Setelah lima tahun Fatur pergi ke luar negri untuk menghilangkan luka hatinya karena Anggita, kini ia kembali ke Indonesia dan tiba-tiba bertemu lagi dengan perempuan yang sangat ia cintai di masa lalunya. Sampai akhirnya Fatur jatuh cinta lagi untuk yang kedua kalinya kepada Anggita.
Disarankan membaca novel 'Jatuh Cinta Lagi' sebelum membaca novel ini.
Up dari senin sampai sabtu ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Snow White, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bisnis Sampingan
Setelah dibujuk oleh Kania dan Erik, akhirnya Fatur mau untuk mengambil proyek itu, apa salahnya membantu Erik saat ini dan mereka juga jarang bertemu. Setidaknya ada satu kenang-kenangan bahwa Fatur pernah membuat sebuah rumah indah di Indonesia, walaupun sebenarnya selama ini dirinya tidak pernah membuat gedung-gedung bertingkat selama lulus kuliah jurusan arsitektur.
Fatur adalah seorang barista di sebuah coffee shop di Australia, dulunya dia seorang mahasiswa jurusan arsitektur di salah satu Universitas kota Batam. Tapi karena suatu masalah besar yang Fatur perbuat akhirnya lelaki berambut comma itu dipindahkan ke Australia untuk menyelesaikan kuliahnya. Selama lulus kuliah, Fatur memilih bekerja menjadi barista di salah satu coffee shop. Papanya seorang pejabat polisi, namun karir sang papa tidak mengalir dalam dirinya. Fatur tidak ingin menjadi polisi dan lelaki itu memilih untuk kuliah mengambil jurusan arsitek walaupun akhirnya jurusan yang diambilnya itu tidak pernah dipergunakan. Gelar yang dipakainya selama ini hanya sebagai formalitas saja jika dirinya adalah seorang arsitek. Bagi ayahnya gelar itu sudah cukup untuk membuatnya bangga.
"Lo mau membantu kita kan, Tur?" tanya Kania dengan nada memohon setelah perempuan itu berbincang lama dengan Fatur sedari tadi.
Seperti yang diketahui bahwa Kania adalah calon istri Erik sahabatnya, mereka akan menikah akhir bulan ini dan saat yang bersamaan Erik mendapatkan suatu pekerjaan yang tidak bisa diselesaikannya. Kania begitu berharap jika Fatur mau membantunya, tatapan Kania penuh harapan menatap lelaki dengan tinggi 170 cm dengan lekat saat pagi itu Kania mampir sebentar ke rumah Erik.
Jujur, Fatur tidak bisa menolak permintaan Kania karena kania calon istri sahabatnya. Sebenarnya Fatur sangat malas sekali untuk mengiyakan permintaan kedua pasangan itu, namun karena mereka berdua akan mempersiapkan resepsi pernikahan mau tak mau Fatur harus membantunya. Lagipula Fatur cukup lama akan berada di Indonesia setelah hampir lima tahun dirinya pergi ke Australia.
"Paling nggak bisa nolak kalau yang meminta itu seorang perempuan," gumam Fatur sambil menatap Erik dan sahabatnya hanya tertawa ringan melihat reaksi Fatur yang pasrah karena dibujuk oleh Kania habis-habisan.
Memang Erik sangat cerdik menyuruh Kania untuk membujuk sahabatnya agar mau menerima proyek yang sudah diterimanya beberapa minggu lalu. Itu bukan sembarang proyek karena Kania mendapatkan dari teman dekat satu kantornya yang begitu membutuhkan dirinya. Kania sosok perempuan yang paling tidak bisa menolak permintaan orang lain, kadang Erik sering kesal dengan sikap Kania yang seperti itu. Sementara itu Fatur yang masih kesal melihat Erik yang tertawa sedari tadi karena dirinya mengiyakan permintaan Kania. Ingin rasanya lelaki berkulit kuning langsat itu menjambak rambut sahabatnya untuk melampiaskan rasa kesalnya.
"Paling bisa lo mengetahui kelemahan gue," gerutu Fatur mencibir sambil menatap Erik seraya tertawa ringan.
"Jadi bagaimana? Lo bisa bantu kita, kan?" tanya Erik memastikan.
Bagai di ujung tanduk Fatur tidak mempunyai pilihan lagi selain membantu sahabatnya itu, bagaimanapun juga Erik sering membantu dirinya selama ini. Selama mereka berdua masih menjadi mahasiswa, Erik yang selalu ada saat hatinya terluka dan hidupnya hancur berantakan karena Anggita. Erik yang selalu setia menyemangatinya dan menemani dirinya saat masa-masa transisinya, karena Erik adalah sahabat sejatinya selama ini. Dan sudah saatnya Fatur membalas itu semua, apalagi Erik akan begitu sibuk mempersiapkan resepsi pernikahannya itu.
"Ok. Gue bantu," jawab Fatur mengiyakan setelah beberapa lama terdiam.
Kania dan Erik begitu sangat senang sekali mendengarnya, akhirnya pernikahan mereka tidak akan ada beban lagi karena saat ini ada Fatur yang akan menggantikannya. Walaupun dirinya tidak pernah terjun langsung membuat gedung atau rumah tapi setidaknya ilmunya selama ini bisa membantunya.
"Terimakasih banyak ya, Tur," kata Kania dengan nada bahagia menatap Fatur.
"Sama-sama," balas Fatur sambil tersenyum manis.
"Nanti gue kabarin pertemuan lo dengan Reza. Untuk sementara ini selama di Bandung lo tinggal sama gue," jelas Erik tidak kalah bahagia.
"Ya iyalah. Masa gue harus menyewa hotel," balas Fatur menyindir dengan nada sedikit sinis, Erik dan Kania hanya tertawa ketika mendengar ucapan Fatur.
Mulai saat ini Erik tidak akan merasakan kesepian lagi karena sahabat terbaiknya sudah kembali hadir ke dalam kehidupannya.
Sore itu Fatur memutuskan untuk pergi menelusuri kota Bandung. Ini kali pertamanya lelaki berkumis tipis itu pergi ke Bandung. Rasanya tempat ini sangat menghipnotisnya, Fatur begitu terlihat nyaman berada di Bandung. Sangat berbeda saat dirinya di Australia dan Batam. Kota ini membuat dirinya sangat nyaman dan tenang, tatapan kosong menatap ke sembarang arah sambil pikirannya melayang entah kemana. Apa yang di pikirkan masih sama dengan sebelumnya, bagaimana Anggita? Di mana Anggita? Bagaimana kabarnya? Apa dia sudah menikah? Itulah yang selalu ada di dalam pikiran Fatur.
Lalu Fatur memutuskan untuk ke tempat di pinggiran kota Bandung daerah Dago. Sekedar mencari udara segar atau hanya duduk melihat pemandangan di sana. Tiba-tiba ingatannya terarah kepada seseorang yang sangat dirindukan selama ini. Siapa lagi jika bukan Anggita.
Rasanya Fatur ingin sekali mencari tahu tentang keberadaan Anggita karena Fatur sangat merindukannya. Tetapi Fatur sudah berjanji kepada papanya untuk tidak berhubungan dan melupakan Anggita sejak kejadian itu. Kejadian yang membuatnya begitu terpukul, kejadian yang membuatnya harus terpisah jauh dari keluarganya. Kejadian yang sudah memporak porandakan kehidupannya, kejadian yang membuat hatinya terluka hebat.
Tetapi di sisi lain Fatur tidak bisa berbohong, jika sampai saat ini dirinya sangat mencintai Anggita. Meskipun perempuan itu sudah membuatnya sangat terluka dan putus asa. Hanya Anggita yang masih ada di hati lelaki bermata sedikit bulat itu, saat ini dan seterusnya.
"Anggita. Aku sangat merindukanmu," kata Fatur dalam hati sambil mata yang mulai berkaca-kaca menatap ke sembarang arah.
"Aku tak bisa melupakanmu sampai saat ini, aku masih sangat mencintaimu, Anggita. Andai saja kamu tahu bagaimana perasaanku selama ini, aku sangat tersiksa. Sejauh aku pergi nyatanya membuatku sangat terluka. Aku tidak bisa melupakanmu dari kehidupanku," gumam Fatur dalam hati dengan perasaan yang sangat sedih.
Air mata jatuh di pelupuk ujung mata Fatur, lalu diambil ponsel miliknya serta jemari Fatur menelusuri galeri ponselnya. Fatur mencari potret dirinya bersama Anggita yang diambil saat mereka masih bersama dulu. Masa-masa indah yang dilewati bersama Anggita, dulu. Fatur selalu memandang foto bersama Anggita setiap waktu, karena itu adalah sebagai obat rindu dirinya.
Bukan hanya foto-foto Anggita yang masih memenuhi galeri ponselnya selama lima tahun ini, nyatanya wallpaper ponsel Fatur masih saja potret gadis berambut sebahu itu. Entah sampai kapan foto itu bertahan menjadi wallpaper layar ponsel Fatur. Namun jika Fatur mengingat kejadian waktu itu rasanya ingin sekali mati.
"Anggita. Aku sangat merindukanmu," gumam Fatur dalam hati sambil memandang foto-foto Anggita dengan dirinya.
Selama hampir lima tahun Fatur melewati ini semua menyimpan perasaanya sendiri, selama itu pula dirinya tidak bertemu dengan Anggita.
Ketika Fatur sedang melamun tiba-tiba ponsel miliknya berbunyi, ternyata itu dari Erik dan sahabatnya itu memberitahu jika malam ini akan ada pertemuan dengan Reza, temannya Kania untuk membahas soal proyek itu.
Sesuai janjinya mereka bertemu di cafe dekat Dago, Kania dan Erik sudah menunggunya di sana. Tidak lama Fatur datang dan melihat keberadaan sahabatnya sudah berada di sana bersama calon istrinya Kania dan seorang lelaki muda sebaya dengannya, mungkin itu adalah Reza.
"Hai, Tur. Kenalkan ini teman kerja gue. Reza." Kania memperkenalkan Reza teman satu kerjanya saat Fatur menghampiri mereka.
"Fatur." Fatur sambil mengulurkan tangan kepada Reza memperkenalkan dirinya.
"Reza," balas Reza sambil berdiri membalas uluran tangan Fatur yang masih berdiri tegap di sampingnya.
Mereka berempat duduk di suatu meja sambil berbincang ringan dan membahas apa yang akan dilakukan.
"Kata Kania, lo arsitek hebat dari Australia," puji Reza memulai pembicaraan sambil menatap Fatur yang ada di hadapannya.
Mendengar ucapan Reza membuat Fatur tersenyum ringan saat bicara seperti itu, sepertinya ucapan Reza terlalu berlebihan. Itu tidak seperti yang Reza bayangkan, karena dirinya bukanlah seorang arsitek seperti gelarnya itu. Nyatanya Fatur hanya seorang barista. Entah mengapa Kania harus berbicara berlebihan seperti itu akan dirinya.
"Nggak. Itu terlalu berlebihan," tampik Fatur merendah.
"Apa Erik dan Kania sudah memberitahu apa yang akan kita lakukan?" tanya Reza memastikan jika Fatur sudah mengetahui rencana mereka.
"Sudah," jawab Fatur singkat.
"Sebenarnya sih ini proyek Erik. Tapi karena dia nggak bisa, jadi gue harus mencari gantinya dan sekarang itu adalah lo," jelas Reza yang saat ini mulai serius membicarakan proyek untuk Fatur dan Fatur mulai serius ketika Reza mulai membicarakan soal proyeknya itu.
"Jadi begini, Tur. Ada temen gue yang minta tolong untuk dibuatkan rumah di pinggiran kota Bandung, karena mereka sibuk jadi menyerahkan semuanya sama gue. Mereka mencari seseorang yang bisa membuat rumah sesuai konsep yang mereka mau dan itu ada sama Erik."
"Memangnya mau rumah seperti apa?"
"Minimalis classic," jawab Reza singkat menatap Fatur.
Seketika Fatur terdiam sambil sesekali menganggukkan kepalanya tanda mengerti, Fatur tidak yakin jika dirinya mampu karena selama ini sama sekali dirinya belum pernah terjun seperti ini. Pikirannya mulai bekerja dan berimajinasi rumah apa yang diucapkan oleh Reza, setiap sudut secara detail yang dibayangkan di dalam pikirannya.
"Pasti lo bisa, kan?" tanya Reza meyakinkan Fatur yang terlihat sedikit kebingungan.
Apa salahnya mencoba sesuatu yang sudah menjadi bagian dari ilmunya selama hampir 5 tahun ini, dan Fatur berharap jika dirinya tidak mengecewakan Erik.
"Bisa. Apa mereka mempunyai konsep rumah yang dia mau?"
"Mereka masih bingung, mungkin lo bisa bantu memberi konsep untuk mereka. Soal harga mereka berani membayar mahal."
Bukan soal harga tapi soal kepuasan. Ini adalah tantangan baru untuknya pertama kali membuat desain rumah.
"Bukan soal harga tapi soal kepuasan, gue cuma takut kalau mereka nggak suka dengan konsep yang gue buat," kata Fatur sambil tertawa ringan menatap Reza.
"Gue yakin lo bisa, dan sekarang lo buktikan sama gue kalau kuliah lo nggak sia-sia," sela Erik memberi semangat untuk sahabatnya itu.
"Kalau lo sanggup untuk membuat konsep rumahnya nanti gue kabari mereka," kata Reza.
Beberapa saat Fatur terdiam sambil berpikir apa yang dilakukannya ini adalah benar. Bagaimana bisa ia membuat konsep rumah jika sehari-hari pekerjaannya dengan mesin kopi. Akhirnya lelaki itu menyetujui permintaan Erik.
"Ok. Gue mau," sambut Fatur menerima tawaran dari Reza setelah beberapa saat terdiam.
Mendengar keputusan Fatur membuat Kania dan Reza senang bukan main, akhirnya mereka tidak perlu mencari lebih lama lagi pengganti Erik.
"Terimakasih, Tur. Lo sudah membantu gue," kata Kania menatap Fatur dengan bahagia dan tersenyum manis.
"Sama-sama," balas Fatur sambil tersenyum menatap Kania.
Sebenarnya bukan ini niat Fatur untuk pulang ke Indonesia. Dirinya ingin sekali berlibur dan melepas penat selama berada di Australia, tapi karena masalah ini mau tidak mau lelaki berwajah tampan itu harus membantu sahabat baiknya yang sudah seperti saudaranya sendiri.