Setelah bertahun-tahun pasca kelahiran pangeran dan putri bungsu, mereka tetap berusaha mencari pelaku pembunuh sang ratu. Hidup atau mati! Mereka ingin pelakunya tertangkap dan di hukum gantung!Dapatkah para pangeran dan putri menangkap pelakunya?
*update setiap Minggu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mailani muadzimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lembaran Baru
"Baginda, bagaimana jika hari ini anda jalan-jalan di taman bersama para pangeran dan putri? Hari ini cerah karena salju sudah cair, bukankah menyenangkan kalau menghirup udara segar sekarang?" tawar Lysander saat melihat Raja Finn tampak jenuh dan melamun di meja kerjanya.
Raja Finn kemudian menoleh ke luar jendela, dia bisa melihat Arka dan Arsha sedang jalan-jalan bersama pelayan dan pengasuhnya, Vivian. Tidak lupa Deon juga setia mengawal.
Melihat bayi kembarnya menghabiskan waktu bersama pelayan dan pengawal, tentu saja membuat Raja Finn cemburu.
"Aku akan turun sekarang," ucap Raja Finn serius.
Lysander mengepalkan tangannya saat Raja Finn berbalik, misi mereka sepertinya akan sukses.
"Baik, Baginda." jawab Lysander.
***
"Yang Mulia Putra Mahkota, apakah anda tidak tertarik jalan-jalan di cuaca yang cerah ini?" tawar Calix.
"Entahlah..." jawab Zayden cuek. Zayden sedang sibuk memberi cap kerajaan pada dokumen-dokumen penting yang bertumpuk di mejanya.
"Salju sudah cair, Yang Mulia. Pagi ini bunga mawar pertama sudah mekar di rumah kaca." ucap Calix lagi. Dia gigih juga.
Zayden bergeming, tangannya masih sibuk membubuhi cap kerajaan dan menandatangani berkas negara.
Calix menelan ludahnya, Putra Mahkota sepertinya sedang badmood sekarang. "Ah, itu Yang Mulia Pangeran Keempat dan Yang Mulia Putri. Sepertinya mereka mau ke rumah kaca bersama Vivian dan Deon." sambung Calix sambil dia menoleh ke luar jendela.
Zayden langsung menoleh ke luar jendela usai mendengar kalimat Calix.
"Charlie, cap sisanya. Kalau sudah, bawa ke kamarku agar aku bisa menandatanganinya nanti." titah Zayden pada ajudannya.
Charlie agak terkejut karena Zayden tiba-tiba menyuruhnya menggantikan mengurus berkas, namun dia tahu kalau saat ini Putra Mahkota perlu hiburan dan liburan. "Baik, Yang Mulia." jawabnya cepat.
Calix dan Charlie saling memberi kode jari jempol, masing-masing dari mereka seperti bertelepati mengatakan bahwa rencana mereka berhasil.
***
Ezra sedang sibuk membaca di kamarnya, dia memang hobi membaca, tapi kali ini entah kenapa dia tidak begitu menikmatinya.
Ezra menyeruput secangkir susu yang sudah ada di mejanya, lalu membalik halaman bukunya lagi.
"Yang Mulia..." panggil Donovan, ksatria pengawal Ezra yang sejak tadi memang mengawal di dalam kamar.
"Ya?" jawab Ezra tanpa mengalihkan pandangannya dari buku.
Belum genap Donovan membuka mulut untuk bicara, Ezra sudah memotong kalimatnya.
"Aku bosan. Ayo kita ke perpustakaan dan cari buku lain." ajak Ezra sambil menutup bukunya.
"Yang Mulia Pangeran Ezra, bagaimana jika hari ini anda jalan-jalan di taman bunga rumah kaca? Lilian bilang hari ini mawarnya sudah mekar," ucap Bell.
"Oh ya?" tanya Ezra tertarik, sudah lama dia tidak melihat bunga di rumah kaca.
"Iya, bahkan Pangeran Liam sudah di sana bersama Pangeran Arka dan Putri Arsha." jawab Bell.
"Tidak seru, beraninya Liam curi-curi kebersamaan dengan si Kembar tanpa aku." ucap Ezra cemburu.
Tanpa bilang apa-apa lagi, Ezra langsung menyusul Liam ke rumah kaca. Diikuti oleh Donovan dan Bell.
***
Setibanya Ezra di rumah kaca, dia semakin terkejut karena melihat ayahnya dan Zayden sudah ada di sana. Mereka bahkan sedang asyik menikmati kudapan.
"Tega sekali kalian piknik tanpa aku!" rengek Ezra.
"Kak Ezra! Ayo duduk dan makan bersama!" seru Liam riang.
Ezra masih bersungut-sungut sambil mendekat ke arah Liam dan yang lainnya.
"Kenapa? Kenapa kalian tidak mengajakku?" rengek Ezra lagi.
"Tenanglah, Ezra. Kami baru saja mau memanggilmu," ucap Zayden sambil memasukkan biskuit ke mulut Ezra.
"Kakak, lihatlah. Hari ini mawarnya mekar," Liam menunjukkan sebuah mawar yang mekar sendirian pada Ezra.
Ezra menelan biskuitnya, "bagus sekali, ya." gumam Ezra.
"Omong-omong, dari tadi kalian di sini?" sambung Ezra.
"Tidak. Saat aku datang, Liam sudah di sini lebih dulu bersama si Kembar, jadi aku bergabung saja. Tiba-tiba Papa menyusul sendiri, lalu kamu. Mendadak kita jadi piknik," ucap Zayden.
"Aku datang karena Lilian bilang mawarnya mekar, aku ingin melihatnya, tidak disangka ternyata Vivian juga mengajak si Kembar ke sini." sambung Liam.
"Setelah Mama meninggal, kita memang sudah jarang berkumpul begini, ya." ucap Raja Finn tiba-tiba.
Zayden, Ezra, dan Liam setuju. Mereka memang jarang berkumpul, bahkan makan malam pun dibawa ke kamar. Mereka menyibukkan diri agar tidak teringat kenangan bersama Ratu Harika.
"Mulai sekarang, kita harus fokus menghadapi apa yang ada di depan. Mama pasti sedih jika kita berlarut-larut dalam kesedihan. Malam ini kita harus mulai kembali makan bersama." ucap Raja Finn lagi.
"Iya, Papa. Lagipula, kita punya dua adik yang lucu sekarang," jawab Zayden.
"Omong-omong Liam, melihatmu cerah hari ini, sepertinya kondisimu sudah membaik, ya." ucap Raja Finn sambil mengusap kepala Liam.
"Iya, aku sudah merasa lebih baik, Papa. Ini semua berkat bantuan Dokter Cedric." jawab Liam sambil tersenyum.
"Baguslah. Papa senang mendengarnya,"
"Oh, Ezra, kamu tadi tidak lihat kan? Si Kembar akhirnya memanggilku kakak." ucap Zayden bangga.
"Apa? Bagaimana denganku? Arka, Arsha, ayo panggil kakak juga. Aku juga mau dipanggil kakak," ucap Ezra sambil memegang tangan dua adiknya itu.
Raja Finn, Zayden dan Liam tertawa melihat tingkah Ezra. Mudah sekali membuat Ezra cemburu.
Suasana di rumah kaca hari itu sangat harmonis dan hangat, sudah lama para pelayan, dayang, dan pengawal tidak melihat senyum Raja Finn dan anak-anaknya. Mereka terharu sekaligus senang, sebab rencana mereka berhasil. Sudah berbulan-bulan sejak kematian Ratu Harika, baru kali ini mereka tertawa seriang itu. Ini saatnya bagi keluarga kerajaan untuk membuka lembaran baru, bahwa hidup masih terus berjalan.
***
Lalu musim semi sungguhan datang ke Kerajaan Dandelion, semua orang bersuka cita menyambut musim semi. Festival juga biasanya selalu diadakan untuk merayakan musim semi. Bunga Dandelion tumbuh dimana-mana, sejauh mata memandang, hanya ada Dandelion.
Ini adalah musim semi ke sembilan sejak kematian Ratu Harika, Pangeran Arka dan Putri Arsha sudah tumbuh menjadi anak yang aktif dan menggemaskan. Arka tumbuh sebagai pangeran yang suka sains dan cukup jago berpedang, meski usianya baru sembilan tahun, tapi teknik berpedangnya sangat mumpuni dan dielu-elukan sebagai calon ahli pedang setelah Ezra. Sedangkan Arsha tumbuh sebagai putri cantik yang jago mengendalikan spirit seperti Liam, sesuai harapan Ratu Harika dan rakyat Dandelion, namun seperti sudah menjadi suratan takdir, tampaknya pengendali spirit keturunan Raja harus menderita penyakit turunan. Benar, Arsha juga menderita asma seperti Liam, bahkan dia jauh lebih parah dibanding Liam. Jika kondisi Arsha sedang baik, dia akan mengeksplor semua tempat bersama Arka, berlarian di taman istana dan bersembunyi dari pengasuh dan pelayan.
Arka juga tampan seperti ayah dan kakak-kakaknya. Dia berambut pirang seperti Raja Finn dan Zayden dan matanya biru. Sedangkan Arsha tumbuh sangat cantik seperti mendiang Ratu Harika, namun warna rambut dan matanya sama persis dengan Raja Finn.
Hari ini kerajaan sedang sibuk mempersiapkan festival musim semi, para pelayan dan dayang istana sedang sibuk mendekor. Di saat itulah Arka dan Arsha bermain-main.
"Arsha, ayo ke sini. Kita tidak boleh tertangkap oleh Fianna dan Elyri." bisik Arka.
Sebagai informasi, Fianna dan Elyri adalah pengasuh baru mereka berdua. Anak-anak raja biasanya punya pengasuh sendiri, satu pengasuh untuk satu anak. Fianna dan Elyri menjadi pengasuh saat Arka dan Arsha sudah berusia tiga tahun, mereka berdua tadinya adalah dayang yang mengurus segala kebutuhan mendiang Ratu Harika.
Arka dan Arsha memanjat pohon yang ada di taman istana, pohon itu bersebelahan dengan ruang kerjanya Raja Finn. Tentu saja Raja Finn dan ajudannya, Lysander, sudah sering melihat dua anak itu memanjat. Sudah biasa bagi Raja Finn, anak kembarnya itu memang sangat aktif.
"Lagi-lagi mereka bersembunyi dari para dayang dan pengawal, ya." ucap Raja Finn sambil tersenyum.
Lysander tidak menyahut, dia ikut senyum-senyum melihat Elyri dan Fianna yang sibuk memanggil-manggil Arka dan Arsha.
"Yang Mulia Pangeran, Yang Mulia Putri! Anda dimana?" teriak mereka serempak.
Tidak lupa, pengawal mereka masing-masing juga ikut membantu mencari.
"Seru juga, ya." ucap Arsha.
"Iya kan? Tapi kadang aku kasihan juga pada Eryli dan Fianna..." sahut Arka.
"Oh ya, aku bawa camilan." ucap Arsha sambil mengeluarkan kantong berisi biskuit rasa stroberi.
Biskuit itu kesukaan Arka dan Arsha, selai stroberinya sangat terasa dan manis. Tentu saja, selai itu dibuat dengan stroberi asli. Akan tetapi, baru saja mereka memakan biskuit itu, para pengasuh langsung mengetahui keberadaan mereka, itu karena aroma stroberi yang manis menguar sejak Arsha membuka kantong camilan.
"Yang Mulia, anda berdua tidak boleh memanjat pohon begitu. Itu berbahaya." tegur Fianna.
"Benar, Yang Mulia. Ayo turun! Bagaimana jika anda berdua terjatuh?" bujuk Eryli.
"Baiklah..." jawab Arka dan Arsha serempak.
"Padahal lagi seru-serunya." keluh Arka dan Arsha bersamaan.
"Kita harus siap-siap, Yang Mulia. Malam ini festivalnya dimulai," ucap Fianna.
Setelah itu, sambil di gendong pengasuh, Arka dan Arsha pun menyudahi permainan mereka. Mereka harus mandi dan bersiap untuk festival malam ini.
"Ah, sayang sekali, mereka tertangkap." ucap Lysander yang sejak tadi melihat dari ruang kerja Raja, tentu saja dia melihatnya bersama Raja Finn.
"Sudah. Lysander, kau selesaikan berkas yg ini, ya. Aku ada rapat." titah Raja Finn.
Raja Finn langsung keluar ruangan tanpa menunggu respon Lysander. Tersisa lah Lysander yang melongo melihat tumpukan kertas di meja Raja Finn.
***