NovelToon NovelToon
JEDA

JEDA

Status: sedang berlangsung
Genre:Wanita Karir / CEO / Romansa
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Wiji

Nathan mengira ia hanya mengambil jeda, sedikit waktu untuk dirinya sendiri, untuk menyusun ulang hidup yang mulai tak terkendali.
Kayla mengira ia ditinggalkan. Lagi-lagi diabaikan, disisihkan di antara tumpukan prioritas kekasihnya.

Saat jarak berubah jadi luka dan diam jadi pengabaian, cinta yang semula kokoh mulai goyah.
Tapi cinta tak selamanya sabar.
Dan Nathan harus bertanya pada dirinya sendiri.
Masih adakah yang bisa ia perjuangkan saat semuanya nyaris terlambat?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wiji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

29

Sudah empat hari sejak malam hujan itu. Empat hari sejak Kayla membiarkan Nathan menunggu di bawah apartemen tanpa pernah tahu bahwa ia melihatnya dari balik tirai. Sejak malam itu, segalanya berubah, bukan karena pertengkaran, tapi karena diam yang terlalu panjang.

Kayla tetap menjalani hari seperti biasa. Bangun pagi, membuat teh, lalu berangkat kerja. Tapi semuanya terasa mekanis, seolah tubuhnya bergerak tanpa kendali pikiran. Musik yang dulu menemaninya setiap pagi kini terasa bising, dan notifikasi dari Nathan yang dulu membuatnya tersenyum, kini hanya jadi gangguan kecil yang segera ia matikan.

Nathan masih menghubunginya.

Setiap pagi ada pesan baru.

[Selamat pagi, sayang.]

[Jangan lupa sarapan ya.]

[Sore ini aku jemput?]

Kayla membaca semuanya. Tidak satu pun ia abaikan. Tapi tidak satu pun juga ia balas dengan hangat. Kadang ia menjawab singkat.

[Pagi.]

[Udah.]

[Nggak usah, aku bisa pulang sendiri.]

Tidak ada emoji, tidak ada gurauan. Datar. Tenang. Tapi justru itu yang paling menyakitkan. Nathan tidak tahu bahwa tenang yang seperti itu bukan berarti baik-baik saja.

Di kantor, Kayla berusaha fokus. Tapi pikirannya sering melayang, bukan ke Nathan, tapi ke percakapan terakhir dengan Davin. Ia masih ingat ekspresi Davin saat mengatakan jika Nathan akan berangkat ke Kanada.

"Dia cuma belum siap bilang. Jangan berburuk sangka." kata Davin waktu itu.

Tapi bagi Kayla, alasan “belum siap” sudah terlalu sering digunakan.

Dan kali ini, hatinya menolak untuk kembali percaya.

Sore itu hujan lagi. Tidak sederas malam itu, tapi cukup membuat jalanan tampak kelabu. Kayla duduk di dekat jendela kafe kecil di bawah gedung kantornya, memandangi tetes air yang jatuh perlahan di luar sana.

Ia menatap ponselnya yang bergetar.

[Aku udah di parkiran kantor kamu.]

[Ayo pulang bareng.]

Kayla menatap layar itu lama. Dulu, ia akan tersenyum dan segera turun. Tapi sekarang, pesan itu hanya menambah sesak yang tak bisa dijelaskan.

Ia mengetik pelan.

[Nggak usah, Nath. Aku mau nongkrong dulu sama anak-anak.]

Padahal ia duduk sendiri di kafe yang hampir kosong. Nathan tidak membalas lama, hanya mengirim satu pesan lagi.

[Oke. Hati-hati ya.]

Kayla menatap pesan itu, lalu meletakkan ponselnya menghadap ke bawah. Ia menatap bayangannya di kaca jendela. Matanya sayu, kulitnya tampak pucat. Tapi yang paling mencolok adalah tatapan kosong, tatapan orang yang sudah berhenti berharap sesuatu akan berubah.

Malamnya, saat sampai di apartemen, lampu-lampu kota tampak berpendar lembut di balik jendela. Kayla menatap ke luar lama. Ia tahu Nathan mungkin masih berusaha mencari cara untuk bicara, tapi untuk pertama kalinya dalam hubungan mereka, ia tidak ingin mendengar penjelasan apa pun.

Ia hanya ingin tenang. Tenang, meski tanpa Nathan.

Ponselnya bergetar lagi. Panggilan video dari Nathan. Kayla menatap layar itu tanpa ekspresi, lalu menekan tombol merah. Ia tidak sanggup pura-pura tersenyum. Beberapa detik kemudian pesan baru masuk.

[Aku cuma mau lihat kamu. Aku kangen. Aku salah apa lagi sampai kamu abaikan aku, hm? Ayo kita bicara kalau memang ada yang membuatmu kecewa atau tidak nyaman. Seperti biasa, aku akan berusaha memperbaikinya. Tolong bicara, Sayang.]

Kayla membaca pesan itu sambil menggigit bibir bawahnya. Ada bagian dalam dirinya yang ingin menangis, tapi air mata sudah habis sejak malam itu.

Ia mengetik balasan, tapi jari-jarinya berhenti di tengah kalimat. Akhirnya, ia hapus semuanya dan menaruh ponsel di meja.

Hujan di luar berhenti. Tapi di dalam dadanya, masih mendung.

Kayla menatap foto mereka berdua yang masih tergantung di sisi lemari. Foto itu diambil di taman saat ulang tahunnya, Nathan memeluknya dari belakang, wajah mereka berdekatan, mata Nathan tertawa. Ia menatapnya lama, lalu mengambil bingkai itu perlahan. Dengan hati-hati, ia membaliknya dan meletakkannya di meja, membiarkan sisi belakang foto yang polos menghadap ke depan.

Tidak ada marah, tidak ada tangis. Hanya kelelahan yang begitu sunyi.

Di sisi lain kota, Nathan duduk di dalam mobilnya, menatap layar ponsel yang sepi dari balasan. Ia mengetuk setir pelan, mencoba memahami apa yang salah. Ia tidak tahu, bahwa jawaban yang ia cari sebenarnya bukan tentang apa yang salah. Tapi tentang kapan ia mulai kehilangan Kayla, tanpa ia sadari.

Kayla mematikan lampu kamar, membiarkan kegelapan menelan seluruh ruang. Dan di tengah hening itu, untuk pertama kalinya sejak lama, ia tidak memikirkan Nathan sama sekali.

1
Paradina
Lanjut kakak, seru setiap bab
no name: Terima kasih, kak. tiap hari up kok, meskipun cuma 1. hehe.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!