Meri menjadi berubah seratus persen setelah kematian Mama nya satu bulan yang lalu, anak bungsu ini menjadi sangat menakutkan bagi para saudara nya. tidak bisa lagi mereka mau tidur dengan tenang, di tambah kematian Mama mereka yang masih jadi misteri.
Ada apa kah dengan Meri?
Apa penyebab kematian Mama Meri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5. Kematian datang kembali
Karena Devan memang luka parah sampai tidak bisa mau bernafas, maka saat ini juga dia harus di larikan kerumah sakit untuk di tangani oleh dokter. bila terlambat malah takut nya nanti terjadi sesuatu yang tidak di inginkan, jadi lebih baik segera di bawa saja agar segera di tangani dengan benar.
Namun di sini Inara semakin yakin kalau adik ipar nya pasti punya sesuatu yang merusak pikiran juga, sebab Meri kelihatan agak bingung sesaat setelah kejadian Devan melanting itu. pikiran gadis tersebut seolah sangat kacau sehingga tidak bisa mau berpikir normal, dia tidak mau berbuat begini namun ada yang menggerakkan tubuh nya.
Tadi jelas Inara melihat kalau Meri mematung ketika melihat saudara nya terkapar kesakitan, walau dia sama sekali tidak ada gerakan mau menolong juga namun setidak nya ada rasa seolah menyesal. Inara yakin Meri memang punya gangguan ghaib, hanya saja masalah nya sekarang tidak ada yang percaya akan ucapan dia.
Bukan cuma dari para keluarga yang lain saja yang akan menolak, Devan sang suami saja tidak percaya kalau Meri punya gangguan ghaib. entah ini nanti setelah dia sehat apa kah masih tidak percaya, atau justru terbuka hati nya untuk mempercayai kalau ini memang ada campur tangan iblis di dalam tubuh adik nya.
"Pasien harus segera melakukan operasi, tulang rusuk yang patah sudah melukai organ dalam." ujar dokter.
"Separah itu, Dokter?!" Inara agak tidak percaya efek yang Devan terima.
"Karena benturan yang sangat keras sehingga lima tulang rusuk patah, sebagian ada yang menancap di hati dan jantung juga walau tidak dalam." jelas dokter lagi.
"Ya Allah!" Inara agak tidak percaya karena yang menepis tadi hanya lah Meri.
Segera dokter mengurus segala sesuatu nya agar Devan segera melakukan operasi secepat mungkin, sebab kalau di tunda agak lama maka darah bisa terus keluar dan nyawa pria ini tidak bisa lagi di selamatkan. ada Mai dan juga Mela yang menemani Inara, karena mereka juga panik sekarang.
"Kakak lihat lah, tolong lah percaya padaku kalau Meri memang punya gangguan ghaib." Inara bicara serius.
"Maksud mu apa, In?" Mela agak gugup karena ingat soal kejadian di kamar.
"Meri minum kopi panas tanpa di tiup sebanyak dua gelas, ini Bang Devan cuma di tepis sedikit tapi tulang rusuk nya patah." jelas Inara.
"Ini masuk akal, Kak! tidak mungkin cuma di tepis saja malah langsung patah, kekuatan Meri tidak mungkin sebesar itu." Mai juga setuju.
"Berarti yang aku lihat di kamar itu benar kan?" lirih Mela langsung merinding di buat nya.
Saat mereka sedang bercakap cakap soal keanehan si bungsu, tiba tiba saja dokter di dalam langsung panik dan membuat mereka juga penasaran apa yang sudah terjadi. para suster juga sangat ketakutan, dokter terus berusaha untuk menyelamatkan Devan yang pendarahan di bagian dalam akibat tusukan tulang iga itu.
"Maafkan kami, Nyonya. pasien tidak bisa untuk di selamatkan!" dokter keluar dengan wajah menyesal.
"Apa?!" Inara langsung jatuh karena tidak sanggup mendengar nya.
"Inara!" Mela membantu adik ipar nya berdiri walau dia pun juga lemas.
"Ta..tapi baru mau operasi, Dok? kenapa Abang ku sudah meninggal!" Mai bertanya pelan dengan sorot mata nanar.
"Jantung nya terkena cukup dalam dan juga bagian hati, jadi mohon maaf kami tidak bisa menyelamatkan." sesal dokter.
Orang lain mungkin mengira kalau itu benturan keras atau tertimpa barang yang sangat berat, namun nyata itu semua hanya tepisan kecil biasa saja. sekarang justru nyawa Devan tidak bisa mau di selamatkan, tidak mungkin sanggup sang istri menerima kenyataan ini.
"Ya Allah suami ku!" pekik Inara sungguh merasa kehilangan.
Baru tadi pagi dia siap kan kopi tanpa firasat apa pun, malah sekarang agak siang sedikit saja suami nya meninggal dunia akibat pendarahan organ dalam. satu bulan yang lalu Mama Ajeng, sekarang menyusul Devan karena dia di tepis oleh sang adik.
...****************...
"Meri sudah semakin tidak karuan kelakuan nya, sebaik nya kita bawa saja dia ke rumah sakit jiwa." Tante Rindu bicara dengan Om Burhan.
"Kamu gila, keponakan kita tidak mengalami ganguan jiwa!" tolak Om Burhan langsung.
"Tidak gila bagai mana? Abang tidak melihat kah saat dia membunuh Devan!" sentak Tante Rindu.
Om Burhan menarik nafas panjang karena dia juga bingung mau mengurus keponakan nya ini, sudah satu bulan sejak kematian nya Mam Ajeng dan Meri memang selalu bertingkah. mereka mengatakan kalau itu depresi saja karena dia selama ini sangat dekat dengan Mama Ajeng, namun makin kesini malah semakin lain sehingga mereka agak cemas juga.
"Devan itu mungkin saja saat jatuh menerima benturan di kepala nya, bukan karena di tepis Meri." ujar Om Burhan.
"Lalu bagai mana dengan tulang rusuk yang patah? dia meninggal karena pendarahan di organ dalam!" tekan Tante Rindu sangat geram.
"Tapi aku tidak setuju apa bila Meri di bawah ke rumah sakit jiwa!" sentak Om Burhan.
"Kau malu karena bila sampai di dengar orang kan? kau masih saja mempertimbangkan bisnis di saat genting begini." sengit Tante Rindu.
"Kau yang otak nya tidak beres, aku yakin Meri tidak gila." Om Burhan segera pergi karena sudah sangat kesal.
"Tante sudah lah, di depan orang orang sedang berduka soal Devan." Mai mencegah pertengkaran mereka berdua.
Tante Rindu menarik nafas berat dan Om Burhan juga segera pergi dari hadapan adik nya, bila di terus kan maka akan debat terus tidak ada sudah nya. dari pada begitu dan orang yang melayat juga masih banyak, maka lebih baik mengalah saja dan pergi dengan yang lain.
Untuk urusan kedepan nya maka lebih baik di pikirkan nanti saat kepala sudah dingin, kalau masih sama sama panas membara maka tidak akan dapat solusi yang tepat. malah yang ada mereka akan terus debat, sampai nanti salah satu nya sakit hati.
"Mai lihat lah adik mu di kamar, Meri tidak keluar sejak tadi pagi." suruh Tante Rindu.
"Aku takut, Tante." lirih Mai karena takut di cekik pula.
"Ayo Tante temani, kenapa dia tidak melihat jasad saudara nya pula." Tante Rindu berjalan duluan.
Mereka berdua mengetuk pintu kamar nya Meri agar gadis itu mau keluar dari sana, sejak pagi tadi setelah kejadian nya Devan, Meri sama sekali tidak keluar dari kamar. entah apa yang sudah dia lakukan di sana, namun yang jelas dia tidak mau keluar walau hanya sebentar saja.
Selamat siang besty.
nanti dia mati malahan
belum tahu ja kebengisan Arya gmn,, jgn macam-macam dech, kok malah nantangin 🤦🏻♀️🤦🏻♀️😤😤😤
ini siervan cari gara2 dia udh mau Arya menolong malah belok pula karna tawar orang lain ini kalu purnama yg nangani udh kn bnting dia
Arya membantu tanpa imbalan adu gmn sich cara mereka berfikir
yakin lh Arya pasti bisa menangani kasus ini
kak author nanti bikin Arya JD pangeran yg luar biasa ya hbt nya
bingung si boleh,,,tapi kan ini seolah tdak prcaya sama arya,bukan masalah brg ny susah dicari 😒