NovelToon NovelToon
Transmigrasi ABCDE

Transmigrasi ABCDE

Status: sedang berlangsung
Genre:Idola sekolah / Angst / Transmigrasi / Misteri / Balas Dendam
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: kurukaraita45

5 jiwa yang tertransmigrasi untuk meneruskan misi dan mengungkap kebenaran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kurukaraita45, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11 : Inisial J

Pagi kembali membawa sinarnya, seperti biasanya sekolah akan selalu di isi oleh para siswa dan siswi yang disiplin. Waktu menunjukan pukul 7:30 dan 30 menit ke depan kelas akan dimulai.

5 Pilar utama BINA GARUDA tentunya datang pagi, meskipun tidak sepagi yang lainnya. Yang orang lain ketahui mereka adalah kepercayaan BINA GARUDA. Tentunya mereka sering berkumpul untuk kebaikan sekolah, namun pandangan itu berbeda halnya di mata Ghea. Ghea mengetahui semuanya, namun ia tak pernah ikut campur akan visi dan misi mereka.

Hari ini mereka berkumpul di perpustakaan, sejak pagi tak ada orang yang hilir mudik di dalam sana, selain kelima orang tersebut.

"Gue rasa ini saatnya kita harus bertindak, dari beberapa pengetahuan yang kita ketahui itu sudah cukup untuk membongkar segalanya. Tapi harus ingat, hati-hati itu penting, kita akan terus cari info disela-sela tujuan kita. Kita atur markas, nanti terkait langkah kak Rayn akan kasih tau ke kalian." Akashi menjelaskan penuh keyakinan, ia yang memimpin pertemuan tersebut.

"Gue setuju! Tapi sebelum itu, kita harus saling mengetahui informasi yang di dapat dari setiap orang. Gimana?" tanya Bercelly.

"Okei gue dulu yang mulai cerita," timpal Evelyn.

Mereka bersiap mendengarkan secara seksama. "Gue udah jadi Evelyn sepenuhnya di depan dia. Dan ekspresi dia bikin curiga. Setelah Akashi masuk sini, gue cerita sama dia. Lalu dia tiba-tiba tersedak, dia seolah terkejut kalo Akashi kembali. Kita gak tau apa hubungannya dia sama kepala sekolah." Papar Evelyn.

"Iya! Kita emang gak tau apa hubungannya sama Mama, Sen lo gak hack sistem sekolah?" Tanya Akashi.

"Setelah kejadian hari itu, gue masih belum siap buat hack. Karena gue tau risikonya, tapi gue udah punya cara baru dan akan gue jalankan secepatnya."

Akashi mengeluarkan sebuah buku kuno yang ia temukan beberapa hari yang lalu. "Coba kalian lihat ini, mungkin hubungan mereka lebih dekat dari seorang pemilik sekolah dan juga kepala sekolah? Gue rasa bukti ini hampir cukup buat desak Mama ngaku semuanya."

"Apa? Lo mau desak Bu Seny?" tanya Lisa yang amat terkejut diantara yang lainnya.

"Gimana lagi?"

"Shi! Jangan buru-buru dan jangan gegabah. Itu bukan jalan yang tepat apalagi yang benar, dia pasti bisa baca pergerakan kita setelahnya." Daisen berucap.

"Gue bisa nyamar jadi orang lain, dan gue bisa atur semuanya."

Daisen menghela nafasnya kasar. "Lo lupa sama kejadian waktu itu? Lupa sama kita yang tertransmigrasi? Shi ini raga orang lain. Dan Lo harus selalu ingat itu. Dia pasti heran kenapa anaknya bisa mendesak dia untuk mengakui sesuatu, sekuat apapun penyamaran lo, pihak dia tetap yang lebih kuat."

Akashi tampak berfikir beberapa saat setelahnya. "Gue hampir gak mikir ke sana, lain kali gue akan dengerin dan satu tindakan secara musyawarah sama kalian. Gue udah terlalu muak dengan semuanya."

"Gue setuju! Gue akan cari markas dan gue harap kerja samanya! Setelah itu kita harus atur pergerakan, ingat semuanya akan berperan. Kita musyawarahkan ini secara bersama-sama, karena kalo gak kompak kita gak akan bisa wujudkan visi dan juga misi kita." Callisany berucap.

Mereka semua menganggukkan kepalanya, sebagai tanda persetujuan dengan ucapan Lisa barusan.

................

"Langkah pertama kita adalah hack sistem sekolah. Sen! Urusan penghack-an kita semua serahin ke lo, kalo masalah bantuan Lo tinggal hubungi kita." Rayn berjalan hilir mudik, layaknya setrikaan.

"Okei! Tapi kita harus punya alat hubung yang tidak mencurigakan," ujar Daisen.

"Selain itu tugas kita apa kak? Gak mungkin cuman nunggu perintah tapi gak ngapa-ngapain," kata Lisa.

"Sementara kita jalanin satu-satu dulu, hingga kondisinya mulai banyak kemajuan gue pastikan kalian semua berperan, karena itu misi kita. Ouh ya Lo ada ide tentang alat komunikasi itu?" Tanya Rayn.

Daisen tampak berfikir sedari tadi. Sedang Akashi, Bercelly dan Evelyn hanya diam memperhatikan interaksi mereka. Detik berlalu, ide cemerlang muncul dalam otak Daisen.

"Beberapa hari lalu gue udah bikin suatu alat yang berfungsi untuk melacak keberadaan, juga berkomunikasi. Alatnya ringan, dan gue bikin hampir 100%, cuman belum gue coba."

Akashi berujar, "Kita percaya sama alat ciptaan Lo, gak akan gagal. Tapi, sebelum itu ada yang perlu kita ingat! Jangan sampai gegabah seperti saat itu lagi, ingat ini semua terjadi karena kecerobohan kita yang terlalu egois semuanya. Kita harus susun semuanya dengan baik, tanpa keegoisan."

Bercelly menganggukkan kepalanya. "Gue setuju!"

"Kita juga setuju! Sekarang ada pihak lain selain kalian, dulu gue gak tau sama misi kalian dan gue gak percaya semua itu. Tapi sekarang gue buka mata, dan gue bersama kalian." Rayn duduk di atas kursi dan mulai mengeluarkan papan permainan catur.

"Perhatikan semuanya! Sebelumnya gue sama Akashi yang udah ada inisiatif ini, ini berfungsi sebagai tanda pergerakan kita." Semua orang memperhatikan papan catur yang baru saja Rayn tampakkan, ia mulai menjelaskan semua posisi yang berada di sana. Termasuk kepada pion hitam yang berada di depannya.

"Pion hitam ini adalah BIMA NASIONAL, kita memang gak tau pasti apa yang terjadi antara BINA GARUDA dan BIMA NASIONAL. Tapi, selama masa penyelidikan bukti sudah cukup kuat, jika pemilik sekolah sangat berkaitan erat dengan pihak sana. Gue rasa pihak sana yang mulai duluan, jadi kita bergerak di pion hitam." Akashi berucap.

"Perlu diperhatikan jika pemilik sekolah dan juga kepala sekolah ini bukanlah musuh kita yang sesungguhnya, yang sebenarnya itu adalah BIMA NASIONAL. Namun, jika melangkah tanpa pikir panjang itu berakibat fatal, kita bertindak tanpa sepengetahuan raja dan ratu." Rayn mulai menunjuk-nunjuk pion yang sedang ia bicarakan.

"Tapi, kalo ternyata 8 anak ini maju atas perintah mereka yang berbeda dengan kita itu bahaya, jangan memberikan satu pion gratispun untuk mereka. Kita cegah sebisa mungkin, dan sebisa mungkin juga ratu dan raja tidak menyadari pergerakan kita."

"Ingat tujuan utama kita adalah rahasia sekolah ini, tapi ternyata di atas garis besar itu tantangan kita sesungguhnya adalah BIMA NASIONAL."

Disela pembahasan yang Rayn ungkapkan, Evelyn menyelanya.

"Lawan kita sesungguhnya BIMA NASIONAL? Apa ini bukan salah-satu dari rencana kepala juga pemilik sekolah ini?" Tanya Evelyn.

Mereka semua tampak berfikir sejenak, "Saya rasa tidak, mereka tidak tau kita siapa 'kan?" Rayn bertanya.

"Tapi, bisa juga dari awal mereka menjebak kita agar mengalahkan pihak sebelah dulu, agar rencana mereka tidak terganggu. Bisa juga jika memang pihak sebelah musuh mereka juga, dan mereka tidak mengotori tangan sendiri untuk mengalahkannya, tapi kita yang bertindak untuk mengalahkan musuh mereka, yang sebenarnya mungkin bukan musuh kita."

Setelah hening beberapa detik, akhirnya Rayn kembali angkat bicara. "Mereka gak tau kita, dan kalo kita lawan mereka dulu, berarti kita bakal bisa lawan sebelah." Rayn berkata dengan penuh ketegasan.

"Untuk sementara kita jangan overthinking dulu, kita harus fokus sama rencana awal." Akashi melerai ketakutan mereka.

"Baik, kita lanjutkan!" Rayn kembali mengambil pion putih, ia mengangkat pion kuda sebelah kanan yang mana itu adalah peran Daisen menjadi ke depan 1 anak paling kanan. Rayn melangkah mengikuti aturan, dengan huruf L. Bukan peran anak yang memulai, tapi peran Daisen sebagai pilar utamanya.

"Pion anak yang akan maju itu Ghea, dia peringkat 6 dan juga lebih dekat dengan Celly. Pergerakan Ghea di atur dengan Lo Sen, karena rencana kita juga Lo gerak dulu satu langkah." Rayn berkata dengan serius.

"Dan seperti apa informasi dari Celly juga kalian semua, jika pihak BIMA NASIONAL sudah menunjukan pergerakan saat perlombaan kemarin. Ini Misra! Dia yang memulai semuanya!" Rayn memajukan pion putih yang berada di depan kuda sebelah kiri.

"Setelah itu, kita yang memulai pergerakan ini. Ini Daisen, dia berada di depan raja. Atau berada di depan inisial J itu. Karena memang langkah awal kita adalah Raja dan Ratu dulu."

"Sen! Gue yakin Lo bisa atur semuanya!" Rayn menepuk-nepuk pundak Daisen.

"Semuanya gue atur!"

Pertemuan pertama mereka selesai, di markas yang baru tentunya merencanakan sesuatu yang baru. Markas mereka tak jauh dari tempat kejadian kelam tahun lalu, hanya beberapa meter dari sana, namun lebih tersembunyi sehingga tak dapat di lihat dari rumah tua itu.

....................

"Bodohnya gue adalah, ketika semua orang yang jahat gue selalu anggap mereka baik. Gue selalu anggap alasan mereka seperti itu pasti baik, dan dengan alasan yang mungkin kesalahan dari gue." Rayn meninju samsak dengan kasar.

"Gue bodoh!"

Semakin amarahnya meletup, semakin keras pula pukulan tangannya kepada samsak. Hingga menyebabkan samsak tersebut melayang beberapa meter.

Setelah menenangkan diri, ia mulai menangis dan berjongkok rapuh. "Kenapa semuanya harus terjadi? Gue menyesali peristiwa tahun lalu. Dia... Dia berubah sekarang, semuanya. Mungkin gue bisa mencintai dia dalam diri orang lain, selama jiwanya masih dia. Tapi dia?... Dia bisa Nerima semua ini?.. Gue... Gue rindu sama Lo..."

Isakan tangisnya terdengar semakin keras, membuat Akashi yang tengah menyeduh kopi diruangan dapur mencari sumber suara. Hingga beberapa detik menyusuri jalanan, ia menemukan sumber suara tersebut. Rupanya dari ruangan olahraga, yang tak jauh jaraknya dengan ruangan dapur.

Dia membawa secangkir kopi tersebut memasuki ruangan olahraga, dia melihat jelas jika Rayn tengah bersedih. Akashi menghampirinya dan mengelus pundaknya pelan.

"Bang! Gue ngerti keadaan Lo, semuanya udah takdir bang! Kalo bisa, gue bisa buat Lo dekat sama dia. Pada akhirnya dia juga akan bisa menerima semua yang terjadi. Dia juga akan kembali ke lo bang, semuanya hanya perlu waktu." Akashi duduk di dekat Rayn, dan ia menyimpan secangkir kopi yang baru saja di seduh di atas meja.

"Tapi Shi! Apa gue terlalu bodoh saat itu?"

"Gak bang! Semuanya udah kehendak Tuhan, gak ada yang salah selain dia. Tujuan kita baik, tapi tindakan mereka salah. Dan akibatnya adalah, mereka telah kehilangan anak mereka yang sesungguhnya."

"Bang! Kita berjuang sama-sama! Gue akan selalu support Lo kapanpun itu," tegas Akashi.

Rayn mengangkat kepalanya yang semula menunduk, dia menatap nanar pandangan Akashi yang menatapnya syahdu. "Makasih Shi! Lo bukan cuma teman gue, tapi Lo beneran adik sekaligus saudara gue. Dan Lo gak berubah, selalu menyebut gue dengan sebutan Abang dari dulu, meskipun perbedaan umur kita cuman beda 2 bulan lebih awal gue lahirnya."

"Pastinya bang! Karena dari dulu juga cuman Lo temen Deket gue." Mereka berdua saling merangkul, lalu mulai mengukir senyum di wajah masing-masing.

...••••••...

Setelah mereka berdiam diri di ruangan olahraga cukup lama, Marseny melihat keduanya tengah menikmati kopi, sehingga ia menghampiri kedua anaknya tersebut.

"Kalian lagi ngapain?" Tanya Marseny, dan mulai duduk di depan keduanya.

"Eh Mama, ini kita lagi ngobrol-ngobrol aja. Lama juga 'kan Ma gak ngobrol gini sama Abang." Akashi hanya berbicara secukupnya saja.

"Begitu! Kenapa belum tidur? Besok sekolah lho," saran Marseny.

"Belum Ma, kita belum ngantuk."

Arah jendela dari ruangan olahraga itu menuju ke luar, ke arah taman belakang. Terlihat jelas sekali lampu jalanan yang temaram nan sejuk yang terus di guyur hujan sejak tadi sore. Membuat pemandangan kota menjadi lebih indah.

"Coba kalian lihat deh hujan itu!" Ucapan Marseny membuat keduanya mengalihkan pandangan, dengan seksama mereka memandangi air hujan yang kian turun lebih banyak tersebut.

"Dulu tuh, kalian suka banget sama hujan di malam hari. Mama selalu bacain kalian dongeng pengantar tidur, dan yang paling lucu itu Kashi. Setiap Mama bacain dongeng kesukaan Ayen pasti Kashi yang cemburu. Ingin dibacain duluan, karena dongeng yang kalian suka selalu berbeda. Akhirnya Ayen yang ngalah, Mama bacain dulu dongeng Kashi sambil tidur. Kalian masih ingat 'kan?"

Melihat Akashi diam saja, Rayn lebih dulu angkat bicara. "Tentunya dong Ma, aku akan selalu ingat itu. Dia orangnya gitu, gak bisa banget ngalah sama kakak sendiri. Ihh!" Rayn menyungging tangan Akashi.

"Hehe iya Ma, ya maaf Bang gak mau ngalah. Tapi ya harusnya Abang yang ngalah, sebagai kakak!" Akashi menekankan kalimat terakhirnya, yang membuat ketiganya tertawa lepas.

"Kalian tuh dari dulu gak pernah berubah ya! Tapi Mama harap apapun itu, kalian akan selalu bersama dan juga saling tolong menolong." Marseny terus saja tak berhenti memandang hujan yang terus turun semakin deras.

"Iya Mama!"

...-ToBeContinued-...

Kemungkinan jarang up, sedikit sibuk hehe.

1
kurukaraita45
Sangat bagus!
Bowo
seruh baget cerita nya ayo semangat Buat lag
kurukaraita45: ayok mampir lagi, tiap hari upnya dan kalo hari Minggu 2 kali lho. ketinggalan banyak gak nih kakaknya?
total 2 replies
khun :3
Buatku terbawa suasana banget. Gimana thor bisa bikin ceritanya seperti itu?
kurukaraita45: ayok kak boleh mampir lagi, aku up tiap hari lho dan kalo hari Minggu spesial 2 kali up.
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!