Suamiku, dia tidak selingkuh tapi membuat aku kesepian. Dia tidak jahat tapi dia membuat aku terluka akan sikap acuhnya. Dia tidak kasar tapi dia selalu menyepelekan segala hal tentang perasaanku dan lebih sibuk dengan ponselnya daripada bersenda gurau denganku. Aku kesepian, namun aku selalu menyemangati diriku sendiri hingga aku bertemu dengan Zavran, teman sekolahku dulu yang pernah menyatakan cinta padaku namun aku tolak karena aku pikir suamiku lah pria terbaik untukku.
Setelah pertemuan tak sengaja, kami mulai berhubungan. Kami saling suport hingga membuat aku tidak menyadari akan perasaan ini. Aku nyaman bersamanya, aku merasa di perhatikan olehnya, aku merasa di hargai dan di sayangi. Rasa yang tidak pernah aku dapatkan dari suamiku sendiri.
Lalu bagaimana aku memendam perasaan ini? Apakah aku akan menyerah pada perasaan ini? Ikuti kisahku hanya di sini.
Terima kasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DICUEKIN SUAMI DI PERHATIKAN MANTAN
Tubuh Dera limbung hingga terhuyung ke belakang sampai...
Dugh....
Tubuh Dera seperti membentur sesuatu.
" Apa ini? Bukan kah seharusnya aku jatuh ke aspalan? Kenapa tidak sakit? Kenapa aspalnya empuk begini? " Pikir Dera yang masih memejamkan matanya.
" Ah tidak, ini bukan aspal. Ini seperti
tangan manusia." Dera meraba raba tangan seseorang yang kini menopang tubuhnya.
" Apa kau baik baik saja?"
Deg....
Dera langsung membuka matanya, ia mendongak menatap seseorang yang berada dengan jarak sangat dekat seperti sekarang.
" Za...Zavran." Rupanya dia Zavran, teman sekaligus pria yang pernah Dera tolak cintanya.
Dera langsung membenarkan posisinya, kini keduanya saling berhadapan.
" Kamu kenapa? Sepertinya kamu kurang sehat sampai sampai kamu hampir pingsan seperti ini. Apa kamu sakit?" Dera menggelengkan kepala efek terkejut bertemu dengan Zavran. " Lebih baik kamu istirahat dulu! Tidak baik menyetir dalam kondisi tidak fit seperti ini, bisa bisa kamu kenapa napa lagi "
Kenapa harus Zavran? Kenapa harus dia yang memberikan perhatian seperti ini? Bagaikan terkena sihir, Dera hanya bisa menganggukkan kepala.
Zavran Maulana, seorang pria tampan yang menjadi sahabat, tetangga sekaligus seseorang dari masa lalu Dera. Ia tinggal tak jauh dari rumah orang tua Dera, dan juga rumah yang Dera bangun satu tahun lalu setelah menikah bersama Brian. Zavran pria seumuran Dera kini juga sudah menikah dengan wanita yang menjadi kekasihnya semasa SMA bernama Zulia enam bulan lalu.
" Gimana kalau kita istirahat di cafe itu aja? Kita bisa minum kopi bareng di sana. Siapa tahu setelah duduk sebentar pusing kamu bisa hilang." Tawar Zavran. " Kamu pusing kan? Kurang tidur pasti." Tebak Zavran.
" I.. Iya." Sahut Dera gugup. Tidak seperti dulu yang selalu renyah jika menjawab pertanyaan dari Zavran. Saat ini, seperti ada pembatas di antara mereka. Mungkin karena hubungan persahabatan mereka yang sempat renggang.
" Ayo! Aku bakal traktir kamu minum susu kesukaan kamu. Masih kuat kan buat jalan?" Tanya Zavran menarik tangan Dera.
" Ta.. Tapi aku mau pulang." Ujar Dera tak enak hati.
" Nanti aku yang akan mengantarmu. Aku kawal kamu dari belakang, takutnya nanti kamu kenapa napa kalau nyetir mobil sendirian." Ujar Zavran.
" Ayo ah jangan kelamaan mikir." Zavran menggandeng tangan Dera menuju ke sebuah kafe tak jauh dari Bandara. Bagaikan seekor kucing yang menurut pada majikannya, Dera mengekor begitu saja.
Sampai di dalam cafe, mereka duduk saling berhadapan.
" Mau pesan apa Ra?" Tanya Zavran menatap Dera. Dera pun mendongak hingga manik mata mereka bertemu.
Deg... deg.. Deg..
Detak jantung Zavran berpacu dengan kencang saat melihat mata itu. Mata yang dari dulu selalu menunjukkan keteduhan, hingga membuat debaran dalam hatinya.
" Debarannya masih sama. Masih kencang seperti dulu. Entah sampai kapan aku bisa melupakan perasaan ini. Dia sudah menjadi milik orang lain, begitu pun denganku. Namun sampai sekarang aku belum bisa menghapus perasaan ini. Dera.. Kau memang satu satunya pemilik hati ini." Batin Zavran.
" Cantikmu hilang kalau kamu anteng gini. Mana Dera yang dulu? Dera yang selalu ceria, periang dan suka bercandain orang? Apa kepalamu sakit banget sampai sampai kamu nggak bisa tersenyum hmm?" Tanya Zavran dengan lembut.
" Iya, rasanya memang sakit banget." Sahut Dera sambil memijat pelipisnya.
" Apa sudah minum obat?" Zavran menatap Dera, ada rasa khawatir di dalam sorot matanya.
" Belum, aku belum sempat beli. Rencananya pulang dari sini mau mampir ke apotik." Sahut Dera.
" Ya sudah kamu pesan makanan dulu, aku ke apotik depan bentar buat beli obat." Ujar Zavran beranjak dari tempat duduknya.
Engh? Dera tidak sadar jika di seberang sana ada sebuah apotik yang buka dua puluh empat jam.
" Eh nggak usah Vran, nanti aku beli sendiri aja." Cegah Dera. Ia tidak enak hati kalau harus merepotkan Zavran.
" Udah nurut aja! Daripada kamu kenapa napa di jalan karena masih pusing. Aku juga tidak mungkin mengantarmu ke rumah, bisa jadi trending topik nanti. Kamu tahu sendiri kan betapa updatenya tetangga kita." Ucap Zavran sambil tersenyum.
Ya.. Biasalah yang namanya tetangga itu bagaikan pantauan CCTV berjalan. Dari satu mulut, dua mata saja bisa langsung gempar jadi berita hot satu kampung. Dan pastinya berita itu bukan berita akurat, tapi lebih ke sebuah fitnah.
" Ya udah, terima kasih." Ucap Dera patuh. Memang benar kata Zavran, Dera harus minum obat dulu untuk mengurangi rasa sakit di kepalanya. Kalau tidak, bisa bisa ia menabrak orang atau mengalami kecelakaan tunggal saat melajukan mobilnya nanti.
" Aku pergi dulu."
Dera menatap kepergian Zavran dengan nanar, hatinya tersentuh dengan semua perhatian yang Zavran berikan.
" Kenapa harus kamu Vran? Kenapa bukan mas Brian? Andai saja mas Brian se perhatian kamu, aku pasti akan sangat bahagia."
Wajar bukan kalau Dera mulai membanding bandingkan perhatian suaminya dengan Zavran? Dera hanya manusia biasa yang kadang jauh dari kata syukur. Apalagi dengan keadaan yang ia alami selama ini. Sahabatnya saja bisa perhatian, kenapa suaminya tidak?
Dera memesan teh hangat beserta dessert untuk mengganjal perutnya sebelum minum obat. Tak lama Zavran kembali dengan membawa kantong kresek di tangannya.
" Ini obatnya, kamu biasa minum obat ini kan?" Zavran memberikan kantong plastik tersebut kepada Dera. Dera pun membukanya, ia semakin terharu saat melihat obat yang memang biasa ia konsumsi saat sakit kepala.
" Darimana kamu tahu kalau aku minum obat ini?" Tanya Dera menatap Zavran.
" Apa sih yang tidak aku tahu tentangmu hmm? Semuanya aku tahu termasuk kesedihanmu." Sahut Zavran sambil tersenyum.
Deg...
Jantung Dera berpacu dengan cepat. Apa selama ini Zavran mengerti akan kesedihannya?
" Kesedihan apa? Apa aku semenyedihkan itu di matamu?" Dera tidak mau terlihat lemah di mata Zavran.
" Sudah lupakan saja! Aku hanya asal bicara." Sahut Zavran. Ia menatap dessert dan segelas teh panas di hadapan Dera. " Kamu cuma pesan ini? Apa itu kenyang? Kenapa tidak pesan makanan berat? Nasi goreng mungkin, rice Bowl atau steak beff." Tanya Zavran.
" Aku tidak terbiasa sarapan pagi, jadi aku makan ini saja buat ganjal perut sebelum minum obat." Sahut Dera.
" Ini yang membuat asam lambung kamu sering kambuh dan berakhir sakit kepala. Seharusnya kamu makan yang teratur. Tubuh kita butuh nutrisi Ra. Besok lagi jangan males malesan! Kamu harus rutin sarapan pagi, biar badan kamu tetap sehat. Biar nggak gampang sakit, nggak gampang kambuh juga migrain kamu."
Ces...
Lagi, lagi dan lagi, hati Dera menghangat mendapat perhatian kecil dari sahabatnya. Sahabat yang pernah menyatakan cinta kepadanya namun ia tolak mentah mentah karena kalah fisik dari Brian saat itu. Mendapat perhatian seperti ini membuat Dera tidak bisa berkata apa apa. Di banding dengan suaminya, Zavran jauh lebih baik dan lebih perhatian padanya. Andai waktu bisa di putar kembali, mungkin ia akan menerima cinta Zavran daripada Brian. Sudah bisa di pastikan, saat ini mereka sudah hidup bahagia.
" Hei kok malah melamun." Zavran menyenggol bahu Dera membuat Dera tersadar dari lamunannya.
" Buruan di makan, terus minum obatnya." Sambung Zavran.
" Ah iya. Sorry aku pesan sendiri karena aku tidak tahu kamu mau makan apa, kamu bisa pesan sesuai seleramu biar aku yang bayar." Ujar Dera.
" Aku tidak semiskin itu kali Ra sampai sampai kamu yang bayarin." Canda Zavran. " Biar aku yang bayar pesenan kamu, lagian aku yang ngajakin kamu juga. Aku tadi udah sarapan di rumah, jadi sekarang kamu aja yang makan." Imbuh Zavran duduk di kursinya yang tadi.
" Eh aku nggak enak lho kalau makan sendiri. Kamu pesan apa gih buat nemenin aku." Ujar Dera.
" Ya udah aku pesen kopi aja deh." Akhirnya Zavran memesan satu cangkir kopi.
Sambil menyesap pesanannya, tak henti hentinya Zavran menatap Dera yang sedang menyiapkan sesendok dessert ke mulutnya. Tiba tiba Zavran membayangkan betapa senangnya ia saat Dera menyuapinya. Ia senyam senyum sendiri.
Merasa di perhatikan, Dera pun menatap Zavran.
" Kenapa menatapku seperti itu? Kalau kamu mau, kamu bisa pesan." Ujar Dera.
" Aku cuma mau memastikan kalau perutmu benar benar terisi." Sahut Zavran.
Seandainya yang di depan Dera saat ini Brian, sudah dapat di pastikan kalau Brian lebih memilih memainkan ponselnya daripada menatap Dera yang sedang makan.
" By the way kamu darimana kok bisa ada di sini?" Tanya Dera.
" Aku baru mengantar istriku ke rumah ibunya. Dan kebetulan aku lewat sini dan melihat jalanmu yang sudah tidak benar. Makanya aku turun menghampirimu. Dan benar saja, rupanya kau sedang butuh pertolonganku." Sahut Zavran.
" Kau memang datang di saat yang tepat. Terima kasih sudah peduli padaku." Ucap Dera.
" Dari dulu aku selalu peduli padamu tapi kamu yang tidak sadar akan hal itu." Gumam Zavran.
" Kamu bilang sesuatu?" Tanya Dera karena tidak mendengar ucapan Zavran.
" Ah tidak, kamu salah dengar kali." Kilah Zavran. " Tidak perlu berterima kasih. Sebagai teman aku harus peduli padamu kan." Imbuh Zavran.
" Makasih." Dera menganggukkan kepala.
Selesai memakan dessert, Dera langsung meminum obat yang di belikan oleh Zavran. Mereka nampak ngobrol sebentar sampai Dera merasa agak mendingan, ia pun pamit pulang.
" Aku pulang dulu Vran. Terima kasih untuk semuanya." Ucap Dera.
" Aku antar kamu. Kamu jalan di depan, aku akan mengikutimu dari belakang. Jadi kalau ada apa apa denganmu, aku bisa langsung menolongmu." Ucap Zavran membuat hati Dera tersentuh.
" Terima kasih."
Dera masuk ke dalam mobilnya. Ia melajukan mobilnya di ikuti Zavran dari belakang menggunakan motornya.
" Ya Tuhan, kenapa perasaanku aneh mendapat perhatian seperti ini dari Zavran. Apa aku baper? Jangan sampai aku merasa nyaman dengannya. Apalagi menginginkan hal lebih. Aku harus menjauh darinya, kalau seperti ini terus bisa bisa aku suka padanya. Dan ini tidak boleh terjadi. Sadarlah Dera, kamu sudah bersuami dan Zavran sudah beristri. Aku tidak boleh mendekatinya lagi."
Niat Dera memang baik, tapi kita tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya. Apakah Dera bisa menjauh dari Zavran? Atau akan ada kejadian kejadian yang membuat mereka semakin dekat? Biarkan waktumu yang menjawabnya.
Tbc....