk dalam pilihan.

Kalau harus memilih aku lebih memilih antara Alva dan Gian, kenapa harus Pak Ardi yang muncul dengan menjengkelkan. Entahlah, apa yang kurang dari dia, padahal bagus-bagus aja sih, hanya saja bagiku dia tidak cool. Dia terlalu membuatku risih dengan candaan recehnya.

"Ya ... saya sudah ingin menikah saja," jawabnya.

"Kalau begitu, bapak cari saja yang lain. Entah nyata atau palsu, katanya nih ya Pak, Katanya. Garis bawahi katanya, katanya laki-laki yang sudah ingin atau siap menikah itu sudah tidak peduli dia mau menikah dengan siapa, bisa dibilang nih ya "Tanpa Cinta" apalagi kalau bicaranya terhadap orang yang belum lama dikenal, beda lagi kan kalau sama yang sudah lama mengenal dan saling suka pasti mereka menikahnya karena cinta dan kasih sayang bukan asal milih aja karena sudah tidak ingin sendirian!" terangku panjang lebar, sedikit geram soalnya.

"Maaf, ya. Saya tidak mau dijadikan tujuan akhir tanpa keistimewaan. Meskipun memang cara bapak juga tidak salah, tetapi yang keberatannya saya!"

Seketika Pak Ardi pun diam, terserah dia mau berpikir apa tentangku, aku harap dia menjauh dariku.

1
Bonsai Boy
Jangan menunda-nunda lagi, ayo update next chapter sebelum aku mati penasaran! 😭
Hiro Takachiho
Gak sabar nih baca kelanjutannya, jangan lama-lama ya thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!