Lily Light Kato, yang terlahir dengan limpahan materi dan kemewahan, lebih memilih hidup mandiri dan jauh dari keluarganya.
Lily menyembunyikan status aslinya juga menutupi kecantikannya dengan berpenampilan culun dan berwajah buruk rupa.
Lily lebih memilih menjadi, tenaga relawan di salah satu panti sosial.
Niat hati ingin menolong sepasang suami-istri yang mengaku terlantar, malah menjerumuskan Lily pada sebuah pernikahan kilat, dengan putra semata wayang pasangan suami-istri itu.
bagaimana kisah Lily, putri Kimberly dan Arthur selanjutnya?
saksikan terus kisah mereka hanya di sini!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon uma_bhie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 11
Kamar yang semula terang, kini terlihat remang-remang. Brian yang menghindari untuk menatap wajah Lily. Sengaja mematikan lampu kamar tersebut, hingga menyisakan lampu tidur.
Kamar itu pun mendadak menjadi remang-remang, langit yang masih terang di luar sana, tidak dapat menjadi penerang. Itu karena, Brian menutup semua celah untuk cahaya memasuki kamar.
Lily kini hanya terdiam dengan tatapan bingung melihat tingkah pria itu, Lily bahkan masa bodoh dan bersiap untuk kembali berbaring.
Tapi … Brian mencegahnya dengan perkataan yang tiba-tiba membuat Lily terkejut.
"Ayo menikah!" Sentak Brian tanpa berpikir panjang. Ucapan ajakan sakral itu, lebih mengarah sebuah perintah yang tidak dapat dibantah.
Lily membalikkan badannya dengan wajah melongo dan mulut terbuka. Wajah buruk rupanya begitu terlihat jelas oleh, Brian. Membuatnya ingin memuntahkan isi perutnya.
Lily membenarkan letak kacamata besarnya yang merosot kebawah, ia memamerkan gigi berkawatnya dengan mata berkedip-kedip dan berjalan mendekati — Brian.
"Jangan mendekat, tetaplah di tempatmu!" Perintah Brian. Pria itu bergidik geli melihat ekspresi wajah Lily yang begitu buruk di pandangan nya.
"Aku katakan berhenti!" Pekik Brian. Namun Lily tetap maju dan kini berada tepat, di depannya.
Lily menata lekat pria tampan di depannya, pria yang wajahnya terlihat kaku tanpa ekspresi, hingga membuat wajahnya terlihat tua.
"Menjauhlah!" Ujar Brian dan memundurkan tubuhnya ke belakang.
"Apa yang anda katakan tadi?" Tanya Lily. Wajahnya masih terlihat penasaran.
"Menikahlah denganku." Brian mengulang ajakannya.
Lily sekali lagi terkejut, di bawah sinar remang-remang di dalam kamar, Brian bisa melihat wajah terkejut Lily.
"Kenapa kau begitu terkejut? Apa kau merasa beruntung di lamar olehku?" Tanya Brian bangga.
"Apa tadi itu lamaran?" Lily malahan bertanya kembali.
"Menurut kamu, yang tadi sebuah ajakan bunuh diri," sungut Brian.
Lily masih menatap Brian dengan tatapan lekat, ia tidak melepaskan tatapannya dari Brian.
"Kenapa harus saya?" Tanya Lily lagi. Bagaimana bisa seorang pria gagah dan rupawan, mengajaknya menikah dengan ajakan seorang pria kepada temannya untuk bertarung.
"Karena hanya kamu wanita langka yang, tersisa di muka bumi ini," terang Brian.
Pria itu terus memalingkan wajahnya, ia begitu tidak rela melihat wajah jelek — Lily.
"Saya menolak!" Seru Lily.
Wanita itu jelas menolak, mana ada seorang pria tampan menginginkannya kalau ada sesuatu yang pria itu rencanakan.
"What!" Brian berteriak dengan wajah tidak percaya.
Kenapa wanita culun dan buruk rupa berani menolaknya? Semua wanita sempurna begitu menginginkan dirinya, tapi… wanita ini, begitu lancang menolak ajakan menikah.
"Saya menolak lamaran anda," ucap Lily santai.
Brian mengeraskan rahangnya, ia begitu terhina dan harga dirinya dipermainkan. Entah apa yang terjadi dengan reputasinya apabila seseorang melihatnya atau mendengar ajakan menikah.
Mungkin reputasinya sebagai pria arogan dan kejam akan hilang, berganti dengan keburukan.
"Kau!" Brian membentak dan menunjuk ke arah Lily.
Brian menatap Lily begitu tajam, wajah mengeras dan seketika ia harus meredam emosinya.
"Kau tidak bisa menolak, kau harus menikah denganku," titah Brian tidak bisa di bantah.
Lily tidak sedikitpun terpengaruh dengan tatapan tajam Brian. Ia bahkan hanya memperlihatkan wajah biasa saja.
"Kenapa saya harus menerima lamaran anda? Dan juga, saya berhak menolak," sahut Lily tidak acuh.
"Hey, jelek!" Pekik Brian marah.
"Kau harus menikah denganku, titik," lanjut Brian. Masih berusaha memaksa Lily untuk menerima pernikahan ini.
"Saya menolak dan tetap menolak, tanpa titik," sahut Lily dan menampilkan senyum miring.
"Berani-beraninya kau menolakku, apa kau tidak tahu siapa aku?" Brian mulai tersulut emosi.
Ia tidak akan pernah menjatuhkan harga dirinya kepada wanita jelek dan culun ini.
"Tahu!" Sahut Lily sambil menganggukkan kepalanya.
Brian pun memperlihatkan wajah pongahnya dan menatap Lily sombong.
"Anda seorang pria tua yang sedang frustasi. Melamar wanita jelek seperti saya," lanjut Lily dengan ekspresi wajah biasa saja.
Mendengar itu, Brian lagi-lagi terkejut dan dibuat melongo oleh ucapan Lily. Bisa-bisanya pria setampan dirinya dinilai depresi.
"Kau! Berani-beraninya kau menghinaku!" Teriak Brian dan tanpa sadar mendekati Lily dan mencengkram kuat lengan wanita culun itu.
