NovelToon NovelToon
Dinikahi Suami Kembaranku

Dinikahi Suami Kembaranku

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Selingkuh / Pengantin Pengganti / Beda Usia / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Misstie

Syima dan Syama adalah kembar identik dengan kepribadian yang bertolak belakang. Syama feminim, sementara Syima dikenal sebagai gadis tomboy yang suka melanggar aturan dan kurang berprestasi akademik.

Hari pernikahan berubah menjadi mimpi buruk, saat Syama tiba-tiba menghilang, meninggalkan surat permintaan maaf. Resepsi mewah yang sudah dipersiapkan dan mengundang pejabat negara termasuk presiden, membuat keluarga kedua belah pihak panik. Demi menjaga nama baik, orang tua memutuskan Devanka menikahi Syima sebagai penggantinya.

Syima yang awalnya menolak akhirnya luluh melihat karena kasihan pada kedua orang tuanya. Pernikahan pun dilaksanakan, Devan dan Syima menjalani pernikahan yang sebenarnya.

Namun tiba-tiba Syama kembali dengan membawa sebuah alasan kenapa dia pergi dan kini Syama meminta Devanka kembali padanya.

Apa yang dilakukan Syima dalam mempertahankan rumah tangganya? Atau ia akan kembali mengalah pada kembarannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Misstie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Direstui

Seminggu setelah diagnosa kanker payudara, Dewi akhirnya diizinkan pulang dari rumah sakit untuk menunggu jadwal operasi yang akan dilaksanakan dua minggu kemudian. Pagi itu, Devanka datang lebih awal ke rumah sakit untuk membantu proses kepulangan.

"Mas, kamu datang pagi banget," sapa Syama ketika melihat Devanka masuk ke ruang rawat dengan membawa bunga lily putih untuk Dewi.

"Iya, aku mau bantu-bantu,” jawab Devanka, lalu menyalami Ahmad yang kali ini tampak lebih santai dibanding pertemuan pertama.

"Nak Devan," panggil Dewi dari ranjang dengan senyum cerah. Meski wajahnya masih pucat, semangatnya terlihat jauh lebih baik. "Makasih ya bunga lilynya."

"Sama-sama, Bu. Apa kabarnya hari ini, Bu?"

"Alhamdulillah jauh lebih baik. Udah gak sabar pulang, tidur di kasur sendiri," kata Dewi sambil tertawa kecil.

“Syima mana, Sya?” tanya Ahmad, baru selesai urusan administrasi. Ahmad heran, karena tadi sebelum berangkat mengurus berkas, Syima masih ada.

"Dia ada kuliah, Pak. Tadi pagi udah bilang sama Ibu. Bilangnya nanti sore pulang kuliah langsung ke rumah," jawab Syama.

Devanka membantu Ahmad packing, sementara Syama membantu Dewi bersiap-siap.

"Nak, makasih ya udah bantu Bapak selama mengurus Ibu." kata Ahmad sambil melipat selimut tipis yang dipakainya tidur seminggu terakhir.

Selama itu pula Devanka tidak pernah absen menengok calon mertuanya. Beberapa kali dia pulang larut malam, menemani Ahmad makan atau sekadar berbincang di taman rumah sakit.

“Gak apa-apa, Pak. Ini sudah kewajiban saya juga,” balas Devanka, hendak mendorong koper keluar ruangan.

“Nak Devan, kopernya masukin ke bagasi mobil Bapak aja.” Ahmad merogoh saku celana, lalu saku jaket. Tapi kunci mobil yang dicari tidak ketemu.

"Cari apa, Pak?" tanya Syama melihat ayahnya membongkar tas jinjing yang sudah dirapikan.

"Kunci mobil."

"Loh... Mobil Bapak kan dibawa Sisi ke kampus. Aku kira dia udah ngomong sama bapak."

“Wealah anak itu…” Ahmad menggeleng kesal. “Lagi situasi gini, malah seenaknya pakai kendaraan.”

Tanpa di ketahui Ahmad, Syima sebenarnya sengaja membawa mobil Ahmad ke kampus agar kedua orang tuanya bisa ikut bersama Devanka. Dengan begitu, ayahnya tidak perlu menyetir lagi. Syima tahu betul, sejak Dewi dirawat, Ahmad hampir tidak pernah beristirahat. Dia sering memperhatikan wajah lelah ayahnya, cukup membuat hatinya teriris.

“Nanti malah merepotkan. Memangnya kamu gak ada ngajar?”

“Hari ini saya kosong, Pak. Jadi masih banyak waktu.”

Syama melirik Devanka, tersenyum bangga melihat ketulusannya. Begitu pun Dewi, hatinya lega karena Syama punya pasangan yang penuh perhatian.

***

Sesampainya di rumah Dewi beristirahat di kamarnya untuk tidur siang. Ahmad sendiri pergi ke sekolah untuk mengajar siang, meninggalkan Syama dan Devanka di rumah.

"Mas, makasih ya udah mau nerima keluarga aku apa adanya," kata Syama sambil duduk di sofa ruang tamu.

“Makasih juga udah ngenalin aku ke Ibu sama Bapak. Walau situasinya gak enak, pas Ibu sakit,” jawab Devanka, duduk di sampingnya.

Mereka menghabiskan sore dengan menonton TV dan sesekali mengecek Dewi yang sedang istirahat. Menjelang maghrib, Ahmad pulang dari sekolah, disusul Syima yang datang dengan membawa gorengan dari kampus.

"Ibu gimana?" tanya Syima sambil meletakkan gorengan di meja.

"Baik. Tadi tidur nyenyak banget," jawab Syama.

“Syukurlah. Eh, Pak Devan masih di sini? Gak pulang?” nada Syima terdengar netral, tapi tetap menyisakan sarkas.

"Tadi Bapak minta saya di sini dulu. Bantu jagain Ibu," jawab Devanka.

"Oh gitu. Kirain kelewat betah."

"Sisi, apaah sih? Gak sopan tahu gak?!" tegur Syama. Syima hanya mencibir, lalu naik ke lantai atas dimana kamarnya berada.

Saat makan malam, suasana terasa hangat. Dewi sudah bangun dan ikut makan bersama di meja makan.

"Gorengannya enak. Ini beli di mana, Syi?" tanya Devanka pada Syima mencoba mengakrabkan diri. Karena hanya Syima yang masih menganggapnya orang asing di rumah ini.

"Depan kampus," jawab Syima datar sambil makan.

"Yang sopan kamu, Syima!" tegur Ahmad menatap tajam Syima.

Tapi dasar bebal, gadis itu bergeming. Merasa malu, namun Syama hanya bisa membisikkan permintaan maaf pada Devanka terlihat tenang, tidak terpengaruh sikap Syima.

Seusai makan, Ahmad mengajak Devanka ke teras belakang. Syama mengantar ibunya kembali ke kamar, sementara Syima mengurung diri di kamarnya, mendengarkan musik indie kesukaannya.

Mereka duduk di kursi plastik di teras belakang. Ahmad menyalakan rokok dan menawarkan pada Devanka, yang ditolak dengan halus.

"Nak Devan, sebenarnya kemarin Ibu meminta Bapak buat ngobrol sama kamu," kata Ahmad sambil menghisap rokoknya.

"Oh, tentang apa, Pak?"

"Tentang hubungan kamu sama Syama," Ahmad menatap Devanka serius. "Ibu bilang, dia pengin tahu seberapa serius kamu sama Syama."

Devanka menelan ludah. Dia sudah mempersiapkan diri untuk pertanyaan ini.

"Saya serius, Pak. Sangat serius," jawab Devanka tegas.

"Serius gimana maksudnya? Serius pacaran aja atau serius mau nikah?"

"Serius mau nikah, Pak. Saya sudah niat mau melamar Syama. Tapi Syama ingin menikah setelah lulus kuliah."

Ahmad mengangguk pelan. “Kamu sudah memikirkan soal perbedaan umur? Kamu tiga puluh satu, Syama dua puluh satu. Dia masih muda, kadang masih ada sikapnya yang egois.”

"Saya tahu itu bukan hal yang mudah. Tapi saya yakin dengan perasaan saya sama Syama."

"Terus keluargamu? Mereka sudah mengenal Syama?"

"Mereka sudah bertemu Syama beberapa kali. Dan tidak ada masalah," jawab Devanka.

Ahmad tertegun. "Jadi kalian sudah benar-benar serius." Ahmad menghirup rokoknya lebih dalam, lalu menghembuskan asapnya kasar, seakan melepaskan beban dalam hatinya.

"Satu hal lagi... Bapak dengar, kamu anak orang terpandang. Sedangkan Bapak cuma guru SMA, penghasilan pas-pasan. Apa orang tuamu beneran tidak masalah?”

"Orang tua saya sudah tahu semuanya tentang Syama. Mereka tidak keberatan. Mereka gak keberatan. Lagi pula, yang terpandang itu orang tua saya. Saya sendiri sama seperti Bapak. Seorang guru.”

"Hm..." Ahmad menatap Devanka lama terkesan dengan jawaban calon suami puteinya itu, lalu tersenyum tipis.

Ahmad menghela napas berat. “Ibu bilang, dia takut gak bisa lihat anak-anaknya menikah. Makanya dia bahagia melihat Syama sudah ada yang menjaga. Jadi Ibu ingin kalian segera menikah.” Suaranya bergetar, ada luka di sana.

Devanka merasakan beratnya kalimat itu. “Saya siap kapan saja, Pak. Kalau Bapak mengizinkan, saya bisa bawa orang tua saya ke sini besok atau lusa.”

Mereka ngobrol sampai hampir satu jam. Ahmad menanyakan berbagai hal tentang rencana masa depan, pekerjaan, hingga tempat tinggal Syama setelah menikah nanti. Semakin lama, Ahmad semakin yakin bahwa Devanka benar-benar serius dengan putrinya.

“Baiklah, Nak,” ucap Ahmad akhirnya. “Bicarakan dulu dengan orang tuamu. Pintu rumah kami terbuka kapan pun kamu akan datang melamar.”

Mata Devanka berbinar. Tidak menyangka restu dari ayah Syama akan datang secepat ini. Sekaramg tinggal bagaimana membujuk Syama agar mau menikah secepatnya.

"Makasih, Pak. Saya janji akan menjaga Syama dengan baik."

Ahmad mematikan rokonya, lalu mengangguk sambil tersenyum. Dia merasa tenang, Walaupun baru mengenal Devanka sebentar Ahmad sudah yakin pria muda disampingnya ini adalah orang yang bertanggung jawab yang mampu menjaga dan mencintai Syama dengan sepenuh hati. Kini pikirannya tinggal memikirkan Syima. Putrinya itu yang paling membuatnya khawatir.

1
Ibvundazaky Ibundazaky
ditunggu up nya thor
Misstie
Ceritanya menarik.. 🥰🥰
muznah jenong
thanks untuk double up Thor.....
love you..../Heart//Heart//Heart//Heart//Heart//Rose//Rose//Rose/
Misstie: Sama-sama Kak...
Makasih udah jadi pembaca setia Syima
🥰🥰
total 1 replies
Randa kencana
ceritanya sangat menarik
muznah jenong
wah gawat pak dosen udah yoblos sebelum hari H..,..
Krisna Flowers
👍
muznah jenong
jangan2 bentar lagi pak Devan bucin lagi
di tunggu gaya bucin pak Devan ....pasti konyol istriya tomboy suami ya kaya kanebo ga ada expresi... di tunggu update selanjutnya thor/Heart//Heart//Heart//Heart//Heart/
Mepica_Elano
Aaaahhh! Begitu seru sampe gak berasa waktu berlalu!
Rizitos Bonitos
Bikin galau.
Rakka
Ngakak banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!