Kania Ishaq telah mencintai suaminya Daniel Saliem selama 10 tahun sejak Ia masih Remaja.
Namun, meskipun telah menikah dengan Daniel selama 7 tahun, bahkan Mereka telah memiliki seorang putri yang cantik bernama Elisa Saliem, Tetap saja tidak membuat Daniel bisa mencintainya.
Bahkan selama 2 tahun terakhir, Daniel malah berhubungan dengan adik tirinya Serena Gunawan tanpa malu dihadapannya.
Yang lebih menyedihkan, Putrinya sendiri, Elisa lebih menyukai Serena dibandingkan dirinya.
Akhirnya, Kania menyadari bahwa Ia telah melakukan hal yang sia-sia. Ia meninggalkan karirnya yang cemerlang sebagai dokter spesialis muda genius yang begitu dibanggakan profesornya namun berakhir mengecewakannya hanya untuk mengejar cinta.
Kania mengambil keputusan. Ia lelah mencintai sendirian dan sakit sendirian. Ia memutuskan untuk bercerai dan memulai hidupnya kembali.
Ia tak mau menyia-nyiakan waktunya lagi.
Bagaimana kisah Kania dan Daniel?
Selamat membaca...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maufy Izha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 : Anda Terlalu Percaya Diri
Kania sedang membaca pesan text dari Alex. Produksi Sampek produk terbaru Guardian Group sudah selesai. Bulan depan adalah waktu peluncurannya.
Membaca informasi dari Alex m, perasaan Kania yang buruk sejak semalam langsung menjadi baik.
Tidak lama lagi Ia juga akan meninggalkan perusahaan ini. Bulan depan, Saat perusahaan SaliTech di resmikan, Ia dan Alex juga akan meluncurkan produk terbaru Guardian Group. Dan Kania sudah tidak berada disini lagi.
Tepat saat sedang membayangkan momen peluncuran itu, Fahri datang, namun kali ini, Pria itu tidak lagi bersikap congkak seperti biasa.
"Bu Clara, tolong antarkan Kopi untuk Pak Daniel"
"Baik"
Clara pun segera bangkit menuju ruang pantry. Selesai membuat kopi. Kania tidak masuk ke ruangan Daniel, melainkan menghubungi ruangan sekretaris pribadi Daniel.
"Bu Nara, Saya diminta untuk membuat Kopi, Bisakah Bu Nara membantu Saya untuk mengantarkan Kopinya? Saya sudah dilarang masuk kesana"
"Benarkah? Baiklah kalau begitu, Kamu kesini sekarang"
"Baik"
Kania pun menuju ke ruang Nara yang sudah menunggunya di depan pintu.
"Kamu... yakin kalau kamu dilarang masuk?"
"Yakin, Kemarin Pak Daniel sendiri yang mengatakannya"
"Oke. Aku akan bantu Kamu antarkan"
"Terima kasih Bu Nara"
Nara pun mengangguk kemudian masuk ke ruangan Daniel. Sementara Kania langsung kembali ke meja kerjanya. Grace sudah melewati masa pelatihan darinya, jadi sebagian pekerjaannya sudah beralih Grace, Kania pun tidak terlalu sibuk seperti hari-hari sebelumnya.
Daniel tengah memeriksa beberapa dokumen untuk rapat berikutnya saat Nara masuk seraya meletakkan kopi di mejanya.
"Bu Kania menyiapkan Kopi ini Pak"
Ucap Nara dengan sopan.
Daniel mendongak, Kemudian dengan dingin berkata,
"Kenapa Kamu yang antarkan?"
"Bu Kania bilang Anda melarangnya masuk ke ruangan Anda"
"Saya melarangnya?"
"Betul Pak"
Daniel pun hanya mengangguk dan melambaikan tangannya sebagai isyarat untuk Nara agar keluar dari ruangannya.
Nara pun membungkuk hormat, kemudian pergi dari sana.
Daniel menatap kopi itu, sebelum tersenyum sinis. Jadi, Kania sedang ngambek padanya, begitu? Pikir Daniel.
Daniel tidak perduli. Wanita itu bisa melakukan apapun sesuka hatinya. Daniel tidak tertarik untuk menanggapinya.
Saat tenggelam dalam pikirannya, Nenek Salim meneleponnya. Daniel mengerutkan kening. Tumben sekali Neneknya meneleponnya pagi-pagi begini. Ada apa? Pikirnya sedikit khawatir.
Daniel pun menggeser layar untuk menjawab panggilan itu.
"Apa yang terjadi sebenarnya???"
Suara Kakek Salim terdengar menggelegar. Kakek?
"Ada apa Kek? Apa yang sedang Kakek bicarakan?
Daniel tentu saja bingung. Namun setelah di ingat-ingat, Ia baru menyadari, mungkin karena Dia meninggalkan rumah Kakek-neneknya semalam makanya Mereka marah sekarang.
Seolah mengetahui masalah yang membuat Kakek dan Neneknya marah, Daniel pun segera menjelaskan.
"Maaf Kek, semalam ada pekerjaan mendadak, jadi Aku meninggalkan rumah dan tidak bisa kembali"
"Bukan itu yang Aku tanyakan. Kau mau pergi atau tidak Aku tidak perduli. Tapi, kenapa Kania tiba-tiba bilang kalian akan bercerai???? Apa yang Kau lakukan padanya, dasar tidak punya perasaan!"
Daniel tentu saja tidak menyangka jika Kania sudah mengatakan tentang gugatan cerai itu. Daniel bahkan belum sempat atau tidak ingin? Mengkonfirmasinya.
"Kakek tenang dulu.."
"Tenang Kepalamu! Kenapa? Katakan Kenapa? Kalian tampak harmonis, baiklah mungkin tidak terlalu harmonis! Tapi, kalian sudah memiliki seorang Putri, bisakah kalian memikirkan masa depannya?"
"Kakek.. Kakek sudah tahu bahwa Aku menikahinya karena perintah kalian berdua, dan Aku sudah menaatinya, jadi apapun keputusan Kami, bisakah jangan ikut campur dulu?"
"Kamu!!"
"Baiklah, Aku akan membicarakannya nanti.. Aku.."
Belum selesai bicara, terdengar bunyi sambungan telepon telah terputus. Kakeknya sudah pasti marah besar.
"Panggil Kania ke ruanganku sekarang"
Tak lama kemudian, Terdengar suara ketukan pintu sebanyak 3 kali.
"Masuklah"
Kania masuk dengan tenang. Tidak ada ekspresi aneh atau malu-malu seperti biasanya. Wajahnya tenang dan dalam.
Kania membungkuk hormat, Kemudian bertanya.
"Pak Daniel memanggil Saya?" Tanyanya.
"Langsung saja, Apa maksudmu?"
"Saya tidak mengerti"
"Jangan berpura-pura. Kakek baru saja meneleponku"
"Saya sudah mengirimkan email pada Anda, lebih dari dua Minggu yang lalu. Seharusnya Anda sudah mengetahuinya terlebih dahulu"
Daniel mengangkat sebelah alisnya. Ia sedikit merasa aneh dengan sikap 'tidak biasa' dari Istrinya ini.
"Berhentilah bersikap kekanak-kanakan"
"Pak Daniel, sepertinya Anda salah paham. Saya mengajukan gugatan cerai, Saya bersungguh-sungguh untuk itu. Mengenai pengunduran diri Saya, itu juga sama. Saya sungguh-sungguh tentang keduanya. Saya rasa Saya sudah menuliskan semua detail alasan untuk kedua hal itu. Tapi, Jika Anda masih menganggap itu lelucon dari Saya, maka itu bukan salah Saya"
"Kania, Kamu fikir dengan begini Akun akan tertarik?"
"Saya tidak ada niatan seperti itu. Saya hanya merasa tidak ada gunanya lagi melanjutkan pernikahan Kita. Saya masih berusia 25 tahun, Saya juga memikirkan kondisi mental Elisa. Tidak mungkin seumur hidup Saya memberinya keluarga bahagia yang palsu. Saya harap Anda mengerti"
"Kamu fikir Aku percaya? Semua yang Kamu lakukan selama ini adalah untuk mencari perhatianku. Bukankah kali ini juga?"
"Maaf Pak, Saya rasa Anda terlalu percaya diri. Bahkan hubungan pernikahan yang terjadi selama puluhan tahun dari pasangan yang saling mencintai saja bisa berakhir, apalagi pernikahan Kita? Hati manusia berubah-ubah Pak"
Daniel terdiam. Dia menatap Kania dalam-dalam, namun sekali lagi tidak ada ekspresi lain di wajah wanita itu selain kesungguhan. Wajahnya tenang dan damai. Tidak ada rona gugup seperti mengada-ada.
"Ada lagi Pak?"
Daniel tidak menjawab, melainkan membuag muka.
"Kalau begitu Saya permisi"
Kania berbalik dan hendak pergi, namun Ia kembali membalikkan badannya menghadap Daniel.
"Tolong selesaikan proses perceraian Kita secepatnya, Saya sudah mengajukan semua persyaratannya dalam surat gugatan itu, Saya berani jamin, tidak ada satupun poin yang merugikan Anda. Jika sudah setuju, Anda bisa menghubungi Saya"
Tanpa menunggu respon Daniel, Kania berlalu pergi meninggalkan ruangan itu. Daniel hanya menatap punggungnya yang semakin menjauh dengan wajah datar.
****
"Ada apa? Aku dengar Pak Daniel memanggilmu"
Tanya Grace saat melihat Kania kembali ke mejanya.
"Tidak ada, hanya penyelesaian prosedur pengunduran diriku"
"Oh begitu... Kania, maaf kalau pertanyaanku menyinggung perasaanmu, Tapi... Kenapa tiba-tiba Kamu mengundurkan diri? Padahal Kamu termasuk karyawan yang berprestasi disini. Kamu cerdas dan cekatan, bahkan dewan direksi pun mengakui kinerjamu"
Kania tersenyum, Kemudian menjawab,
"Aku menemukan pekerjaan lain yang sesuai dengan minatku, bayarannya juga lebih tinggi, lalu, tidak akan ada manusia sejenis Fahri disana"
"Hahahaha Kamu ini. Baiklah, Aku doakan semoga Kamu lebih sukses disana. Doakan Aku juga supaya bisa menggantikan pekerjaanmu dengan baik, sejujurnya Aku tidak terlalu yakin"
"Apa maksudmu, Kamu berbakat dan rajin, Grace. Aku yakin Kamu pasti bisa, cukup asah jam terbangmu, lambat laun kamu pasti akah menguasai pekerjaan ini"
"Terima kasih Kania. Jangan lupakan Aku, Kapan-kapan mari kita makan bersama"
"Tentu"
Percakapan Mereka berakhir begitu juga dengan jam kerja perusahaan. Kania bersiap untuk turun. Alex baru saja mengirim pesan bahwa Ia sudah sampai di depan perusahannya.
Bersambung ....
wah keren ,,KK iparku jg kerja di Hongkong