NovelToon NovelToon
Mertua Kaya Menantu Teraniaya

Mertua Kaya Menantu Teraniaya

Status: tamat
Genre:Menantu Pria/matrilokal / Anak Lelaki/Pria Miskin / Tamat
Popularitas:65k
Nilai: 5
Nama Author: fendy citrawarga

Hutang budi karena pernah ditolong, seorang pria kaya berjanji akan menikahkan putrinya kepada pemuda bernama Kosim anak orang miskin yang menolongnya.
Di lain pihak istri seorang kaya itu tak setuju. Dia tak rela bermenantukan anak orang miskin dengan rupa kerap dicemooh orang desa.
Namun sang suami tak mau ingkar janji, ia menyebut tanpa ditolong orang miskin itu entah bagaimana nasibnya mungkin hanya tinggal nama.
Akhirnya sang istri merestui namun dalam hatinya selalu tumbuh rasa antipati kepada sang menantu, tak rela atas kehadiran si menantu orang miskin yang buruk rupa.
Bagaimana jadinya? Ya, "Mertua Kaya Menantu Teraniaya."
Lebih rincinya ikuti saja jalan ceritanya di buku kedua penulis di PF NToon ini.
Selamat membaca!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fendy citrawarga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11. Ditendang hingga Terjengkang

Pak Haji Soleh sudah tak sabar ingin segera sampai ke rumah. Hatinya amat gelisah takut terjadi apa-apa antara anak dan ibunya itu di rumah.

Lagian Pak Haji kaget saja mendengar penuturan Yani bahwa Bu Haji Iah sedang memarahi Deni yang notabene anak kesayangan Bu Haji. Apa pun keinginan Deni oleh Bu Haji selalu dipenuhi asal Deni senang.

"Dia anak kita Pak, harapan kita untuk meneruskan usaha kita jadi wajar kalau kita penuhi keinginannya selagi kita mampu dan tidak membahayakan dirinya, kita, maupun orag lain," tutur Bu Haji kepada Pak Haji pada suatu waktu saat Pak Haji mengingatkan sang istri agar jangan terlalu memanjakan putra keduanya itu.

Akhirnya Pak Haji sampai juga ke rumah. Dia masuk ke halaman depan dan masuk ke pintu depan pula. Biasanya masuk ke pintu samping rumah yang hanya dia yang memegang kuncinya ketika pulang dari bepergian.

Kini Pak Haji masuk di pintu depan karena memang melihat pintu depan itu sedikit terbuka. Tadi Deni masuk begitu saja karena pintu tak dikunci karena disengaja oleh Bu Haji agar tidak terganggu kegiatan menonton sinteronnya.

Ya, Deni pulang sendiri tanpa memerintah Amih atau pengisi rumah lainnya membukakan pintu, namun dalam keadaan mabuk berat hingga begitu pintu terbuka dia tumbang di ambang pintu kemudian bangkit dan berjalan sempoyongan hingga meracau bicara yang enggak-enggak.

Racauan Deni masih terus berlangsung ketika Pak Haji mengintip anak dan ibu itu di ruang tamu. Mendegar racauan Deni Pak Haji membaca istigfar beberapa kali dengan hati panas pun telinganya serasa dibakar.

"Ayolah Tante pelukin gue, entar Tante gue kasih ci***an........!" celoteh Deni tanpa ragu.

Dalam bayangan Deni ibunya adalah tante-tante yang haus berondong, tante-tante yang kesepian lama ditinggalkan sang suami yang entah ke mana. Mungkin tengah menikmati daun-daun muda atau ke mana.

"Ayolah sayang, peluk aku.....hehe tubuhmu bohay gitu pasti hehehee......" Deni makin ngelantur membuat Pak Haji Soleh tak tahan lagi.

Serta merta Pak Haji menendang daun pintu depan hingga terbuka lebar dan menimbulkan suara "brak" cukup nyaring.

Amih Iah terkejut bukan alang kepalang, sementara si Deni cuma melongo dan masih tetap meracau.

"Setan laknatullah, iblis santapan jahanam kamu Deni!" koar Pak Haji dengah amat murka.

"Hahaaaa.......siapa you tuyul menghalang-halangi gue yan mau men****m pacar gue hah? Elo belum ngerasain dijitak ama tinju gue ya? Kalau Den Johar ada pasti kepala elo sudah dkentutin, hey tuyul!" celoteh Deni.

Pak Haji menatap Bu Hajah Iah yang tertunduk lesu dengan menangis terisak-isak, tak mampu lagi menatap sang suami.

Padahal ketika memarahi Kosim, seketika berubah menjadi Ratu Jahat Sejagat yang siap melawan siapa pun yang menghalang-halanginya, termasuk sang suami.

Namu ketika anak kesayangannya yang berulah, dia hanya mau berdiam tak mampu berbuat apa-apa.

"Elo tahu hey tuyul gue sama Den Johar baru saja hapy-hapy-an, pesta miras, main perempuan cantik, tapi gue belum puas, makanya kini nemuin Tante bahenol, elo jangan larang-larang gue, tuyul!" ceracau Deni lagi.

Pak Haji benar-benar sudah tak tahan melihat ulah Deni yang tengah keranjingan setan dan iblis laknatullah. Tanpa ampun lagi si Deni ditendang kuat-kuat hingga terjengkang.

"Blugh!"

"Aaaaooooow....!" Deni menjerit.

"Paaaaaaaak.....!" Amih Iah juga berteriak histeris melihat anak kesayangannya ditendang bapaknya.

Kepala Deni membentur ujung meja kecil hingga membiru. Dia pun ambruk, namun mencoba bangkit dan akan melawan bapaknya. Dia tak enak menerima tendangan sesadis itu.

Sementara Pak Haji pergi ke kamar mandi. Kembalinya sudah membawa ember berisi air dan langsug ditumpahkan ke tubuh Deni yang seketika ambruk tak sadarkan diri.

Pak Haji menatap tajam wajah Bu Haji.

"Ini gara-gara kamu memanjakan anak, menjauhkan anak dari ajaran agama, membiarkan anak bergaul dengan anak-anak berandalan seperti si Johar. Kamu beharap menjodohkan si Yani dengan si Johar yang anak orang kaya, menghina dan menistakan

anak orang miskin yang telah jelas-jelas bapaknya menolong suamimu dari ancaman jiwa. Kamu dengar tadi kata si Deni si Johar dan dia main perempuan. Menantu macam begitu yang kamu inginkan?"

Bu Hajah Iah tak menjawab sepatah kata pun. Dia hanya menunduk, pura-pura tunduk dan patuh pada suami.

Dalam hatinya dia menyumpahi suaminya yang masih tetap membela si anak miskin, si tikus besar, dan mencampakkan anaknya sendiri.

Bagi Amih Iah hal wajar anak-anak muda zaman sekarang mengikuti arus kehidupan bebas untuk memuaskan diri seperti yang dialami oleh anak kesayangannya Deni.

Sebab jika sudah waktunya dewasa, sudah berumah tangga, mereka akan kembali menjadi manusia normal. Perilaku-perilaku buruk masa remaja masa-masa pergaulan bebas akan otomatis hilang berganti dengan kedewasaan.

"Jawab! Kenapa kamu diam?" semprot Pak Haji menatap kuat-kuat Amih Iah yang masih duduk termangu. Sesekali pandangannya menatap Deni yang sepertinya tengah pingsan atau bahkan sesuatu terjadi pada dirinya karena tidak meracau lagi seperti tadi.

"Kamu dengar tadi si Deni merayu kamu menyebut kamu Tante, anak macam apa seperti itu? Itu sudah lebih dari perbuatan setan dan iblis, perbuatan binatang!"

"Namanya orang lagi mabuk Pak," ujar Amih Iah mencoba membela sang anak meski sudah jelas-jelas si Deni telah berbuat nista.

"Jadi kamu senang melihat anak mabuk ya? Bangga ya punya anak mabuk-mabukan sebagai tanda anak modern, anak gaul, anak yang mengangkat gengsi orangtua, begitu?"

Amih tak menjawab. Pak Haji pun pergi dari ruang tamu dan kembali ke air untuk bersih-bersih dan lalu masuk ke kamarnya.

Sementara Amih Iah mendekati Deni yang masih tergeletak tak sadarkan diri. Tubuh Deni ditepuk-tepuk.

"Den, bangun Den. Kamu tidak kenapa-kenapa kan?" tutur Amih Iah,

Lalu meraba-raba dada anaknya, masih ada denyut napas. Berarti Deni masih pingsan akibat mabuk berat, Amih pun masih setia menungguinya

***

Yani dan suaminya Kosim akhirnya sampai juga ke rumah Mang Koyod dan Bi Icih di Kampung Dadap, Desa Sukasari dengan naik ojek.

Jarak dari Kampung Cilame, Desa Warnasri ke Kampung Dadap Desa Suksari kurang lebih 4 km.

Yani dan Kosim tiba pukul 23:30, kebetulan Mang Koyod dan Bi Icih belum tidur, Kosim dan Yani pun diterima dengan baik.

Kosim mengetuk pintu sambil mengucapkan salam. Hapal dengan suaranya meski agak kaget karena tiba tengah malam, Mang Koyod, pria berusia 40 tahun itu segera ke kamar depan dan membuka pintu.

"Waalaikumsalam. Eh Den Kosim dan Jeng Yani. Mari masuk!" ajak Mang Koyod.

Mang Koyod sangat hormat kepada Kosim karena bagaimanapun dia menantu majikannya Pak Haji Soleh dan Bu Hajah Iah. Dia tak memandang Kosim hanya sebagai anak Mak Tiah yang rata-rata orang menganggapnya orang miskin yang tak selayaknya dihormati atau tak perlu dipanggil dengan sebutan berbau feodalisme.

Memang sebelum menikah dengan Yani, Mang Koyod memanggil Kosim sama dengan yang lainnya cukup dengan namanya saja.

Namun itu dulu, kini setelah Kosim menikah dengan Yani, Mang Koyod selalu memanggil dengan sapaan Den Kosim sama dengan Deni dipanggil Den Deni atau Den Toni kepada anak sulung Pak Haji dan Bu Haji majikannya.

"Iya Mang. Apa kabar Mang. Bibi ada?" tanya Kosim.

"Alhamdulillah kabar Baik Den Kosim. Bibi ada mungkin lagi ke belakang dulu. Ayo masuk saja, sudah malam, entar masuk angin," sambut Mang Koyod.

Kosim dan Yani pun lantas menaiki rumah panggung beralaskan papan kayu itu, langsung ke tengah rumah tidak di ruang tamu agar lebih leluasa.

Ketika Kosim dan Yani sudah duduk bersimpuh di tikar yang telah digelar Mang Koyod, tiba-tiba muncul Bi Icih.

"Aduuuuh....ada tamu. Mimpi apa Bibi semalam, apa kabar Jeng Yani, Den Kosim?" tanya Bi Icih, sama dengan sang suami memanggil anak dan menantu majikannya itu dengan Den dan Jeng.

"Iya Bi. Alhamdulillah kabar baik," ujar Yani seraya menyalami Bi Icih yang duduk di samping Mang Koyod suaminya.

(Bersambung)

1
Hadimulya Mulya
kata org Jawa,minggate adoh pitek
Hadimulya Mulya
org minggat kok ngerepotin org,udh berani keluar rumah harus berani tanggung resiko
Hadimulya Mulya
lelaki kok ngerjain kerjaan di rumah,klo bantu gk papa,lelaki itu cari nafkah
Hadimulya Mulya
lelaki kok ngerjain kerjaan di rumah,klo bantu gk papa,lelaki itu cari nafkah
Hadimulya Mulya
buat crita suaminya bekerja,trs kos atau ngontrak jangan numpang trs
Hadimulya Mulya
lelaki kok gk tanggung jwb,kok malah pusing tempat tgl,itu tanggung jwb suami
Hadimulya Mulya
klo saya yg punya menantu pemangguran,saya pegatin aja,karena tanggung jwb rumah ttg itu ada pada suami,bukan malah cuma berserah diri
Hadimulya Mulya
critamu salah bos,menantu benalu,gk tanggung jwb seharusnya judul nya,
Hadimulya Mulya
ini mantu dan suami gila,walo pun rupamu jelek to miskin yg penting nafkahi istrimu,krj cari uang walo jadi pemulung krj harga diri laki2 krj nyukupi kehidupan rumah ttg
Hadimulya Mulya
ini critanya lelaki gk tanggung jwb,gk beri nafkah istri,z bener klo gk punya harga diri,
Hadimulya Mulya
kok sabar,kn dh rumah ttg harus mandiri lah
Anisa Ratiba Hanum
Alhamdulillah, bagus, bahasa yg sederhana tapi banyak nilai positif nya,, semangat thor untuk menciptakan karya2 baru,, semoga thor sukses selalu,, Aamiin
fendy citrawarga: Terima kasih apresiasinya kak, kakak juga semoga sukses selalu. Aamiin
total 1 replies
Anisa Ratiba Hanum
gregetan saya bacanya
fendy citrawarga: Apalagi di Bab 94 Kosim dibilang kejam oleh putrinya dan Yani tak mau terima pemberian Kosim
total 1 replies
Anisa Ratiba Hanum
penasaran tingkat dewa ini
fendy citrawarga: Terima kasih dukungan dan setia komennya kak makin semangat menulisnya
total 1 replies
Anisa Ratiba Hanum
penasaran kelanjutan nya jangan lama2 up nya/Frown//Frown/
fendy citrawarga: Bab 92 lagi diedit Kak, mungkin baru up entar malam, maaf ya lama menunggu
total 1 replies
sora
hanya ada cerita ke bodohan di novel ini tidak berbobot
Anisa Ratiba Hanum
tambah penasaran
fendy citrawarga: Makanya terus ikuti cerbungnya biar gak penasaran ya kakak, makasih sudah komen/Good/
total 1 replies
Anisa Ratiba Hanum
sering 2 di update Thor, perasaan bacanya seperti cinta yg digantung /Sob//Sob/
fendy citrawarga: Siap, siap, diusahakan up-nya berdekatan, trimakasih apresiasinya sahabat
total 1 replies
Anisa Ratiba Hanum
lanjut Thor bagus cerita nya,,
fendy citrawarga: Terima kasih, siap lanjut
total 1 replies
Anisa Ratiba Hanum
bagus cerita nya Thor,tapi masih sedikit ya, lagi enak2 baca dah putus
fendy citrawarga: tinggal
fendy citrawarga: Terima kasih, Bab 23 sudah 'up' lagi ditinjau si NToon, tunggal tunggu
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!