Aku yang menyimpan setiap cerita dalam diamku. menuangkan setiap rasa pada pena didalam kertas putihku. Aku yang takut kamu tahu, meski aku ingin kamu melihat aku yang menyimpan rasa kepadamu. Sampai kapan aku harus menunggu atau menyimpannya dalam diamku dan merelakanmu bahagia atas rasa dihatimu.
setiap hari dipinggir danau ini aku menunggunya.. ditemani gitar tua peninggalan ayah, yang selalu mengiringi suaraku dan dia saat bernyanyi..
ibarat kaca hatiku telah pecah berkeping-keping .. seperti petir yang menyambar disiang hari .. saat mendengar ceritanya .. dia yang mencintai sseorang dan itu bukan aku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Uswatun Khasanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1. Laury dan Reska
Namaku Laury Manggesa Rahma, teman-teman biasa memanggilku Lury tapi tidak dengan sahabatku yang satu ini, Reska Adi Pangestu. Dia selalu memanggilku, Geges. Sebenarnya aku tidak menyukai itu, tapi biarlah jika itu yang membuatnya senang. Dan bahkan aku merasa spesial dengan nama itu, seakan dia tidak ingin memanggil ku dengan sebutan yang sama dengan yang lain.
Setiap hari aku selalu menunggunya dipinggir danau ini ditemani gitar tua peniggalan ayahku. Aku selalu bernyanyi diiringi oleh gitar ini, tak lupa juga selalu ku tuliskan isi hatiku tentang dirinya. Dipinggir danau ini adalah tempat yang menjadi pertemuan hingga kebersamaan kita untuk bertukar cerita. Aku selalu menulis cerita ku saat menghabiskan waktu bersamanya, dibuku diaryku yang tak seorang pun tau kecuali diriku.
Beberapa waktu lalu aku pernah berjalan menghabiskan waktu hingga malam bersamanya. Hanya sekedar melihat suasana malam Kota Jakarta dengan menggunakan motornya yang berwarna merah. Yang paling tidak ketinggalan adalah makan malam bersama, kita mampir ditenda pinggir jalan yang menjual ayam bakar dan pecel ayam. Disitulah saat-saat kita bercerita, lebih seringnya aku yang mendengarkan cerita darinya.
Pagi itu dikelas, seperti biasa aku duduk dibangku ku paling depan sambil melihat foto dihandphoneku. Foto-foto saat bersamanya. Aku tersenyum melihat kekonyolan wajahnya dalam foto itu. Dan tiba-tiba saja dia melangkahkan kaki dengan wajah yang lesu, entah karena masih mengantuk atau karena sedang ada masalah. Dia duduk terdiam menenggelamkan wajahnya kedalam kedua tangganya yang ditaruh diatas meja. Aku pun menghampirinya dan duduk disampingnya. Aku berniat untuk menghiburnya dan membuatnya tersenyum lagi tanpa harus memikirkan beban-beban dalam hatinya.
“hey .. kenapa sih ? ada masalah ?” Tanya ku sambil menepuk bahunya.
“ngga qo’. Ngantuk ajah gue.” Jawabnya.
“hemm ,, gue tau nih , pasti lo semalem abis nonton bola kan ? hayoo jujur lo sama gue.” Ucapku yang mengetahui kebiasaannya.
“hehe .. iya ..” sahutnya dengan senyuman dibibirnya.
“yaudah yuk kekantin sarapan dulu. Gue tau lo belum sarapan.” Ucapku.
Dia pun bangkit dari duduknya dan mengikuti langkahku keluar kelas. Kita berjalan bersama menuju kantin untuk memesan makanan yang bisa mengganjal kekosongan perut kita untuk dua jam pelajaran kedepan. Seperti biasa kita makan sambil bercerita-cerita, tapi kali ini aku hanya mendengarkan ceritanya tentang pertandingan bola tadi malam. Hufh, sejujurnya aku tidak mengerti apa yang diceritakannya, karna aku bukan penggemar bola. Tapi aku berusaha menjadi pendengar yang baik, setidaknya aku bisa kembali melihat keceriaan diwajahnya.
Bel tanda masuk berbunyi dan mengharuskan kita kembali kekelas untuk memulai pelajaran. Aku duduk di kursiku paling depan dan dia berada dua bangku dibelakangku dibaris kiri.
Setelah selesai jam pelajaran , aku dan dia berlanjut melangkahkan kaki menuju parkiran untuk mengambil motornya. Agenda kita hari ini adalah mencuci motornya yang sudah terlihat kusam. Sesampainya ditempat tujuan, aku dan dia duduk berhadapan. Sambil menunggu, seperti biasa kita habiskan waktu untuk mengobrol. Aku kembali mendengar ceritanya, tapi kali ini dengan cerita yang berbeda bukan lagi tentang hobi dan kesehariannya melainkan tentang isi hatinya.
“gue lagi punya misi nih buat dapetin seseorang.” Ucap Reska.
Itulah yang diucapnya langsung dihadapanku yang membuatku terkejut dan membuat jantungku berdetak lebih kencang, mataku tajam menatapnya.
“oh ya ? siapa ?” Tanyaku seakan-akan menutupi semua sakit dihatiku.
“itu anak sebelah ..” Jawabnya dengan santai disertai senyuman.
“anak sebelah ?”
Aku berfikir, dan mengingat-ingat siapa gadis yang pernah didekatinya saat disekolah. Aku pun teringat saat dia duduk dan bercanda dengan kiky, teman satu angkatanku yang berbeda kelas dengan kita. Namanya Risky Putri Kamilah teman-teman biasa menyapanya “Kiky” tapi Reska menyapanya “putri”. Seakan itu menjadi panggilan spesialnya untuk kiky.
Dia pun melanjutkan ceritanya tentang Kiky, gadis pujaan hatinya. Dia menjelaskan kenapa dia menyukai gadis itu. Dia bilang panggilan “putri” itu adalah panggilan sayang darinya untuk gadis itu. Yaa, benar saja dugaanku tentang panggilan itu. Panggilan “putri” itu , panggilan yang menandakan bahwa gadis itu adalah sang putri dihatinya. Dan semua penjelasannya membuat hatiku semakin sakit, namun meskipun begitu aku tetap tersenyum dihadapannya, seolah aku merasa bahagia atas kebahagiaannya.
Ketika dia sedang mengambil motor yang telah selesai dibersihkan, aku sempatkan meneteskan air mata untuk sekedar sedikit melepas rasa sakit dalam hatiku. Dadaku, nafasku rasanya masih sesak seperti terhimpit, begitu terasa, sangat terasa. Langsung saja kuhapus air mata itu dengan tanganku sebelum ia datang dan mengetahui bahwa aku menangis.
Aku pun berdiri dan menghampirinya yang telah berada diatas motornya, aku duduk terdiam dibelakangnya. Motor itu mulai melaju, aku tau tujuannya. Danau, yaa danau tempat dimana kita bersama berbagi cerita, canda, tawa dan melepas semua beban-beban kita.
Kini aku dan dia duduk di tepi danau, untuk melepas lelah dan menikamati kesejukan udara di pinggir danau itu. Aku tak membawa gitar yang biasa ku gunakan untuk mengiringi ku bernyanyi. Namu tiba-tiba ia bernyanyi dengan suara merdunya.
“(sammy_dia) tak perlu ku bermimpi yang indah .. karna ada dia dihidupku .. ku ingin dia yang sempurna .. untuk diriku yang biasa .. ku ingin hatinya , ku ingin cintanya .. ku ingin semua yang ada pada dirinya ..” Begitulah nyanyiannya, aku pun ikut bernyanyi dan mengiringi dengan gitarku.
“hahaha ga usah ngegalau gitu kali.” Ucapku.
“siapa juga yang galau.” Sahutnya.
“eh tapi lo mau kan bantuin gue ? pokonya lo harus bantuin gue nyiapin kejutan buat dia. Besok itu hari ulang tahunnya dia. Gue mau bikin kejutan buat dia dan gue juga mau nyatain perasaan gue ke dia. Lo bantu gue ya ..” pinta Reska.
Hatiku terasa tergores, tertusuk bahkan hingga tercabik-cabik dan jika diibaratkan seperti gelas, mungkin hatiku telah pecah berkeping-keping. Perih rasanya seperti luka yang diberi tetesan air cuka. Ingin rasanya aku menangis saat itu juga, namun aku menghargainya dan tak ingin merusak ataupun menghapus
bahagianya. Aku kuatkan hatiku untuk berkata “ya” menyetujui permintaannya, dan aku berusaha menarik bibirku agar tersenyum dihadapannya walaupun ku menahan sakit dalam hatiku.
“mmh .. yaudah kalo gitu sekarang lo temenin gue cariin kado buat dia. Kira-kira cewe itu sukanya dikasih apa ?” tanya Reska.
“mhh ,, kasih apa yaa ?? mungkin boneka atau lebih romantis lagi .. mhh ,, lo kasih kalung. Nama kalian kan sama tuh dari huruf R .” Jelas ku.
“iya juga yaa ,, emang deh sahabat gue yang satu ini tuh paling-paling pinter dan paling bisa menciptakan suasana romantis.” Ucap Reska sambil menyubit kedua pipiku.
.
.
.
Bersambung . . .
Al Ghazali as Reska