NovelToon NovelToon
Setelah 100 Hari

Setelah 100 Hari

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor jahat / Nikahmuda / Penyesalan Suami / Selingkuh
Popularitas:1.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: Itha Sulfiana

"Setelah aku pulang dari dinas di luar kota, kita akan langsung bercerai."

Aryan mengucapkan kata-kata itu dengan nada datar cenderung tegas. Ia meraih kopernya. Berjalan dengan langkah mantap keluar dari rumah.

"Baik, Mas," angguk Anjani dengan suara serak.

Kali ini, dia tak akan menahan langkah Aryan lagi. Kali ini, Anjani memutuskan untuk berhenti bertahan.

Jika kebahagiaan suaminya terletak pada saudari tirinya, maka Anjani akan menyerah. Demi kebahagiaan dua orang itu, dan juga demi kebahagiaan dirinya sendiri, Anjani memutuskan untuk meninggalkan segalanya.

Ya, walaupun dia tahu bahwa konsekuensi yang akan dia hadapi sangatlah berat. Terutama, dari sang Ibu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Sulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidak lagi

Saat Anjani kembali membuka matanya, silau sinar lampu membuat ia memejam kembali. Aroma obat-obatan khas rumah sakit tercium cukup tajam di hidungnya.

Perempuan itu tampak meringis sebentar lalu membuka matanya kembali secara perlahan. Ruangan berwarna putih bersih itu cukup familiar. Saat ia mengangkat tangan kirinya, dijumpainya jarum infus yang tertancap dipunggung tangannya.

"Siapa yang membawaku kemari?" gumamnya perlahan.

Dia berusaha untuk bangun. Namun, tubuhnya terasa sakit semua. Ingatan tentang kejadian sebelumnya tiba-tiba berkelabat dalam kepalanya.

"Mama..." lirih Anjani.

"Anjani."

Perempuan itu sontak menoleh ke sumber suara. Untuk sepersekian detik, ia tampak tertegun.

"Jadi, yang aku lihat sebelum pingsan... benar-benar dia?" lirih Anjani dalam hatinya.

"Bagaimana keadaan kamu?" Pria itu perlahan mendekat. Sepasang matanya tampak dipenuhi kekhawatiran. Tanpa sadar, dia mengelus kepala Anjani kemudian memeriksa luka yang wanita itu derita secara seksama.

Lengan Anjani tampak memar karena berusaha melindungi wajahnya dari pukulan sang Ibu. Sementara, kepala bagian belakangnya harus menerima sepuluh jahitan akibat hantaman vas bunga yang sang Ibu lakukan terhadap dirinya.

"Aku baik-baik saja," jawab Anjani. Dijauhkannya tangan pria itu dari tubuhnya.

Mulai sekarang, keduanya harus menetapkan batasan. Surat perjanjian cerai sudah ditandatangani oleh kedua belah pihak. Itu artinya, tinggal selangkah lagi hubungan mereka akan benar-benar kembali menjadi asing.

"Tubuh kamu penuh dengan bekas memar. Kepala kamu juga sampai berdarah. Andai aku datang sedikit terlambat, mungkin kamu hanya akan tinggal nama saja, Anjani," kata Aryan panjang lebar.

"Terima kasih sudah membantuku," ucap Anjani sambil tersenyum. "Oh iya, Mama dimana?"

"Dia di rumah. Sedang tertidur pulas karena diberi obat penenang oleh dokter."

"Syukurlah!" ucap Anjani sambil bernapas lega.

Aryan menatap perempuan itu dalam-dalam. Dia tak habis pikir dengan jalan pikiran Anjani. Setelah mendapatkan penyiksaan seperti itu dari sang Ibu, dirinya tetap terlihat tegar dan berusaha kuat. Dia bahkan tak terlihat membenci sang Ibu sama sekali.

Padahal, yang dilakukan oleh sang Ibu adalah kekerasan yang hitungannya cukup keras hingga mengancam nyawa.

"Kenapa kamu pulang sendirian? Kenapa tidak mengajakku juga? Andai kita datang bersama, mungkin kamu nggak akan dipukuli sampai seperti ini."

"Kita akan bercerai. Jadi, untuk apa kita harus datang bersama?" sahut Anjani dengan dingin.

"Setidaknya, kita bisa menjelaskan semuanya secara bersama-sama kepada Mamamu. Mungkin, beliau tidak akan mengamuk andai kita bisa memberinya pengertian."

"Nggak perlu," tolak Anjani. "Sebenarnya, aku bisa sendiri andai calon istri dan calon mertuamu tidak ikut campur. Penyakit depresi Mamaku nggak mungkin kambuh andai bukan mereka yang memancing."

Kali ini, Aryan tak bisa memberi pembelaan apapun kepada Luna. Anjani benar. Luna dan kedua orangtuanya adalah dalang dibalik semua ini. Mereka bertiga adalah provokator yang mendorong Ibu kandung Anjani jadi tak terkendali.

"Apa Mama kamu selalu melakukan hal seperti itu setiap kali dia kambuh?"

Anjani menghela napas panjang kemudian mengangguk. "Iya. Dia selalu seperti itu. Dia selalu melampiaskan amarah akibat kegagalannya mempertahankan suaminya kepadaku."

"Jadi, ini bukan pertama kalinya?" tanya Aryan dengan suara serak.

"Tentu saja bukan," jawab Anjani. "Kakiku bahkan pernah patah karena didorong dari tangga lantai dua di rumah kami."

Degh!

Hati Aryan serasa mencelos. Tak ia sangka jika hidup Anjani ternyata seberat ini. Memiliki Ibu yang menderita depresi telah membuat perempuan itu banyak menderita.

"Anjani... Apa kamu tidak pernah berpikir untuk mempertahankan rumah tangga kita?" tanya Aryan lagi.

Perempuan itu menatap Aryan tanpa berkedip kemudian menggelengkan kepala dengan pelan. "Tidak ada yang perlu dipertahankan. Sejak awal, pernikahan ini seharusnya memang tidak pernah ada."

"Kenapa kamu harus bilang seperti itu, Anjani? Apa kamu nggak mau mempertahankan pernikahan ini? Bukannya... Kamu sangat mencintaiku?"

"Setelah pulang dari sini, aku akan langsung keluar dari rumah kamu," lanjut Anjani yang membuat lamunan Aryan jadi terputus.

"Kenapa harus keluar? Rumah itu akan jadi milik kamu."

"Nggak perlu," tolak Anjani. "Aku nggak butuh rumah itu."

"Kenapa nggak butuh? Bukankah, kamu pernah bilang kalau kamu sangat suka dengan rumah itu?"

Tatapan Aryan terlihat sangat sendu dan diliputi rasa kecewa. Hal itu pun membuat Anjani jadi tersenyum miring.

"Kamu benar-benar aneh, Aryan. Kenapa kamu mendadak jadi perhatian seperti ini? Bukankah, dari dulu kamu selalu bilang kalau rumah itu sebenarnya kamu buat untuk kekasihmu? Jadi, berikan saja rumah itu untuknya. Tidak usah mengasihani aku."

"Tapi, aku..."

"Sudahlah," potong Anjani cepat. "Aku lelah. Aku ingin tidur sebentar."

Aryan pun menghela napas panjang. "Baiklah. Selamat beristirahat!"

Anjani tak menjawab. Dia membaringkan kembali tubuh lelahnya diatas tempat tidur pasien lalu menutup mata secara perlahan.

Dia tidak berbohong. Dia benar-benar sangat lelah.

***

"Kak Aryan.." seru Luna saat Aryan datang menemuinya di penginapan tempat dia dan keluarganya menginap.

Aryan tidak seramah biasanya. Pria itu memasang tampang datar saat Luna memeluknya dengan erat.

Bahkan, dia sengaja menjauhkan Luna dari tubuhnya saat wanita itu hendak mencium pipinya.

"Kenapa kalian datang kemari? Kenapa kalian harus memprovokasi Tante Mariana hingga mengamuk seperti itu?" tanya Aryan kepada Luna, Anton, dan juga Sandra.

Sandra adalah nama Ibu kandung Luna. Perempuan itu adalah cinta pertama Anton.

"Kak Aryan... kami nggak bermaksud memprovokasi. Kami hanya ingin berbagi kebahagiaan dengan Tante Mariana."

"Kebahagiaan apa yang ingin kalian bagi?"

Luna nyengir tak enak. Dia berusaha menutupi kegugupan yang saat ini dia rasakan.

"Tentu saja kabar bahagia tentang pernikahan kita, Kak Aryan."

"Bodoh," lirih Aryan tanpa sadar.

Luna pun melototkan matanya. Apa? Dia tidak salah dengar, kan? Barusan, Aryan mengatainya 'bodoh'?

"Kak..."

"Kalian semua tahu kalau Tante Mariana menderita depresi yang cukup parah. Dan, kalian dengan sengaja malah mengatakan hal tidak penting seperti itu?" Aryan mengusap wajahnya kasar. "Astaga! Sepertinya, kalian benar-benar manusia yang tidak punya hati. Kalian hampir membunuh Anjani. Kalian benar-benar tega. Aku kecewa pada kalian."

Kemudian, Aryan menatap Anton dengan sangat lekat. "Asal Om tahu... Diantara semuanya, saya paling kecewa pada Anda. Om, Anda benar-benar hampir melenyapkan nyawa putri kandung Anda sendiri," ucapnya penuh penekanan.

Tampak, tubuh pria tua itu mematung ditempat. Matanya perlahan memerah. Dia juga sadar jika dia sudah keliru. Memang benar. Dia hampir membuat putrinya meninggal didepan matanya sendiri.

1
Akbar Razaq
ih mudah sekali matinya si tua bangka harusnya di buat menderia
Mega Ony
endingnya kurang seru ataukah masih berlanjut ceritanya
Warsini Ani
selesai ni crita nya
Yani Suryani
aku tas bukan anaknya Aryan,si Luna ini persis ibunya 🤰 dengan laki lain tapi bilang anaknya orang yg bisa bikin hidup nyaman
Tasmiyati Yati
kakek marah lah punya anak ganteng kaya tapi belum laku
Tasmiyati Yati
opa restui saja kalau gak nanti Enzo jadi bujang lapuk lho
Marthina
koq bisa kenal germo...bisa jadi Luna sebelumnya mantan...pel......r
Rospita Ria Sihotang
aanjirrrr
semoga kebahagiaan milik kalian berdua
Rospita Ria Sihotang
semoga berjodoh anjani sama atasannya...
diatas luka pasti ada kebahagiaan
Trimarsiwi
masih suka mau baca kok habis sih
Rospita Ria Sihotang
yg kuat anjani...pasti kamu dapat priayg lbh baik yg sayang sama kamu
tapi sahabatmu kmn nggak datang
Cicih Sophiana
Aryan kamu baru sadar yah... dari dulu kesadaran kamu pergi kemana ajah 🤭😂😂
Rospita Ria Sihotang
tidak ada warisan buat anak haram
Rospita Ria Sihotang
semoga aja cepat kena kutuk
pelakor dan penghianat ..
Tasmiyati Yati
pak Enzo gak tanggung tanggung nolong pujaan hati
Akbar Razaq
itu jam berapa coba.koq pada masih ribut saja .ini lagi sì anu tiba tiba muncul kaya mbak kunti
Rospita Ria Sihotang
apakah nggak ada keadilan buat orang yg ditindas ????
Tasmiyati Yati
gak mungkin Luna bertahan kalau kamu bangkrut anton
Rospita Ria Sihotang
semoga ayahnya kena ajab dan lumpuh....
ayah kurang ajar
Eu Angel Lie
ngelawan org sakit jiwa emang susah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!