Riana yang berumur 17 tahun kelas 3 sma terpaksa harus menerima permintaan sang bunda untuk menikah muda. dengan erlangga laki-laki mengebalkan sekaligus rivalnya.
Erlangga yang terlihat cuek dan tidak peduli pada riana, justru menyimpan rasa cinta sangat besar hingga menjadi obsesi yang sangat gila.
mampukah riana menghadapi sikap Erlangga yang posesif dan manja itu?
dibalik pernikahan mereka ada sebuah masalah besar sedang menanti riana. mampu kah erlangga melindungi riana? atau justru sebaliknya.
kalo suka mampir yah gays😉
maaf kalo jelek soalnya karya pertama_<
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon istri'minyonggi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. menyesal
Cakra mulai berjalan mendekati anissa yang sedang mencoba mendobrak pintu.
Anissa sudah ketakutan melihat cakra yang sangat berbeda dari biasanya. Kini auranya lebih dominan mengintimidasi.
"jangan takut sayang, disini aman." ucap cakra membelai lembut wajah anissa.
"lepas. Gak usah mendekat bangsat." teriak anissa ketakutan.
bukannya berhenti cakra kini malah terus mendekati anissa bahkan membawanya kedalam kamar.
Sekuat tenaga anissa memberontak namun tidak mengurungkan niat cakra,.
Disisi lain riana merasa bakal ada sesuatu yang sangat menyakitkan tapi tidak tau apa.
Erlangga yang melihat riana mundar-mandi di depannya pun menegur agar duduk, pusing juga melihatnya seperti istrikaan baju yang belum kelar.
"nyonya kenapa sih? Pusing aku loh liatnya mundar- mandir begitu."
"gak tau loh ini perasaan aku gak enak." riana langsung duduk.
DREET DREET DREET
Tiba-tiba hp riana terus berbunyi. Entah siapa yang menelponnya.
"siapa?" tanya erlangga.
"bunda." jawab riana memperlihatkan layar hp.
Riana kemudian menjawab panggilan telpon sang bunda dengan senang hati.
["halo bun, gimana keadaan disana bunda sehat?]
["hai sayang, bunda sehat disini kamu sama suami sehatkan? Ini bunda lagi ada perlu sama cakra dari sore hpnya tidak aktif bunda perlu ngomong sesuatu urgent."] jawab bunda naya.
[cakra? Kalo gak salah terakhir sore dia kesini sih tapi udah pulang bun, tapi kalo bunda urgent banget aku bakal susul dia ke apartemen sekarang sama kak er."]
["makasih yah sayang maaf bunda jadi ngerepotin kalian berdua."] sesal naya.
["gak apa toh sambil jalan-jalan juga aku sama kak er, nanti kalo udah sampai di apartemen cakra aku hubungin yah bun.]
Setelah mendapatkan persetujuan sang bunda riana langsung mematikan panggilan telpon.
"paksu." manja riana.
"iya sayang. Aku anter ayo." erlangga tersenyum.
"tau gak sekarang bobby ada dimana?" riana langsung bersiap pergi.
"tadi sih bilangnya mau nongkrong sama anak-anak yang lain."
"tolong hubungin bobby bilang sama dia supaya pulang, kita mau kesana." pinta riana selesai bersiap dibalas anggukan oleh erlangga pertanda setuju.
Setelah selesai bersiap kini riana menaiki mobil bersama erlangga dengan kecepatan sedang menuju tempat cakra tinggal.
Tidak terasa kini mereka telah sampai disana, bahkan bobby sedang duduk diam dikursi sembari menunggu riana datang.
"gimana udah ketemu sama cakra?" riana langsung menghampiri bobby.
"aku belum ke atas, sengaja loh ini nungguin kalian berdua supaya bareng kedalamnya." bobby langsung berdiri dari duduknya.
"udah nanti aja ngobrolnya setelah liat cakra supaya tenang." lerai erlangga pada keduanya.
Anissa dan bobby. Keduanya menuruti omonganan erlangga langsung berjalan lumayan sedikit berlari.
Karna mau bagaimana pun bunda sudah menyuruh agar cepat menyampaikan pesan segera.
Sesampainya didalam apartemen kini mereka mendengar suara rintihan menangis sangat pilu.
Suara detak jantung bergemuruh kencang, dengan langkah gemetar bobby langsung menendang pintu dengan kencang hingga terbuka lebar.
"CAKRA ANJ*." suara teriakan riana menggema di seluruh bangunan.
Berbeda dengan bobby yang langsung marah langsung memukuli cakra terus-menerus tanpa ampun. Bahkan untuk melawan saja tidak mungkin.
Erlangga yang melihat anissa terduduk memeluk lutut takut, kini langsung membawa selimut untuk menutupi tubuh anissa polos tidak memakai busana.
"ri." lirih anissa tubuhnya bergetar hebat ketakutan.
"tenang-tenang disini ada aku. Maaf sungguh aku minta maaf niss." riana langsung memeluk anissa dengan erat.
Menyesal tadi sore kenapa membiarkan anissa pulang bahkan tadi saat dikejar cakra pikirnya dia tidak akan mungkin melakukan hal diluar batas tapi ternyata sekarang nasi sudah jadi bubur, tinggal penyesalan sudah bersarang dihati riana.
erlangga melerai bobby yang terus memukuli cakra hingga babak belur tidak berdaya.
"udah bob kamu gak liat dia hampir mati." cegah erlangga saat bobby hendak memukul cakra dengan lampu duduk disampingnya.
Terdiam gemetar tubuh bobby melihat kakaknya yang penuh luka, kini tergeletak tidak berdaya.
"AAAAAKKKKKHHHH CAKRA BANGSAT KENAPA LO LAKUIN HAL YANG PALING GUE BENCI." teriak marah bobby.
setelah membuat cakra terkapar tidak sadarkan diri, bobby langsung berlari menghampiri anissa dengan derai air mata mengalir.
"maaf maaf maaf." gemetar tubuh bobby langsung memangku anissa membawanya pergi, bersama riana meninggalkan cakra sendiri.
saat berjalan hendak keluar mata erlangga langsung tertuju pada cakra, tidak mungkin dia meninggalkan cakra dalam keadaan seperti itu, erlangga pun langsung membopongnya pergi kerumah sakit.
_ _ _ _ _
kini anissa terbaring lemah dikasur, riana meminta bobby untuk dibawa kerumahnya saja, agar lebih mudah.
Sesampainya dirumah anissa langsung dibersihkan seluruh oleh riana.
sekuat tenaga riana menahan agar air matanya tidak menetes namun apa daya kini dirinya terisak sedih saat memandikan anissa , dimana seluruh tubuhnya penuh dengan tanda merah.
sekarang dokter sedang memeriksa anissa ditemani dengan riana bahkan bobby selalu stay disana.
"pasien korban pemerkosaan mengalami kondisi fisik dan psikologi yang parah, termasuk depresi, kecemasan dan gangguan tres pascatrauma yang disebut(PTSD). kondisi dapat mencakup nyeri atau masalah kesehatan jangka panjang akibat stres kronis. Secata emosional, korban sering merasa takut, malu, bersalah dan tidak berdaya bahkan kehilangan kepercayaan diri yang terus mempengaruhi kehidupan mereka dalam jangka panjang. Tolong agar pasien tetap di teman takutnya nanti saat terbangun setelah obat penenang habis pasien akan melakukan bunuh diri.dan lagi tolong agar ajak pasien mengbrol agar tidak merasa ditinggalkan.." jelas dokter. Setelah memberikann resep obat, dokter pun pamit pergi.
Bak disambar petir disiang bolong, kini tubuh bobby atau pun riana terdiam mematung saling tatap.
"gimana ini, sungguh aku takut ri kenapa harus cakra yang menghancurkan hidup anissa." gemetar bobby.
"kita hadapi bersama, kita harus kuat agar bisa membuat anissa bangkit kembali." riana langsung memeluk bobby.
Bayang-bayang dulu saat kecil menyerang memori bobby, seluruh tubuh menegang air mata yang terus mengalir, tangisnya pecah mengingat kelakuan cakra yang sudah merusak masa depan seorang gadis.
Cukup lama bobby menangis kini dirinya tidur dalam pelukan hangat riana.
Melihat bobby tertidur riana pun perlahan menindurkan nya di sofa.
Riana berjalan sempoyongan keluar meningalkan bobby yang sedang tidur dikursi sambil menemani anissa. Takutnya nanti saat anissa terbangun sendiri dia akan histeris.
riana menatap sekeliling mencari keberadaan erlangga. Ingin rasanya dia mengamuk bahkan membunuh cakra sekalian tapi tidak bisa, dia berpikir dua kali bagaimana dengan bunda.
"sayang." panggil erlangga. Langsung memeluk riana erat.
Melihat Tatapan mata kosong riana membuat erlangga ketakutan.
"dari mana aja, padahal aku butuh kamu er." isak riana memeluk erat erlangga.
"maaf sayang. Lebih baik kamu istirahat dulu nanyi kita bicara lagi, kasian tubuh kamu butuh istirahat, aku gak mau kamu nanti sakit nyonya." erlangga langsung menggendong riana ala bridal style.
Erlangga tau istri kecilnya tidak baik-baik saja apalagi dirinya pun menyaksikan apa yang terjadi maka lebih baik menggendongnya agar cepat beristirahat. Bahkan untuk berjalan saja riana sungguh tidak sanggup.