NovelToon NovelToon
Iparku

Iparku

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Beda Usia / Keluarga / Romansa / Sugar daddy
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: Khozi Khozi

"mbak meli ,besar nanti adek mau sekolah dikota smaa mbak "ucap lita yang masih kelas 1 SMP
" iya dek kuliahnya dikota sama mbak "ucap meli yang sudah menikah dan tinggal dikota bersama suaminya roni.

apakah persetujuan meli dan niat baiknya yang ingin bersama adiknya membawa sebuah akhir kebahagiaan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khozi Khozi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode 12 usaha yang menghasilkan

Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu pengumuman hasil nilai ujian.

Siswa-siswi kelas 12 berkumpul memenuhi lobi sekolah. Suara riuh memenuhi ruangan, semua tak sabar menanti.

Namun, Lita, Arya, Amel, dan Rian memilih berdiri agak jauh dari kerumunan. Arya memang sengaja menjauhkan Lita.

“Takut kamu sesak dan didorong orang,” ucapnya tegas.

“Assalamu’alaikum wr wb,” suara lantang Pak Budi, kepala sekolah, langsung membuat suasana sedikit mereda.

“Saya akan mengumumkan hasil nilai terbaik dari siswa-siswi kelas 12.”

Suara gaduh mulai terdengar lagi, membuat Pak Budi mengangkat tangan.

“Harap tenang. Kalau kalian ribut, nanti nggak dengar pengumumannya.”

Seketika semua diam. Hanya terdengar deru kipas angin dan langkah kaki beberapa guru yang lewat.

Arya melirik ke samping. Ia melihat jemari Lita sedikit gemetar. Tanpa ragu, ia menggenggam tangan kekasihnya erat, memberikan isyarat lewat tatapan bahwa ia percaya—Lita pasti mendapat hasil terbaik.

“Peringkat pertama dengan hasil nilai terbaik… atas nama Ananda Anara Lita Graceva. Semuanya beri tepuk tangan!” ucap Pak Budi.

Tepuk tangan dan sorakan langsung memenuhi ruangan.

Lita tertegun sesaat. Dadanya terasa penuh—antara lega, bangga, dan terharu. Semua kerja kerasnya selama ini terbayar. Ia memeluk Arya, lalu meraih Amel dan Rian.

“Diam dulu… ini baru permulaan,” bisik Arya.

“Juara kedua… atas nama Sagara Arya Tama.”

Amel langsung nyeletuk. “Lo dikalahin sama pacar lo sendiri.”

Arya tersenyum tipis, menatap mata Lita. “Gue malah seneng… soalnya yang bener-bener berusaha itu dia.”

Rian ikut nimbrung sambil terkekeh. “Kalau lo mah, nyawa juga dikasih ke Lita.”

“Juara ketiga… Samudra Laksa Kairo. Untuk mereka bertiga, selamat atas pencapaiannya. Bapak bangga. Terima kasih. Wassalamu’alaikum wr wb,” tutup Pak Budi.

“Selamat ya, sahabat aku,” ucap Amel sambil memeluk Lita erat.

“Iya, makasih,” jawab Lita, membalas pelukan itu.

“Kalau lo juara mah gue udah nggak kaget… tapi gue bangga banget sama lo,” tambah Amel sebelum melepas pelukan.

“Gue nggak dapet juara…” gumam Amel, pura-pura sedih.

“Dari dulu nilai lo paling rendah,” celetuk Rian santai.

“Mulut lo belum pernah dicabein ya?” balas Amel sambil menginjak sepatu Rian.

“Aduh, aduh! Gue bercanda!” Rian mengangkat kakinya, meringis.

Arya, yang malas ikut ribut, langsung menatap Lita. “Ke kantin, mau?”

“Iya,” jawab Lita singkat. Mereka berdua pun berjalan, meninggalkan pasangan ribut itu.

“Eh! Tungguin! Gara-gara lo sih gue ditinggal!” seru Amel sambil mengejar.

“Kok gue yang disalahin? Lo yang nginjak sepatu gue!” balas Rian, tak mau kalah, tapi tetap menyusul dari belakang.

“Tega banget lo ninggalin gue,” omel Amel sambil menjatuhkan diri di kursi sebelah Lita.

Lita menjawab santai, “Lagian lo malah pacaran terus sama Rian.”

Mata Amel langsung membulat. “Pacaran? Sama Rian? Lo nggak salah denger, kan?” Suaranya naik setengah oktaf. “Amit-amit, pacaran sama tuh makhluk.” Ia merinding sekujur badan, membayangkan hal yang menurutnya mustahil.

“Biasanya nih… kalau udah ngomong ‘amit-amit’, malah kejadian,” goda Lita sambil tersenyum nakal.

“Kok sekarang malah gue yang dibilang pacaran? Kan lo yang pacaran!” protes Amel.

“Ya siapa tau nanti lo beneran sama Rian,” Lita semakin memancing.

“Kalau disuruh milih, mending gue jomblo seumur hidup daripada pacaran sama dia,” ketus Amel sambil berdiri, hendak memesan makanan. Tapi langkahnya langsung terhenti karena… brak! ia bertabrakan dengan seseorang.

Rian.

Lita langsung terkekeh. “Gue bilang juga apa… jodoh nggak bakal ke mana.”

“Lo yang ngelangin jalan gue,” protes Amel.

“Yang nabrak itu lo,” balas Rian santai.

“Mending kalian baikan terus pacaran. Sesimpel itu,” celetuk Lita menambah panas suasana.

“Diem deh, Lit!” gerutu Amel sambil melangkah ke kasir.

“Pacar?” tanya Rian, bingung, menatap Lita.

Sebelum Lita sempat menjawab, Arya datang membawa nampan berisi makanan. “Kamu makan dulu, sayang,” ucapnya lembut sambil meletakkan mangkok bakso di depan Lita.

“Iya, makasih,” balas Lita sambil tersenyum, langsung menyendok baksonya.

“Gue dikacangin lagi…” gumam Rian, lalu duduk di sebelah Arya.

Tak lama, Amel kembali dengan semangkuk nasi soto. Ia duduk tepat di hadapan Rian. Saat hendak meletakkan mangkuk, kuah panasnya tumpah ke tangannya.

“Aduh! Panas! Panas!” serunya sambil mengibaskan tangan.

Lita segera mengambil tisu, tapi sebelum sempat bergerak, Rian sudah lebih dulu meraih tangan Amel. Ia mengelap sisa kuah dengan cepat, lalu meniupnya pelan-pelan.

Adegan itu tak luput dari tatapan Lita dan Arya.

“Bener kan kata gue… kalian cocok,” ujar Lita sambil tersenyum puas.

Kenapa hari ini gue jadi sorotan sih? batin Amel, sedikit salah tingkah.

“Udah nggak panas. Makasih,” ucap Amel singkat, menarik tangannya.

“Tumben lo baik,” goda Rian, tapi Amel memilih mengabaikan.

“Besok kita rayain perpisahan, gimana?” tanya Amel, mencoba mengalihkan topik.

“Iya! Pasti seru,” sahut Lita antusias. “Kita rayain di mana?”

“Ke rumah Arya aja gimana?” usul Amel.

“Iya, nggak apa-apa,” jawab Arya sambil mengangguk.

“Gue juga setuju. Udah lama nggak nongkrong di rumah lo,” tambah Rian.

“Oke, berarti besok malam acara di rumah Arya,” kata Amel, memutuskan.

“Selamat siang, anak-anak. Hari ini kalian boleh pulang,” suara dari pengeras di kantor sekolah terdengar jelas memenuhi seluruh gedung.

Sekejap saja, suasana berubah riuh. Murid-murid langsung berhamburan dari kantin menuju kelas masing-masing, berebut mengambil tas seolah tak sabar meninggalkan sekolah. Tawa, teriakan, dan langkah kaki yang terburu-buru bercampur jadi satu, memenuhi lorong.

“Pulang! Pulang!” teriak Rian dan Amel hampir bersamaan, wajah mereka berseri-seri seperti anak kecil yang baru dapat kabar libur panjang. Mereka bahkan ikut berlari, saling dorong dan tertawa sepanjang koridor.

Sementara itu, di sisi lain, Arya dan Lita tidak terburu-buru. Mereka berjalan pelan menyusuri lorong yang mulai sepi, . Sesekali Arya melirik ke arah Lita, memperhatikan wajahnya yang tenang, seakan ingin menghafal setiap detail momen ini—mungkin salah satu dari sedikit kesempatan berdua sebelum mereka benar-benar lulus.

Ndok, sini… mbakmu mau ngomong, ucap Bu Yana yang matanya mengikuti langkah Lita yang baru pulang. Ia menyodorkan telepon genggamnya.

"Iya, mbak… ada apa?" tanya Lita, menempelkan ponsel ke telinganya.

"Kamu udah ujian kan, dek?" suara Mbak Meli terdengar hangat dari seberang.

"Udah, mbak. Aku juga dapet nilai terbaik," jawab Lita dengan nada bangga tapi tetap merendah.

"Adek mbak emang pinter. Kamu pasti diterima kuliah di sini," ucap Meli,

Ikut bahagia

Lita tersenyum lebar walau Meli tak bisa melihatnya.

"Iya, mbak… mudah-mudahan," balas Lita.

"Nanti mbak telfon lagi, mbak mau belanja dulu," kata Meli.

"Iya, mbak," jawab Lita singkat. Tak lama, sambungan telepon terputus

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!