Zakia Amrita. gadis cantik berusia 18 tahun, terpaksa harus menikah dengan anak pemilik pesantren Kais Al-mahri. karena perjodohan oleh orang tua Kais. sendiri, karena Pernikahan yang tidak di dasari Cinta itu, harus membuat Zakia menelan pahitnya pernikahan, saat suaminya Kais ternyata juga tidak memilik cinta untuk nya.
Apakah pernikahan karena perjodohan ini akan berlangsung lama, setelah Zakia tahu di hati suami nya, Kais memiliki wanita lain?
yuk baca Sampai Happy Ending.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom young, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1. Foto di media sosial.
Seorang wanita paruh baya, terlihat sedang memandang sebuah foto ditangannya. beberapa menit yang lalu, dirinya melihat seorang Selebriti media sosial. (Selebriti media sosial) memanjang foto bersama anaknya Gus Kais Al-mahri.
"Duh Gusti. susah sekali mengatur anak ini." Nampaknya Bu Nyai Salimah begitu uring uringan, saat melihat Gus Kais berfoto dengan seorang Selebriti cantik bernama Ayunda itu begitu mesra.
Bahkan tangannya begitu enteng, melingkarkan di pundak wanita itu tampa batasan, padahal sudah beberapa kali Uminya melerai agar Gus Kais tidak terlalu dekat dengan lawan jenis yang bukan Muhrimnya.
"Kenapa Umi?" Kiyai Syarif yang baru saja selesai rapat diniah nampak heran melihat wajah istrinya di tekuk kesal.
"ini loh Abah, liat anak kita ini liat." Umi Salimah begitu berapi api. sambil menyodorkan ponselnya menunjukan foto anaknya dan seorang Selebgram muda.
"Astagfirullah." Abahnya saja sampai geleng-geleng melihat kelakuan anak semata wayangnya itu di media sosial.
"Sudah berapa lama mereka pacaran Mi? ini kok Caption-nya go public." Abah Syarif menatap Umi Salimah bingung.
"Umi juga ndak tahu Abah. karena Kais kan memang orangnya tidak terbuka, bahkan niatnya Umi mau menjodohkan dia dengan salah satu Santri kita." karena Umi Salimah begitu yakin dengan gadis pilihan nya itu.
"Siapa Umi?" Abah Syarif juga begitu heran, karena ini baru saja niat Umi Salimah, dan Abah sendiri juga belum tahu siapa calonnya itu.
Di depan rumah megah bernuansa putih itu, nampak sebuah Motor terparkir di dekat pohon gelagah yang terawat rapih, hinga memunculkan bunga-bunga indah disana.
Laki-Laki berpakaian rapih, menggunakan celana jeans, dan kemeja yang lengannya di lipat, berjalan santai menuju rumah itu.
Ia adalah Kais Al-mahri. Gus sekali gus, anak pemilik pesantren, yang nama pesantren nya cukup di kenal luas oleh kalangan masyarakat luar maupun dalam.
Tapi siapa sangka, anak dari pemilik pesantren itu nampaknya tidak mau turut serta hidup di dalam lingkungan pesantren, ia lebih sering menghabiskan waktu di luar lingkungan pesantren.
Membangun Caffe di sebuah pingiran kota, dan juga bisnis peternakan ikan di dua tempat yang jaraknya lumayan dekat dengan pesantren.
Siapa sangka wajah tampan dan lembut itu jarang sekali memakai sarung seperti layaknya santri pada umum nya, Gus panggilan yang di terapkan untuk anak kiyai, agar kelak nantinya menjadi penerus dan mengurus pondok pesantren Abah nya kiyai Syarif, namun angan angan itu nampak nya begitu jauh, karena Gus Kais. sama sekali tidak mau melanjutkan itu,
"Darimana saja kamu?" Bu Nyai Salimah nampak beranjak dari duduk nya saat melihat Gus Kais baru saja pulang.
"Habis nemuin pembeli ikan Nila Mi, mau di jual lagi ke pasar kebetulan tadi ada beberapa orang yang datang, belum lagi hari ini Caffe juga harus di renovasi Mi..." ucap Gus Kais nampak menunduk, sambil erat memegangi tas di pundak nya.
"Kami mau bicara Le," Kiyai Syarif meminta Gus Kais masuk kedalam ruangan pribadi, karena tidak enak jika bercakap di ruang tamu, takut jika ada kang santri atau mba ndalem yang lalu lalang dan mendengar percakapan mereka.
"Baik Abah, Umi." Gus Kais langsung masuk kedalam ruangan mengikuti langkah kedua orang tuanya.
Di dalam ruangan itu, suasana nya nampak begitu tegang. Umi Salimah tidak basa basi ia langsung menunjukan sebuah foto pada Gus Kais.
"Siapa ini Le? ... foto ini baru saja di unggah beberapa jam yang lalu, kenapa kamu malah berbohong mengatakan kalau nemuin Customer tadi siang!." Umi Salimah menunjukan foto pada Gus Kais. disana terpanjang jelas foto dirinya dan Ayunda aslinya itu foto minggu lalau, tapi karena hari ini mereka ribut Ayunda nekat memajang foto mereka berdua di media sosial.
Ayunda dan Gus Kais sudah menjalin hubungan dua tahun lamanya, setelah Gus Kais baru saja pulang dari Cairo menempuh pendidikan S2 nya.
Wajah Gus Kais langsung pucat pasi. "Duh Gusti. kenapa malah ia nekat majang foto sih," batin Gus Kais malu, saat melihat foto itu.
"Umi dapat dari mana foto ini?" ucap Gus Kais berusaha tetap tenang, meskipun jatung nya berpacu dengan kencang.
"Kamu ngak perlu tahu Umi dapatkan foto ini dari mana. yang harus nya kamu tahu, kamu itu seorang Gus yang bakal nerusin membesarkan pesantren kita. lah kamu sendiri kenapa malah berani beraninya foto sama perempuan yang bukan Muhrim. terus sedekat itu, merusak reputasi mu sendiri saja." Umi nampak merasa kesal, namun ia tidak bisa marah dengan Gus Kais, karena Gus Kais adalah anak satu-satu nya.
"Siapa sebenarnya dia Le?" Abah Syarif kembali menginterogasi Gus Kais.
Kedua orang tuanya nampak menatap Gus Kais dalam, putranya itu nampak sedang menunduk malu sekaligus takut.
"Pacar mu?" Abah Syarif kembali bertanya.
Dengan satu kali tarikan nafas berat Gus Kais menjawab dengan lantang.
"Iya Umi, Abah. saya dan Ayunda sudah pacaran selama dua tahun," ucap Gus Kais penuh dengan keyakinan. "Jika Umi dan Abah berkenan Izinkan Kais melamar Ayunda minggu depan." Gus Kais kembali menunduk, tidak berani menatap kedua wajah orang tuanya.
Umi Salimah berdecak dan langsung mengusap dadanya, karena tadi sebelum Gus Kais pulang Umi sudah Mengkepoi akun Ayunda Pramita itu, ia adalah seorang Selebgram yang selalu aktif di Media Sosial Instagram, setiap Postingan nya ia selalu membagikan konten dirinya berjoget velocity yang sedang tren, di Tok-Tok. bahkan kehidupan nya terlihat begitu glamor
"Masa calon ibu jengkelitan kaya ulat bulu." Umi hampir menangis membayangkan jika Ayunda akan menjadi menantunya.
"Umi kenapa Mi?" Abah Syarif sedikit menangkap suara kegelisahan istrinya.
"Ngak papa Abah, Umi mendadak pusing." Umi Salimah memijat pelipisnya.
"Bagimana Abah sama Umi setuju kan?" Gus Kais membulatkan matanya, berharap kedua orang tuanya merestui hubungan mereka berdua.
Umi Salimah sebenarnya merasa tidak tega jika harus memisahkan orang yang sama sama mencintai, namun apakah mungkin Ayunda itu benar benar mencintai Gus Kais, karena Postingannya saja ia begitu bebas, bahkan berteman dengan bayak laki laki manapun.
"Yah sudah besok coba kamu ajak Ayunda kesini." Umi Salimah nampak pasrah, ia menarik nafas dalam meskipun fikiran nya begitu rued.
"Sungguh Umi? Hah... Terimakasih." wajah Gus Kais langsung berbinar merasa aman orang tuanya memberikan lampu hijau.
Selepas nya Gus Kais pergi Umi Salimah langsung menjatuhkan diri ke Sofa. "Dus Gusti kenapa jadi begini." Umi Salimah mengucek mata nya berkali-kali.
"Minum dulu Umi. Umi yang sabar," Abah Syarif memberikan segelas air putih untuk istrinya.
"Ngomong ngomong kenapa Umi malah setuju pacarnya Kais di ajak kesini, tadi Umi bilang Kais mau di jodohkan kenapa Umi malah biarkan Kais membawa wanita itu kesini?" Abah Syarif juga nampak heran dengan keputusan sang istri.
"Kita lihat saja besok lah Abah. kepala Umi rasanya mau meledak, biarkan saja kita lihat besok gimana aslinya Ayunda. lagi pula kita juga belum tahu langsung gimana aslinya sifatnya dan karakternya si Ayunda itu." Umi Salimah meminta agar tidak membicarakan wanita itu lagi, karena kepalanya begitu pening.