Queensa tak menyukai pernikahannya dengan Anjasmara. Meskipun pria itu dipilih sendiri oleh sang ayah.
Dijodohkan dengan pria yang dibencinya dengan sifat dingin, pendiam dan tegas bukanlah keinginannya. Sayang ia tak diberi pilihan.
Menikah dengan Anjasmara adalah permintaan terakhir sang ayah sebelum tutup usia.
Anjasmara yang protektif, perhatian, diam, dan selalu berusaha melindunginya tak membuat hati Queensa terbuka untuk suaminya.
Queensa terus mencari cara agar Anjasmara mau menceraikannya. Hingga suatu hari ia mengetahui satu rahasia tentang masa lalu mereka yang Anjasmara simpan rapat selama ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Queensa duduk di meja makan. Sudah hampir dua jam, Anjasmara tak juga kembali ke dalam rumah.
Pagi-pagi sekali Anjasmara sudah kedatangan tamu, mereka semua adalah karyawan di perkebunan sawit pria itu. Dan sampai sekarang orang-orang itu masih berkumpul di gazebo samping rumah bersama dengan Anjasmara.
"Mba, kata Bapak nggak usah nungguin bapak sarapannya, Bapak mau sarapan bareng karyawan di luar." Bu Ririn yang baru dari luar langsung menyampaikan pesan Anjasmara.
Queensa menggeleng. "Aku mau minum susu aja deh!" ucapnya sambil merogoh ponselnya dari saku dan segera membuka aplikasi game.
"Mba Queensa, nanti bapak marah."
Queensa menggeleng tanpa menatap Bu Ririn. "Biarkan aja sih dia marah, nanti juga baik sendiri!"
"Kamu harus makan Queensa!" Anjasmara berujar sembari menaikkan sebelah alisnya.
Queensa tersenyum sinis dan melangkah meninggalkan Anjasmara begitu saja.
Anjasmara menggeleng-gelengkan kepalanya, "Kamu mau makan bareng di luar? Sekalian saya kenalkan sama para pekerja."
Queensa menghentikan langkahnya. Dia tidak menjawab pertanyaan Anjasmara, tapi kakinya melangkah keluar menuju gazebo tempat orang-orang berkumpul. Anjasmara hanya tersenyum simpul melihat sikap istrinya.
Queensa mengerjap pelan dengan mata terus mengamati pergerakan Anjasmara yang tengah membagi nasi kotak pada setiap orang. Cara mereka memandang Anjasmara sangat berbeda. Anjasmara bukan orang biasa. Gesturnya seperti orang yang terbiasa bertemu orang penting dan cara pria itu bicara tidak seperti orang sembarangan.
Anjasmara tahu tengah diperhatikan oleh Queensa, tapi dia tak mempermasalahkannya.
"Ayo makan!" Queensa tersentak ketika tiba-tiba Anjasmara sudah berada di sampingnya.
"Mari makan Pak, Mbak!" ajak mereka rame-rame.
Senyum Queensa melengkung sopan dan santai. Ia berusaha menekan kekesalannya dengan Anjasmara yang mengagetkannya. Padahal sebenarnya Queensa lah yang sibuk melamun hingga tak menyadari ketika Anjasmara mendekat.
"Kamu disapa kok diam saja!" bisik Queensa.
Anjasmara menatap Queensa lamat sesaat, sebelum mengangguk enggan.
Queensa menyapu pandangannya, melihat orang-orang yang menikmati santap siang. Saat akan meraih sekotak nasi yang Anjasmara sediakan, tangannya lebih dulu di tarik oleh Anjasmara.
"Makan sama saya." Queensa langsung cemberut.
"Banyak orang jangan tarik-tarik, ah!"
Anjasmara tak lupa ingatan ataupun pikun. Yang istrinya katakan benar, tapi apa salahnya yang di tarik juga tangan istrinya sendiri.
"MasyaAllah Pak Anjasmara ternyata romantis banget kalau sama istrinya, bikin iri, ya?" celetuk ibu-ibu yang terdengar di rungu Queensa.
Queensa yang tadinya memberengut mengernyit. Ia jadi penasaran kira-kira seperti apa sosok Anjasmara dimata orang?
"Kamu nggak makan?" tanya Queensa saat Anjasmara justru menyuap untuk dirinya.
"Ini lagi makan." Queensa terbelalak saat Anjasmara juga menyuap dirinya sendiri. Jadi ceritanya mereka makan sekotak berdua?
Sebenarnya ini bukan kali pertama, awal jadi suami istri pun Anjasmara pernah menyuap Queensa seperti sekarang ini.
"Pak Anjasmara saya pulang duluan, waah ini istrinya ya? Kapan dibawa jalan ke rumah Ibu?"
"Nanti kalau saya tidak sibuk saya ajak main ke rumah, Bu." ucap Anjasmara menimpali.
"Kapan Pak Anjasmara tidak sibuk?" paruh baya itu menyeletuk. "Pak Anjasmara lebih memilih mengurus perkebunan dari pada istrinya yang cantik." paruh baya itu terkekeh.
"Bu Ati jangan bilang begitu," jawab Anjasmara lembut. "Kebun harus diawasi setiap saat agar kita tidak mengalami resiko saat panen. Ayah mertua sudah melepas tugasnya kepada saya, Bu. Tanggung jawab saya besar."
Paruh baya yang tadi terkekeh, tersenyum sungkan, "Iya, Ibu minta maaf." Apa yang Anjasmara katakan memang benar. Mengurus hektaran lahan perkebunan sawit memang bukan pekerjaan yang ringan.
Beda dengan yang Queensa pikirkan, mendengar ucapan Anjasmara barusan ia malah merasa jika Anjasmara terpaksa mengurus kebun ayahnya, menganggapnya beban tambahan.
Padahal selama ini mendiang ayahnya sudah begitu percaya pada pria itu, tapi Anjasmara seperti tidak iklas.
Sebenarnya Anjasmara tidak serendah yang istrinya pikiran. Tentang latar belakang keluarga juga perihal pendidikan, Anjasmara memutuskan kuliah pertanian saat lulus SMA dan mengaplikasikan ilmu yang diperoleh untuk meneruskan usaha keluarganya.
Setelah paruh baya itu pamit pulang, Anjasmara lanjut menyuapi istrinya dan Queensa menikmati apa yang masuk kedalam mulutnya, yang di hantar dari tangan sang suami.
Queensa sedang bersiap untuk menerima suapan berikutnya dari Anjasmara saat tangan itu tak kunjung terulur padanya, Queensa memperhatikan suaminya yang menunduk dalam, dan tangannya tak bergerak untuk mengambil suapan nasi seperti tadi.
"khmm!" Queensa pura-pura berdehem untuk menarik perhatian Anjasmara tapi tak membuahkan hasil, Anjasmara tetap diam dan menunduk.
Saat Queensa akan menyentuh pundak Anjasmara, suara seseorang lebih dulu memanggil.
"Pak Anjasmara apa kita bisa langsung pulang?" tanya pria bertato yang memakai kacamata hitam.
Hening.
Anjasmara tidak merespon sedikitpun.
Hal itu sedikit mengusik ketenangan Queensa.
"Pak!" panggil pria itu sekali lagi.
Dan masih tak mendapatkan respon.
Queensa bereaksi, dia menyentuh tangan Anjasmara.
"Kamu..., "
"Astaghfirullah... Pak Anjasmara... "
#######
Jangan lupa semangatnya ya. Nanti author lanjut sampai end deh🥰🥰😍
Likenya...
Komentarnya...
Votenya...
Juga bintang⭐⭐⭐⭐⭐
Happy Reading...
makanya gak usah sooook...
untung gak dicere
semoga Anjas menemukan perempuan yang tepat dalam hidupnya...
queensa ini gak kapok kapok lho ya ...
haddeuh 🤦♀️