Karina terjebak dalam pernikahan yang pahit dengan Ryan, sebuah ikatan yang dipaksakan untuk menyelamatkan keluarganya dari kebangkrutan. Namun, pernikahan itu hanya membawa kesedihan dan perselingkuhan yang menyayat hati.
Setelah berhasil melepaskan diri dari cengkraman Ryan melalui perceraian, Karina bertekad untuk memfokuskan diri pada karirnya. Namun, nasib memiliki rencana lain.
Karina dipertemukan kembali dengan Zaian, pria yang dulu jatuh cinta padanya dan kini telah bertransformasi menjadi seorang CEO sukses di tempat Karina bekerja. Pertemuan itu membuka kembali kenangan lama dan memicu konflik batin yang mengguncang hati Karina.
Apakah Karina akan memberi kesempatan kedua pada cinta atau memilih untuk mempertahankan kemandirian yang telah diraihnya dengan susah payah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arsiana 97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 1 : Pengkhianatan!
Ambang pintu apartemennya, Karina berdiri dengan tubuh yang gemetar hebat, seolah-olah seluruh kekuatannya telah lenyap. Air mata deras mengalir di pipinya, membentuk jalur kesedihan yang dalam. Matanya memerah meradang, seakan-akan terbakar oleh api kesakitan yang tak terhingga.
Di depan matanya, terpampang kenyataan yang menyakitkan. Suaminya, Ryan, tengah terlibat dalam perselingkuhan yang memilukan dengan wanita lain. Lima tahun telah berlalu sejak pernikahan mereka, namun Karina tidak pernah merasakan kebahagiaan yang sebenarnya. Sebaliknya, dia hanya menemukan kesengsaraan dan penindasan dari keluarga dan orang tua Ryan yang selalu memandangnya sebagai wanita kelas dua. Dia dijadikan sebagai pembantu rumah tangga, bukan sebagai istri yang dicintai. Meskipun demikian, Karina tetap bertahan, berharap bahwa suatu hari nanti mereka akan berubah dan memperlakukannya dengan lebih baik. Namun, kenyataan ini memaksanya untuk mempertanyakan cintanya pada Ryan, yang ternyata hanya memberinya kekerasan dan kesakitan.
Namun kini, pria itu telah melanggar batas yang paling sakral, membawa wanita lain ke dalam rumah mereka dan mempermalukan Karina di tempat yang seharusnya menjadi tempat intim dan suci bagi mereka. Hatinya terasa seperti ditusuk oleh seribu jarum api yang membakar dan menyakitkan, setiap denyut nadinya terasa seperti teriris oleh pisau yang tajam.
"Ryan... " Suara Karina terdengar serak dan tercekat, seperti ada yang menghimpit tenggorokannya.
Suara yang familiar itu menghentikan Ryan di tengah aksi beradu ciuman dengan wanita lain. Dia berbalik perlahan ke arah pintu, dan begitu mata mereka bertemu, Ryan terkejut. Namun, kejutan itu hanya berlangsung sesaat sebelum wajahnya berubah menjadi datar dan acuh tak acuh. "Apa yang kamu lakukan di sini?" Ryan bertanya dengan nada marah dan menghina, seolah-olah Karina adalah orang asing yang tidak berhak memasuki rumah mereka. "Tidak bisa mengetuk pintu sebelum masuk? Kamu tidak punya etika sama sekali!"
Perkataan Ryan bagai pisau yang tajam, mengiris hati Karina hingga air mata di pipinya mengalir deras.
"Wanita ini siapa?" tanya wanita misterius di samping Ryan dengan nada yang manja dan menggoda, sambil melingkarkan kedua lengannya di leher Ryan seperti seekor ular yang membelit mangsanya.
"Siapa wanita ini?" tanya wanita cantik di samping Ryan dengan nada yang tidak sabar dan penasaran, sambil mengaitkan kedua lengannya di leher Ryan dan memandang Karina dengan mata yang penuh kecurigaan.
Ryan mendengus dengan nada meremehkan. "Jangan perdulikan dia, dia hanya seorang pembantu yang dibayar untuk melayani keluarga kami. Dia tidak lebih dari itu," katanya dengan nada yang dingin dan tidak peduli.
Karina menghela nafas dalam-dalam, kemudian menyeka air mata di pipinya dengan punggung tangannya. Dengan suara yang tegar dan penuh keberanian, dia berkata, "Ya, saya memang pembantu di rumah ini. Tapi hari ini, saya memutuskan untuk melepaskan diri dari perbudakan ini! Saya berhenti, selamat tinggal!"
Setelah mengatakan itu, karina berbalik dan melangkahkan kakinya menuju pintu.
Ryan mencibir dengan nada meremehkan dan menghina. "Kamu mau kemana? Apakah kamu punya tempat untuk pergi? Atau kamu akan menjadi pengemis di jalanan dan menjual diri untuk bertahan hidup? Kamu tidak memiliki apa-apa tanpa aku dan keluarga ini. Kamu hanya seorang pembantu yang tidak berharga!"
Karina menghentikan langkahnya sejenak, lalu berbalik dan menatap Ryan dengan senyum tipis yang penuh kepercayaan diri. "Kamu berpikir aku tidak bisa hidup tanpamu? Sayang sekali, Ryan. Aku telah belajar untuk mandiri dan tidak bergantung pada siapa pun, bahkan tidak pada kamu." Dengan nada yang tenang dan percaya diri, Karina melanjutkan langkahnya, meninggalkan apartemen yang telah menjadi tempat tinggalnya selama lima tahun terakhir. Dia melangkah keluar dari pintu apartemen dengan kepala tegak, meninggalkan Ryan dan kenangan pahit di belakangnya.