Hubungan antara Raka dan Jena memang baik-baik saja. Tetapi saat seorang teman kelas Jena memberitahu bahwa Raka sedang bersama seorang perempuan, membuat Jena merasa curiga bahwa Raka menjalin suatu hubungan dengan perempuan itu yang mana perempuan itu adalah sahabat Jena.
Namun kenyataannya, bukan dengan sahabat Jena melainkan dengan seseorang yang bahkan Jena tidak kenal. Dengan begitu, Jena akhirnya memutuskan hubungan dengan Raka dan bahkan Jena membuat kesepakatan dengan seorang lelaki bernama Jevan supaya menjadikan dia sebagai pacar pura-pura Jena.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vina Melani Sekar Asih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Udara malam ini begitu dingin sampai-sampai bulu kudukku berdiri. Aku sangat menyesal, seharusnya tadi aku memakai jaket supaya tidak kedinginan.
"Ini roti bakarnya." Jevan memberikan roti bakar kepada Jena.
"Makasih." Aku mengambil dan memakan roti bakar itu.
Jevan membuka jaketnya dan memakaikan jaket itu kepadaku. Dan itu membuatku mematung karena ia merasa dejavu.
"Roti bakarnya enak gak?" tanya Jevan basa-basi.
"Enak kok."
Tiba-tiba seorang pengamen datang menghampiriku dan Jevan. Pada saat pengamen itu ingin menyanyikan sebuah lagu, tiba-tiba Jevan tanpa rasa malu meminta ijin untuk meminjam gitar. Dan akhirnya pengamen itu meminjamkan gitarnya karena Jevan menjanjikan akan membayar.
"Mau request lagu apa, Jen?"
"Apa aja deh."
Dengan melihat Jena, membuat Jevan teringat dengan lagu Afgan yang berjudul wajahmu mengalihkan duniaku. Dan akhirnya Jevan menyanyikan lagu tersebut.
Sesudah menyanyikan lagu tersebut, Jevan segera mengembalikan gitar tersebut kepada pemilik aslinya dan tak lupa Jevan juga memberikan uang kepada orang itu.
Ting!
Jevan membaca pesan masuk diponselnya. "Jen, ayo kita ke rumah lo lagi. Soalnya Mamah gue pingin pulang."
"Oh ya udah ayo pergi."
Skip
Sesampainya di rumah, Mamah Jevan sudah menunggu diluar dan tentunya aku langsung turun dari motor Jevan.
"Jena, Tante pulang dulu ya," kata Mamah Jevan.
"Iya, Tante. Hati-hati ya." Setelah Jevan dan Mamahnya pergi, aku segera masuk kedalam rumah.
Aku masuk kedalam kamar lalu aku mengambil ponselku. Banyak sekali panggilan tidak terjawab dari Raka, tetapi aku tak memperdulikan itu. Yang jelas mulai sekarang aku tidak ingin berbicara dengan Raka.
Meski aku saat ini tak menangis, tetapi tetap saja hatiku sangat sakit saat mengetahui bahwa dulu Raka berselingkuh.
Sekarang aku mulai membuka instagramnya untuk melihat instagram perempuan yang jadi selingkuhan Raka. Perlahan-lahan aku mulai mengetik pesan kepada perempuan itu untuk mengetahui seberapa lama dia menjalin hubungan dengan Raka.
Sekitar sepuluh menit kemudian, akhirnya perempuan itu membalas pesan dari Jena. Dia meminta maaf kepada Jena karena waktu itu telah mendekati Raka meskipun dia tahu bahwa Raka sudah memiliki pacar. Dan perempuan itu juga berkata bahwa dia dan Raka dekat selama kurang lebih satu bulan.
Mengetahui hal itu, aku langsung menangis sebab aku sudah tidak bisa menahan tangisannya lagi. Dadanya terasa sesak karena selain mengatakan hal tadi, perempuan itu juga menjelaskan bahwa sahabatnya Raka mengetahui hubungan keduanya.
Ya, aku tahu bahwa yang dimaksud perempuan itu adalah Rendi. Jujur aku tidak membenci Rendi, karena pasti dia juga bingung karena status dia adalah sahabat Raka, jadi pastinya dia tidak akan menyebarkan keburukan sahabatnya.
...****...
Hari ini aku memutuskan untuk lari pagi. Niatnya bukan karena aku ingin berolahraga, tetapi aku hanya ingin menghilangkan stres akibat masalahku. Karena dengan berolahraga, siapa tahu aku dapat melupakan masalahku.
"Permisi!" ucap seseorang sambil menepuk pundak ku.
Aku menoleh kearahnya. "Iya, ada apa?"
"Boleh kenalan gak?"
Aku ragu untuk berkenalan dengan lelaki itu, pasalnya lelaki itu merupakan orang asing dan dikhawatirkan jika dia bukan orang yang baik.
"Aku Rafi." Tanpa aba-aba, orang itu mengulurkan tangannya padahal aku belum menjawab jika aku ingin berkenalan dengannya atau tidak.
"Mawar," ucapku. Aku takut lelaki itu mencari nama asliku di media sosial, maka dari itu aku berbohong dengan mengaku bahwa namaku adalah Mawar.
Benar saja perkiraanku. Setelah berkenalan, lelaki itu ingin tahu instagramku. Tetapi karena dari awal aku berbohong tentang identitas ku, akhirnya aku lebih memilih untuk kabur karena aku sangat takut dengan lelaki itu.
"Serem banget itu orang," gumam Jena.
Karena dirasa tidak aman, akhirnya Jena menyudahi lari paginya dan aku segera kembali ke rumah. Sesampainya di rumah, aku dikejutkan dengan seseorang yang menungguku di ruang tamu.
"Kamu ngapain kesini?"
"Aku mau ketemu kamu. Soalnya aku pikir kamu gak jawab telepon aku karena kamu lagi sakit," kata Raka.
"Iya, aku lagi sakit. Sakit hati karena kamu."
"Memangnya aku salah apa sama kamu?"
Aku menarik nafasnya dalam-dalam lalu aku pergi menuju kamar. Tak lama setelah aku menutup kamar, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu.
"Jen, kamu kenapa?"
Aku berusaha mengecilkan suara tangisan ku supaya Mamah tidak mendengar.
Aku tak mau memberitahu yang sebenarnya kepada Mamah, karena nantinya Mamah pasti akan marah juga kepada Raka.
"Jena gak apa-apa kok, Mah. Cuma sekarang Jena lagi gak mau ketemu sama Raka."
"Ya udah kalau itu mau kamu."
Beberapa menit kemudian, aku mendengar suara motor yang terdengar semakin menjauh dan tentu saja itu motornya Raka.
Karena Raka sudah pergi, akhirnya aku memutuskan untuk keluar kamar karena memang aku sangat lapar karena belum sarapan pagi.
Saat aku sedang sarapan, tiba-tiba Mamah datang dan duduk dihadapan ku. "Cari cowok lagi aja. Lagipula ngapain mempertahankan cowok yang selingkuh dari kamu."
"Mamah kok tahu kalau Raka selingkuh," heran Jena.
"Waktu itu kamu kan bilang ke Mamah sama Papah."
Yang dikatakan Mamah memang benar, tetapi waktu itu Jena menuduh Raka berselingkuh dengan Tasya, padahal sebenarnya yang jadi selingkuhan Raka bernama Amel.
"Ngomong-ngomong kenapa kamu gak pacaran aja sama anak Tante Lidya? padahal dia ganteng dan kayaknya dia suka deh sama kamu."
"Mamah apaan sih."
"Kelihatan loh kalau dia suka sama kamu, buktinya semalam dia ajak kamu jalan-jalan."
"Iya sih dia suka sama Jena, tapi Jena gak suka sama dia."
Mungkin, itulah yang bisa dikatakan olehku sekarang. Pasalnya aku tidak tahu akan seperti apa kedepannya karena bisa jadi aku akan suka kepada Jevan apabila dia memperlakukan ku dengan sangat baik.
"Kenapa gak suka sama Jevan?"
"Soalnya dia berisik banget. Bahkan setiap gak ada guru, dia selalu nyanyi dengan suara yang keras."
Mamah tersenyum. "Berarti kamu memperhatikan dia banget ya?"
"Enggak kok."
Mamah terus tersenyum seolah-olah menganggap bahwa Jena juga menyukai Jevan.
"Enggak, Mah."
"Iya... iya."
Tingtong! Tingtong!
Aku buru-buru mengambil makanan dan minumannya menuju kamar karena aku menduga bahwa Raka kembali. Sesampainya di kamar, aku langsung mengunci pintu. Aku naik ke tempat tidur dan kembali menikmati sarapan pagiku.
Beberapa menit setelahnya, pintu kamarku diketuk oleh seseorang dan aku menduga bahwa itu adalah Raka, karena jika itu mamahnya sudah pasti akan berteriak supaya aku membuka pintu.
"Kamu pergi aja! aku lagi gak mau ketemu sama kamu!" teriak Jena.
"Jen, lo marah sama gue?" seketika Jena terdiam karena itu bukanlah suara Raka, tetapi itu adalah suara Jevan.