NovelToon NovelToon
Amor

Amor

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Keluarga / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Bullying dan Balas Dendam / Balas dendam pengganti / Dark Romance
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Jonjuwi

Asila Ayu Tahara. Perempuan yang tiba-tiba dituduh membunuh keluarganya, kata penyidik ini adalah perbuatan dendam ia sendiri karna sering di kucilkan oleh keluarganya . Apa benar? Ikut Hara mencari tahu siapa sih yang bunuh keluarga nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jonjuwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Paman

Hara terduduk tak jauh dari TKP melihat orang lalu lalang dengan risau, bahkan mereka sambil sesekali berbisik bertanya-tanya ada apa sebenarnya.

Ia melihat Hakim yang tengah mengidentifikasi mayat ibu hamil tersebut dengan wajah yang serius, Hara beralih pandang pada Kala dan Alves yang tengah memasang garis polisi di sekelilingnya.

Sungguh Hara masih kaget saat ini, ia benar-benar bingung, sorot matanya penuh pertanyaan.

Setelah tubuh itu jatuh di hadapannya, Hara sempat terdiam lalu barulah berteriak hingga membuat orang-orang berdatangan.

Menoleh ke arah toko yang tepat dihadapan ia dan mayat itu terjatuh, memandang ke atas yang merupakan kontrakan kecil di dekat rumahnya.

Ia melihat Hakim membawa selimut di tangan sambil berlari kecil menghampiri tempat duduknya.

“Pake ini.”

Hara diam saja membiarkan Hakim mengalungkan selimut itu ke tubuhnya.

Hakim menatap gadis yang berantakan itu, rambutnya lengket saling menyatu, matanya merah dengan butiran hitam di dalamnya, wajah nya melepuh kemerahan. Hakim terus bertanya-tanya dalam benaknya, apa yang terjadi?

Namun melihat kondisi Hara yang tampak syok dan kebingungan ia mengurungkan niatnya.

“Kamu harus ke kantor polisi lagi buat bikin keterangan”

Hara mengangguk lemah tanpa menoleh kepada hakim sedikitpun

“Kamu kenal lagi sama korbannya?”

Hara mengangguk lagi

“Tapi kali ini gak ada kertas apapun di TKP, mulutnya di lakban”

Hara masih terdiam tak menanggapi apapun, gadis itu hanya terus menatap mayat yang tak jauh dari pandangannya. Sorot mata lelah, mata takut, mata kesakitan itu Hakim rasakan seketika melihat Hara saat ini.

“Ayo kita ke kantor.”

Hara menoleh ke arah Hakim yang juga tengah menatapnya lembut, sorot mata Hara penuh dengan kebingungan di dalamnya.

“Boleh telepon Dewi dulu ngga?” suaranya yang kecil itu terdengar serak

“Kala sama Alves udah nelponin Dewi tadi, tapi gak di angkat”

Hara kembali mengedarkan pandangan kembali menatap mayat itu

“Ibu hamil itu marahin aku di bus pas tadi siang karna gak kas-”

“Ssstt, kamu jelasin di kantor aja” potong Hakim yang meraih lengan Hara untuk di gandeng

Hara menoleh kepada Hakim, menatap sorot mata yang selalu hangat jika di tatap dalam-dalam.

Ia dituntun Hakim menuju mobil untuk langsung ke kantor polisi, mereka melewati Kala dan Alves yang masih sibuk memperhatikan tim forensik mengambil gambar dan sampel.

“Semangat Hara, Dewi belum bisa di hubungi tapi udah saya chat kok nanti biar dia langsung ke kantor” ucap Kala setengah berbisik

Hara tak peduli ia hanya melanjutkan berjalannya melewati kedua orang tersebut.

“Buset, dingin banget ya tu cewe, jadi takut gua.” bisik Alves pada Kala

“Ssttt, lo harus inget kata Dewi tu anak gak dingin kek gitu. Dia aslinya baik banget cuma emang banyak masalah aja hidupnya”

“Iya gue inget, kasian juga anak SMA hidupnya seberat apasih.”

Setibanya di kantor Hara di tuntun masuk ke ruang interogasi, Hara melangkahkan kakinya masuk kembali ke ruang serba hitam dengan pencahayaan yang kurang.

Ia mendudukkan dirinya sambil memegang selimut yang diberikan Hakim tadi, Hakim tak langsung duduk ia bergerak hendak keluar

“Kak!”

Hakim menoleh ke belakangnya, menatap Hara dengan penuh tanya

“Mau sama Kakak aja di tanya-tanya nya.”

Hakim sedikit menarik garis senyumnya, entah mengapa hatinya begitu senang ketika mendengar permintaan dari Hara.

“Iya, sebentar. Saya mau ambil berkas-berkas nya dulu.” ucap Hakim dengan hangat

Setelahnya ia keluar meninggalkan Hara sendiri dalam ruang yang temaram itu.

Ia pergi ke ruang sebelah dimana sudah ada ketua tim yang memperhatikan Hara dari kaca.

“Bukan nya itu anak yang waktu itu di curigain juga?” tanya nya

Hakim mengangguk

“Aneh banget, kenapa semuanya serba kebetulan. Kali ini apa alesannya?”

“Saya belum tau Pak, dimana semua berkasnya?”

Ketua tim itu menunjuk dengan dagu nya ke atas meja, Hakim yang langsung beralih tatap itu langsung meraih map kuning dan membawanya kembali kepada Hara.

Ia terduduk di hadapan Hara, menatap gadis yang masih menunduk

“Kamu bilang kamu kenal sama korban?” tanya Hakim

“Aku tau dari bus tadi siang, ibu itu marahin aku karna aku gak buru-buru bangun buat kasih dia kursi.”

“Jadi karna dia marahin kamu, akhirnya kamu dendam dan akhirnya bunuh korban?” mata Hakim tajam menatap Hara yang kini mensejajarkan mata keduanya

Hara sudah menatap Hakim, rupanya sama saja polisi itu tak peduli seberapa dekat dirinya dengan Hara ia masih saja memperlakukan Hara dengan tegas

“Aku gak bunuh ibu itu.”

“Yang saya tahu, alamat korban dengan kamu itu lumayan jauh. Kenapa bisa korban terbunuh di dekat rumahmu kalo bukan karna pelakunya tinggal disana”

“Tapi yang tinggal disana bukan aku aja Kak.”

“Hara, ada satu cctv di dekat rumah korban nunjukin ada seorang yang nguntit korban. Kita ikutin dia dari cctv satu ke yang lainnya sampe dia turun dari busway tepat di depan gang komplek kamu. And you know, kalo di gang komplek kamu itu gak ada cctv di sepanjang jalannya.”

“Terus Kakak nuduh aku yang nguntit?”

“Tapi proporsi tubuh nya cocok sama kamu”

“Tapi bukan berarti itu aku, apa Kakak liat wajahnya? Dan itu aku?”

Hakim diam kali ini

“Hara? Kamu jujur kan?” tanya Hakim yang menyodorkan wajahnya ke hadapan Hara

“Jujur.” jawab Hara mantap

Hakim menatap mata yang sama sekali tidak ada pancaran kebohongan, manik mata hazel milik Hara hanya berisi ketakutan.

“Kalo boleh tau kenapa kamu kenapa? Dan mau kemana dengan penampilan kaya gitu?”

Hara tak menjawab ia malah mengalihkan pandangan kearah yang lain, Hakim masih menunggu-nunggu jawaban dari Hara.

Tiba-tiba pintu dibuka menampilkan Kala setelahnya

“Di luar udah ada Dewi sama Paman nya Hara” ucapnya

Hakim menoleh ke arah Kala

“Lo temuin dulu aja Pamannya Hara, Kim” lanjut Kala

Hakim beranjak meninggalkan Hara dan keluar menemui Dewi dan Pamannya Hara.

“Saya wali nya Hara, keponakan saya gak mungkin ngelakuin itu Pak” ucap Paman setelah melihat Hakim keluar

“Kak Hakim, ini kebetulan lagi aja kan?” tanya Dewi

“Saya harap juga seperti itu, namun saat ini hanya Hara satu-satunya orang yang punya motif pembunuhan terhadap korban.”

“Tapi keponakan saya gak mungkin pelakunya.”

“Boleh saya bicara sebentar Pak?”

Pamannya hanya menoleh menatap Hakim, lalu setelahnya ia mengikuti langkah Hakim yang keluar dari gedung itu.

“Bapak tau banyak soal Hara?” tanya Hakim

Hakim merogoh sakunya, mengambil sebatang rokok dan memberikan bungkusan itu pada Pamannya Hara. Lelaki yang disodorkan rokok itu lantas mengambil dan turut serta menyalakan nya.

“Tau, sedari kecil malah.”

“Apa Bapak merasakan sikap yang aneh dari keponakan Bapak?”

Hakim dan Pamannya Hara sama-sama menghembuskan kepulan asap yang mereka hirup dari rokok tersebut

“Kalo kamu ngerasa sikap Hara dingin, kejam, acuh. Mungkin itu bukan sikap yang aneh, karna Hara memang seperti itu.”

“Huh, anak itu benar-benar menderita seumur hidupnya.” Paman Hara menghembuskan nafas beratnya

Hakim menoleh ke arah lawan bicara nya

“Oh iya, hari ini saya nemuin Hara dengan kondisi berantakan. Rambutnya lengket bau kopi, matanya merah dan kayaknya ada ampas kopi yang masuk juga, terus kulit wajahnya melepuh kaya kena siram air panas”

Pamannya sontak menoleh terkejut sambil mengerutkan keningnya.

“Hakim, kamu dekat dengan Hara?” tanya Paman nya

“Sebenernya kalo dibilang dekat nggak juga, pertama kami ketemu di kasus kucing mati dan disitu Hara menjadi saksi, terus malamnya kita ketemu lagi dengan Hara yang juga jadi saksi pembunuh di daerah kompleknya, dan sekarang kita ketemu dengan Hara yang lagi-lagi menjadi saksi.”

“Kalo suatu saat Hara menceritakan hidupnya. Hakim, saya harap kamu bisa membantunya dengan jalur hukum.” Pamannya berkata sambil menepuk pundak Hakim

Hakim sontak menoleh, wajahnya penuh pertanyaan

“Hakim, ada banyak hal yang melukai diri anak itu. Terus soal kasus pembunuhan ini, saya benar-benar jamin bahwa bukan Hara pelaku nya.”

Hakim mengangguk-anggukkan kepalanya.

“Oh iya, kenapa orang tua nya gak pernah dateng?”

Pamannya hanya menyunggingkan senyum nya

“Dan berulang kali kami menelpon ke rumahnya, orang sana bilang kalau mereka gak punya keluarga yang namanya Tahara atau Hara. Tapi orang tua Hara masih lengkap kan?”

Pamannya mengangguk, lalu mengeluarkan ponselnya

“Sini nomer nya, hubungi saya aja kalo Hara kenapa-kenapa”

Hakim mencatat nomor di handphone Paman Hara, lalu Pamannya melakukan panggilan ke nomor Hakim agar Hakim simpan.

Meski dengan penuh pertanyaan di benak nya Hakim tetap mengikuti prosedur penyelidikan yang ada, padahal hatinya tak yakin kalo Hara menjadi pelaku semuanya.

1
Ulla Hullasoh
keluarga yang kejam..... apa hara itu anak tiri?
lin
wah seru nih lanjutkan thorr jangan lupa buat mampir
Ryohei Sasagawa
Thor, ceritanya seru banget! Aku suka banget sama karakternya.
Jonjuwi: Kakaaa makasi banyak, trs dukung aku yaa🥺❤️
total 1 replies
Nadeshiko Gamez
Terperangkap dalam cerita ini.
Jonjuwi: Makasih kaaa udah mampir, dukung aku trs yaa🥺❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!