Demi menghindari kekasihnya yang overprotective, kasar, dan pemarah, Cathleen terpaksa menjebak seorang pria di sebuah club malam. Dia bermaksud untuk mendesak dan meminta pertanggung jawaban orang itu untuk menikahinya setelah kejadian tersebut.
Pria yang dijebak oleh Cathleen adalah Gerald Gabriel Giorgio. Seorang pria berhati dingin yang masih mencintai sang kekasih yang sudah lama menghilang akibat sebuah insiden.
Namun, tak disangka, rencana Cathleen tidak sesuai dengan harapannya.
.....
“Berapa harga yang harus ku bayar untuk tubuhmu?”
“Aku bukan wanita malam yang bisa dibayar menggunakan uang!”
“Lalu, apa yang kau inginkan?”
“Kau harus menikahiku!”
“Tidak!”
Gerald menolak permintaan Cathleen dengan tegas. Mampukah Cathleen memperjuangkan agar rencana awalnya bisa tercapai? Ataukah dia harus melanjutkan hidup dengan sang kekasih yang overprotective, kasar, dan pemarah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NuKha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 2
Tanpa perlu melihat kondisi tubuh, Gerald sudah bisa merasakan kalau saat ini sedang polos tak memakai sehelai benang pun. Apa lagi pakaian yang nampak berserakan di lantai sudah menandakan bahwa semalam ada kejadian yang melibatkan dirinya dengan seseorang. Wanita itu masih menunduk dengan wajah tertutup rambut panjang, sehingga membuat Gerald tidak bisa mengenali.
Dengan santai dan tak merasa bersalah, Gerald menyibakkan selimut. Dia memungut dan memakai kembali setiap potong kain miliknya yang teronggok di atas lantai.
Gerald tak mempedulikan orang yang sedang menangis itu. Mungkin wanita bayaran yang semalam disewa. Dia tak ingat apa pun dengan kejadian detailnya.
“Kau harus bertanggung jawab!” ucap Cathleen. Karena Gerald sejak tadi diam saja, akhirnya dia pun mengeluarkan suara terlebih dahulu. Dia mengangkat kepala hingga pandangan jatuh pada pria yang dijebak.
Perkataan Cathleen membuat Gerald yang sudah menutupi tubuh dengan pakaian lengkap pun memutar tubuh. Kini, dia bisa melihat wajah wanita yang menghabiskan malam dengannya. Pria itu tetap terlihat datar dan biasa saja saat mengetahui orang yang telah menghangatkan ranjangnya.
“Berapa harga yang harus ku bayar untuk tubuhmu?” tanya Gerald. Suara dan sorot matanya nampak dingin.
“Aku bukan wanita malam yang bisa dibayar menggunakan uang!” jelas Cathleen. Wajahnya sudah penuh dengan air mata, pipi terlihat basah, mata berkaca-kaca mengucurkan buliran bening, dan rambut pun acak-acakan.
Sedangkan Gerald, pria itu sangat minim ekspresi. Bahkan cenderung tidak peduli dengan wanita yang dia kenal bernama Cathleen, teman satu angkatan di Universitas, sekaligus adik ipar sepupunya. “Lalu, apa yang kau inginkan?” tanyanya seraya menarik ritsleting jaket.
“Kau harus menikahiku!” pinta Cathleen. Dia sangat serius mengucapkan hal itu. Tidak ada unsur main-main sedikit pun. Bahkan terlontar seperti sebuah paksaan yang wajib dipenuhi.
Tapi, Gerald justru menarik sebelah sudut bibir hingga memperlihatkan wajah sinis tanpa belas kasian. “Tidak!” tolaknya secara tegas.
Gerald menatap tajam pada Cathleen. Bisa-bisanya ada orang yang meminta pertanggung jawaban. Padahal dia saja tidak ingat sudah melakukan apa pada wanita itu. “Aku tetap akan membayarmu.” Dia mengeluarkan dompet dari saku, mengambil uang yang tersisa di sana.
“Aku tahu kau berasal dari keluarga kaya, entah untuk apa kau berada di sini.” Pria berhati dingin itu melemparkan sepuluh lembar uang seribu euro ke arah Cathleen. “Di dompetku hanya ada sepuluh ribu euro, jika kau merasa kurang, sisanya akan ku transfer.” Gerald memasukkan lagi dompet ke dalam saku.
Tanpa membersihkan tubuh terlebih dahulu, Gerald mengayunkan kaki menuju arah pintu.
Cathleen sampai melongo dengan respon Gerald yang biasa saja setelah sadar jika tidur bersama seorang wanita. Otaknya segera memutar cara agar pria itu mau bertanggung jawab menikahinya, sesuai rencana awal.
“Apa kau tak merasa bersalah setelah mengambil kesucianku?!” teriak Cathleen dengan nada yang dibuat sefrustasi mungkin. Ini adalah jalan satu-satunya yang terlintas agar bisa keluar dari jerat sang kekasih.
Mendengar ucapan tersebut, Gerald menghentikan ayunan kaki. Dia berbalik dan menatap sinis pada Cathleen. “Tidak perlu sok suci dengan menangis setelah menghabiskan malam bersamaku! Pasti kau sudah sering mengobral tubuhmu di sini, ‘kan? Dan bukan aku yang pertama memakai jasamu.”
Penuturan itu keluar begitu menyakitkan saat didengar oleh Cathleen. “Jangan sembarangan jika berbicara! Aku masih suci sebelum kau menodaiku!” Dia berdiri dengan menarik selimut hingga memperlihatkan kondisi sprei.
...*****...
...Setelah sering dimanaaftkan dan berubah jadi lebih modis, Cathleen ni kayanya lulusan Akademi Persandiwaraan Drake Davis Dominique deh....
😆😆😆😆😆😆
jgn semua lu embat