NovelToon NovelToon
ME OR HER, MR?

ME OR HER, MR?

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Kantor / Pelakor / CEO / Dijodohkan Orang Tua / Romansa
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Blueberry Solenne

Serafim Dan Zephyr menikah karena di jodohkan oleh kedua orang tuanya, dari awal Serafim tahu Calon suaminya sudah mempunyai pacar, dan di balik senyum mereka, tersembunyi rahasia yang bisa mengubah segalanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Blueberry Solenne, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1 – Surat Perceraian

“Cepat tandatangani surat perceraian ini. Aku sudah tidak mau melihatmu lagi.”

Aku posisi berdiri di depannya, sambil meletakkan sebuah kertas di atas meja tamu tepat ada di seberang meja eksekutifnya yang besar dan mengkilap, terbuat dari kayu gelap yang kokoh.

Dia duduk di sofa empuk berwarna coklat di sudut ruangan, lalu hanya melihat sepintas kertas itu. Matanya tajam, menembus ruang kerja yang elegan namun terasa tegang.

“Sepertinya kau sangat merindukanku, kenapa tidak menungguku pulang.”

Aku hanya menyodorkan kembali kertas itu, tanpa menjawabnya.

Zephyr menatapku tajam, rahangnya mengeras.

“Kau yakin bisa hidup jauh tanpaku?”

Aku membalas tatapannya, suaraku pelan tapi tajam.

“Jangankan tidur satu ranjang, kita bahkan tidak pernah bicara, seperti dua jiwa yang terbentang jurang” balasku getir.

Tiba-tiba ia menarik tubuhku ke sofa. Tangannya menyentuh wajahku, matanya menusuk.

“Apa karena aku tidak pernah menyentuhmu?”

Jantungku seperti ditindih batu, napasku tersengal, tubuhku menegang menahan rasa muak dan takut.

Ia mengelus wajahku hingga membuat seluruh tubuhku merinding, aku langsung memalingkan wajah, lalu ia menyentuh leherku dan mencoba membuka kancing bajuku, tapi kutepis. Nafasnya memburu, wajahnya geram.

“Hentikan! Kau tak pernah mencintaiku. Lepaskan aku, gundikmu sedang menunggumu!”

Tangannya mencengkeram lenganku makin keras.

“Jangan panggil dia begitu. Paham?!”

Aku melawan, suaraku pecah.

“Delapan tahun kau bersamanya… satu atap, satu kamar, satu ranjang. Apa saja yang kalian lakukan?”

Ia mendengus, lalu menyeringai.

“Jadi… kau penasaran, apa kau cemburu, jantungmu pasti berdebar saat aku di dekatmu?

Aku tetap membisu dengan air mata yang ku tahan.

Sekejap kemudian, bibirnya menempel di bibirku. Aku mencoba melepaskan diri tapi tenaganya terlalu kuat, aku ingin menangis, berteriak sekenceng-kencangnya, dia sudah mencuri ciuman pertamaku… aku bahkan tidak menginginkannya.

“Jangan sentuh aku, brengsek!”

Kutepis wajahnya.

Dia hanya tersenyum sinis.

“Ah, manis juga. Itu ciuman pertamamu kan?”

Kesabaranku sudah habis. Aku menampar wajahnya dengan keras. Kuambil kertas itu, kemudian kulempar ke arahnya.

“Tandatangani sekarang juga! Aku tidak sudi lagi hidup bersama pria sepertimu.”

Zephyr mendengus, menyandarkan tubuhnya di sofa.

“Akan aku pertimbangkan. Apalagi… aku akan mencalonkan diri sebagai pejabat pemerintah.”

Aku hanya bisa mengepalkan tanganku. Saat itu kantornya terasa sesak, dan panas, padahal suhu AC di ruangannya selalu ia pasang sampai tujuh belas derajat. Aku melangkah pergi tanpa menoleh lagi.

Di parkiran, aku masuk ke mobil putih, hadiah dari Ibu mertuaku. Kutekan pedal gas, meninggalkan semua kemarahanku.

Aku menelpon ART-ku.

"Bibi Naureen, malam ini saya tidak pulang ke rumah. Oiya, hari ini jadwal Zephyr pulang ke rumah, layani seperti biasanya. Kalau dia menanyakan keberadaan saya, katakan saja sedang pergi ke rumah teman saya ya."

"Baik Non Fim, Hati-hati ya. Jangan lupa makan. Dari kemarin mogok makan, saya jadi khawatir, nanti suami Non bisa memarahi saya kalau sampai sakit."

Aku tertawa pelan, meski hatiku tetap berat.

"Tenang saja, Bi. Saya sudah makan tadi di kantor."

Suara bibi Naureen terdengar gembira, padahal hanya mencoba menenangkannya saja, aku bahkan tidak nafsu makan sama sekali memikirkan nasib rumah tanggaku.

Tanpa pikir panjang, aku membeli tiket pesawat dan terbang menuju pantai Miralune. tempat yang sudah lama ingin aku kunjungi sejak dulu. Di perjalanan, pemandangan pegunungan hijau dan sawah yang terbentang luas membuat pikiranku sedikit tenang, meski amarahku terhadap Zephyr masih membara.

Beberapa jam kemudian, setiba di sana, aku bisa menghirup udara pantai dalam-dalam. Pasir putihnya terasa halus di telapak kaki, dan airnya hijau zamrud jernih.

"Ahhh, segarnya! Jadi ini pantainya... pemandangannya benar-benar menawan. Pasir putihnya cantik sekali, dan airnya... hijau zamrud, tapi tetap jernih, rasanya menenangkan sekali."

Semua masalahku terasa hilang dari pikiranku. Lalu aku menelusuri pantai itu dengan pemandangan langit yang menguning. Aku mulai memotret beberapa spot cantik, tak lupa mengambil potret selfie. Saat melihat orang berenang, aku pun ikut nyebur sebentar dengan baju renang peach motif bunga tulip, lalu duduk sambil menunggu sunset.

"Di sini pikiranku lebih tenang... dan damai, aku tidak perlu mendengar suara suamiku dan desahan simpanannya itu. Tunggu... kenapa aku menyebutnya suami? Itu terlalu sentimentil. Apa itu suami, sejenis apa ya? Seharusnya aku tidak menikah dengan bajingan itu," ya... memang terdengar lucu bagiku.

Sunset pun muncul, samar-samar. Kulihat seorang pria dengan badan atletis, semakin dekat aku bisa mencium aromanya, wanginya membangkitkan kenangan pertemuan pertama kali dengannya. 

Waktu itu matahari semakin tenggelam. Orang-orang berlalu lalang di tengah keramaian, satu per satu mereka naik ke dalam kereta. Aku berdiri di sebuah gerbong sambil menenteng laptop, memejamkan mata karena mulai mengantuk.

Kucium aroma maskulin menusuk hidungku. Tanpa aku sadari aku menatapnya. Sebuah senyuman muncul di wajahnya, pikiranku melayang. Mataku memutar, melirik ke sekitar.

"Apakah pria itu sedang tersenyum padaku, atau... karena tanpa sengaja aku menatapnya?"

Aku mencoba membalas senyumannya. Tiba-tiba dia seperti sedang berbicara dengan seseorang.

"Iya... aku sedang di kereta, nanti aku telpon lagi ya."

Ah, rupanya dia sedang menelpon, sambil kulihat ada headset di telinganya. Dia berdiri tepat di sampingku, menatapku lalu tersenyum. Aku tidak membalas senyumannya. Aku buru-buru memalingkan wajah ke luar kereta yang sudah mulai berjalan.

Ketika kereta berhenti karena ada penumpang turun, leherku pegal. Aku memutarnya sedikit supaya lebih nyaman.

"Lehernya pegal ya? itu di ujung ada kursi yang kosong, " sambil menunjuk ke sebuah bangku penumpang.

Saat kulihat memang ada yang kosong, tapi tiba-tiba ada ibu dan anak yang duduk di sana.

"Iya terimakasih, sekarang udah terisi lagi."

Pria itu menoleh.

"Ah iya, syukurlah jadi kita bisa tetap dekat ya."

Aku menimpalinya dengan nada ketus.

"Berhenti, kita tidak saling kenal, jangan sok dekat."

Penampilannya rapi, seperti orang baik, tapi buaya.

"Tolong jangan melabeli dengan sebutan buaya. Saya hanya mencoba bersikap ramah."

Apa, dia bisa membaca pikiranku?

"Kenapa, jadi benar ya tebakan saya?" timpalnya sambil mengedipkan mata kirinya. 

Aku tidak menanggapinya lagi. Kereta pun berhenti di pemberhentian terakhir. Kebetulan sudah memesan ojek online, aku langsung pulang menuju rumah.

Beberapa bulan kemudian, Ayah menarikku ke kantor pusat berkat kerja kerasku. Dulu ia memang sengaja menyuruhku bekerja dulu di kantor cabang.

"Akhirnya setelah empat tahun, aku bisa pindah ke sini, jadi bisa ikut berangkat kerja dengan Ayah."

Tiba-tiba suara Ayahku terdengar.

"Tidak bisa, Nak. Kau tetap bawahan Ayah. Bekerjalah yang rajin, buktikan kemampuanmu. Ayah tidak mau pilih kasih hanya karena kau putri Ayah."

Aku terdiam. Padahal aku cuma minta tumpangan saja, bukan naik jabatan. 

"O iya nanti kamu meeting menggantikan kakakmu, soalnya dia mau cek proyek di luar kota."

Aku menyanggupi permintaan Ayahku.

Aku pun datang ke kantor salah satu perusahaan untuk membicarakan produk baru, kebetulan aku adalah Direktur Pemasaran. 

Selesai rapat ada seseorang berjalan di lorong kantor, saat itu aku sedang mengobrol dengan staf manajer operasional perusahaan tersebut.

Dia mendekat ke arah kami, dengan jas hitam yang membingkai bahunya yang sempurna. Rambutnya disisir rapi, langkahnya tegap, tenang, nyaris terlalu menawan untuk nyata, hingga membuyarkan fokusku seketika.

Bersambung.

1
🦋Rosse Roo🦋
timpuk aja tuh, muka pake tas. Daripada di anggurin tasnya.. 😩
🦋Rosse Roo🦋
sori sori tu say bang,, 😌
📚ᴀᴜᴛʜᴏʀ_ʀᴀʙʙɪᴛ¹⁸🐇
katanya kalau orang yang minta cerai, nanti pernikahannya akan awet terus
📚ᴀᴜᴛʜᴏʀ_ʀᴀʙʙɪᴛ¹⁸🐇
hahaha kamu yang terlalu bodoh😂
⛧⃝ 𓂃Luo Yi⧗⃟
Klo suka mulai brubah bukannya ngekang gak jelas
⛧⃝ 𓂃Luo Yi⧗⃟
Ni Zapyr tu maunya apa dah.. Posesif tpi masih main ama selingkuhan juga dasar nyebelin
dilafnp
sabar ya bu..
dilafnp
aku kebayang kok, pasti cantik..
dilafnp
pake jaket kamu sekarang, aku traktir seblak.. dijamin ga hambar.
kim elly
🙄🙄🙄kok gitu
kim elly
wow gundik 🤣
kim elly
🙄🙄bingung ya kalo bukti terarah padanya
Ani Suryani
ibunya di bunuh siapa
Iyikadin
Weh ternyata menikah diaaa
Iyikadin
Baru kali ini ada yang menolak perjodohan
Mingyu gf😘
ehh langsung di snaggul ya kirain cuma fitting coba coba gaun aja
Kutipan Halu
Di sogok dong biar dapat cucu🤣🤣
rahmad faujan
tenang bakal tau juga lama²
Nadin Alina
Visual yang keren dan cool banget cowok jas hitam itu
Wida_Ast Jcy
wah... kuat juga ya. keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!