Jihan Alessa. Gadis ceria yang selalu mengejar cinta lelaki bernama Abintang Sagara.
Namun, ternyata perasaannya itu justru menambah luka di hidupnya. Hubungan yang seharusnya manis justru berakhir pahit. Mereka sama-sama memiliki luka, tetapi tanpa sadar mereka juga saling melukai karena itu.
"Suka lo itu bikin capek ya."
"Gue nggak pernah minta lo suka gue."
Rumah yang seharusnya tempat paling aman untuk singgah, justru menjadi tempat yang paling bahaya bagi Jihan. Dunia seakan mempermainkan hidupnya bagai badai menerjang sebuah pohon rapuh yang berharap tetap kokoh.
"Kamu adalah kesialan yang lahir!"
Itulah yang sering Jihan dengar.
Pada akhirnya aku pergi—Jihan Alessa
__________
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Affara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu
"Han. Ada Abintang noh!" Tunjuk Iqbal pada Abintang yang baru saja datang. Seperti biasa pakaiannya rapi, namun rambutnya tampak masih basah dan acak-acakan. Ekspresi Abintang juga terlihat lebih dingin dari biasanya.
"Bodo amat!" Ujar Jihan memilih fokus membaca buku. Hal itu langsung mendapat tatapan tak percaya dari Iqbal.
Lelaki itu duduk miring menghadap bangku Jihan. "Lo nggak lagi kesurupan kan?" Kata Iqbal terkejut, biasanya Jihan akan antusias menyambut kedatangan Abintang meskipun tidak di respon.
"Gue lagi males sakit hati." Iqbal langsung menutup mulutnya rapat-rapat mendengar perkataan Jihan. Abintang yang lewat di tengah-tengah antara mereka juga ikut mendengar. Tidak banyak berkomentar lalu duduk di belakang Iqbal.
"Tumben rajin," Ujar Iqbal mengalihkan pembicaraan dan menatap Jihan yang fokus membaca buku.
Jihan membanting bukunya ke meja dengan kesal. Di situlah mata Iqbal membulat sempurna saat melihat betapa pucatnya wajah Jihan. Bahkan hidung cewek itu terdapat plester. "Han. Lo kenapa?" Ujar Iqbal khawatir menatap keadaan Jihan yang kacau.
Abintang yang berada di belakang Iqbal pun ikut melirik punggung Jihan penasaran. Melihat raut wajah Iqbal yang begitu khawatir membuat hatinya ikut tidak tenang.
"Lo nggak usah ikut upacara dulu hari ini. Keadaan lo aja kayak gini," Usul Iqbal tak di gubris Jihan.
"Gue gak pa-pa. Cuma nggak enak badan aja dikit. Masih kuat buat ikut upacara," balas Jihan keras kepala. Kemudian gadis itu berdiri ketika suara peringatan guru terdengar dari spiker.
Jihan terdiam sejenak lalu merogoh tasnya untuk mencari topi. Dia berdecak kesal ketika tidak menemukannya. "Kenapa?" Tanya Iqbal memperhatikan gerak-gerik Jihan.
"Lupa bawa topi" Jihan sudah pasrah jika nanti di hukum.
"Pake punya gue aja nih." Iqbal menyerahkan topinya pada Jihan. Abintang yang melihat itu sedikit terbakar.
"Nggak usah. Kasihan elo nya," Tolak Jihan.
"Gak pa-pa Han. Pake aja!" Iqbal memasangkan topinya pada kepala Jihan lalu berjalan pergi meninggalkan kelas. Tidak ingin Jihan menolaknya.
Jihan menatap kepergian Iqbal dengan pandangan kosong. "Makasih, Bal," Lirihnya.
"Jihan." Jihan sangat tahu suara itu. Tapi memilih tidak menghiraukannya.
Abintang berdiri tepat di belakang Jihan. Menahan tangan gadis itu yang hendak pergi. Mengambil topi yang dipakai Jihan lalu memakai kan topi miliknya pada kepala gadis itu
Gerakan tiba-tiba itu membuat Jihan tertegun di tempat. "Jangan di lepas. Pake aja," Ujar Abintang begitu lembut.
"Nggak mau. Gue mau pake punya Iqbal aja." Perkataan Jihan langsung mendapatkan tatapan tajam dari Abintang.
"Kenapa? Lo nggak perlu sebaik ini sama gue Abi," Ucap Jihan menatap kedua mata Abintang.
"Lo marah sama gue?" Tanya Abintang.
Jihan menggeleng. "Kan ini kemauan lo. Lo yang minta gue jauhin lo. Gue udah lakuin sekarang."
Tangan Abintang mengepal. Mendengar ucapan Jihan yang sekarang terasa asing di telinga membuatnya tak suka. "Nggak gini caranya Jihan," Ujar lelaki itu.
"TERUS GIMANA!?"
"Deketin lo salah! Jauhin lo salah! Mau lo apa sih Abintang?!" Sentak Jihan membuat Abintang terkejut.
"Sekarang gue nyesell! Nyesel karena udah suka sama cowok nyebelin kayak lo! Tiap hari makan hati mulu. Kadang baik, kadang jahat, capek tahu nggak!"
"Gue benci sama lo Abintang! Benci! Tenang aja, mulai sekarang gue nggak bakal ganggu lo lagi. Gue bakal jaga jarak sama lo. Gue tahu gue salah karena udah sering gangguin lo, tapi tenang aja, sekarang lo bakal hidup tenang kok!" Jihan berbalik badan hendak pergi.
Abintang mengeraskan rahangnya. Dia mencengkram kuat lengan Jihan, tidak akan membiarkan Jihan pergi. Lalu menariknya supaya mereka berhadapan kemudian...
Cup.
Jihan terpaku. Amarah yang tadi meluap seketika sirna.
Abintang menciumnya.
****
Yahhh udah habis aja. Maaf prenn!
Uby lagi sekarat 🤧 Eehhh maksudnya lagi demam. Jadi wajar nulis dikit.
Masa iya setelah Uby kayak gini kalian gak mau like? Huhhh sedihhnyooo!
BECANDA PRENN!
Kawan kita kawan!