"Sejak kamu datang... aku tidak bisa tidur tanpa mencium bau tubuhmu."
Yuna, dokter 26 tahun yang belum pernah merasakan cinta, mendadak terlempar ke dunia asing bernama Beastia—tempat makhluk setengah binatang hidup.
Di sana, ia dianggap sebagai jiwa suci karena tak bisa berubah wujud, dan dijodohkan dengan Ravahn, kepala suku harimau yang dingin dan kejam.
Misinya sederhana: temukan cinta sejati, atau terjebak selamanya.
Tapi siapa sangka... pria buas itu justru kecanduan aroma tubuhnya.
Temukan semua jawabannya hanya disini 👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azida21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 :Rencana Jahat Di Balik Pernikahan.
“Bagaimana ini? Kita tidak boleh membiarkan pernikahan ketua dan Yuna terjadi,” Gundra mengatakan itu sambil gelisah, langkahnya mondar-mandir di ruang tamu.
Flora duduk di kursi, wajahnya setengah putus asa. “Kita tidak bisa berbuat apa-apa, Ayah. Ketua sudah memutuskan.”
Gundra berhenti mendekat, menatap putrinya dengan mata yang menyala karena kecemasan. “Kita tidak boleh menyerah. Pasti ada cara untuk menggagalkan pernikahan ini.”
Flora menatap lurus ke mata ayahnya. “Ayah tahu caranya?”
Gundra menghela napas panjang lalu menggeleng. “Kalau aku tahu caranya, aku tidak akan mondar-mandir seperti ini. Waktunya terlalu singkat untuk memikirkan rencana.”keluhnya hampir frustasi.
“Kita harus bertindak cepat, Ayah,” Flora mendesak, suaranya bergetar sedikit bukan karena takut, melainkan karena amarah yang dipaksa ditahan.
Gundra menatap langit langit, jemarinya mengusap dagu seolah merangkai rencana di udara. “Kalau ketua sampai menikah dengan Yuna, rencana kita untuk mengendalikan ketua melalui pernikahan denganmu akan gagal. Setelah menikah, jiwa mereka bersatu dan ketua tidak akan bisa menikah lagi, walau pasangannya meninggal.”
Kata-kata itu membuat udara di ruangan terasa lebih dingin. Flora mengeratkan genggaman di pegangan kursi. “Jadi, menurut Ayah, apa yang harus kita lakukan? Menyingkirkan Yuna sebelum pernikahan?”ucap flora seakan memberi ide.
Ada jeda singkat. Gundra menatap putrinya, memperhatikan bagaimana senyumnya menjadi tajam. “Itu… itu ide yang sangat bagus,membunuh Yuna akan menyelesaikan masalah ini,”
Flora tidak melepaskan senyum itu. “Tapi bagaimana caranya?"tanya flora penasaran.
Gundra menatap putrinya, lalu perlahan merangkai rencana di benaknya. Suaranya rendah dan tenang saat ia berbicara. "Kita harus membuatnya pergi jauh dari rumah. Kita bisa membawanya ke hutan," ucap Gundra pelan, matanya tajam.
"Saat persiapan pernikahan nanti, ketua pasti sibuk menyiapkan ritual dan Yuna akan tinggal di rumah. Kita bilang saja ketua yang menyuruh menjemputnya. Dia akan percaya dan ikut kemana pun kita ajak, lalu setelah itu...kita bunuh" tambah gunndra hati hati.
Flora mengangguk cepat. “Lalu setelah itu? Apa kita akan menyembunyikan tubuhnya?”
Gundra tersenyum samar, seolah sudah memikirkan setiap langkah setelahnya. “Kita buang mayatnya ke jurang. Katakan saja bahwa dia terpeleset. Semuanya akan tampak seperti kecelakaan.”
Flora tersenyum puas mendengar rencana itu. Di matanya, rencana itu tidak hanya menyelamatkan masa depan yang diimpikannya, tetapi juga menjawab rasa bersaing yang lama terpendam. “Ayah sangat pintar. Aku yakin kita bisa menyingkirkan betina perusak itu. Aku muak melihat tingkahnya yang sok cantik.”
Gundra menepuk pundak Flora, nada suaranya dipenuhi kepastian dan sedikit kelembutan yang mengingatkan pada ayah yang selalu memberi semangat. “Dia tidak lebih cantik darimu. Ketua suku adalah milikmu. Kita harus memastikan semuanya berjalan seperti yang kita rencanakan”
Flora tersenyum penuh Kesombongan. "Tentu saja, Ayah. Ketua suku adalah milikku. Dia hanya boleh menikah denganku. Betina itu bahkan tidak pantas dibandingkan denganku," ucapnya dengan nada penuh percaya diri.
Gunndra terkekeh, wajahnya memancarkan kepuasan. "Tentu saja, putriku yang terbaik. Kita harus bekerja sama untuk mengendalikan ketua suku itu. Sikapnya yang sok berkuasa membuat ayah muak," tambahnya, suaranya tegas namun berapi.
Flora membalas dengan senyum sinis. "Tenang saja, Ayah. Sebentar lagi dia akan berada dalam genggaman kita," katanya pelan, matanya berbinar-binar karena ambisi.
Gunndra menatap putrinya, lalu tersenyum puas melihat bagaimana ambisi itu tumbuh pada wajahnya. "Tunggu saja, Ravahn. Aku pasti akan membalas mu," katanya sambil menerawang, mengepalkan tangan seakan siap untuk membalaskan dendamnya.
*****
“Hacchiiih!”
Yuna menggosok hidungnya yang terasa gatal. Beberapa kali ia bersin seperti itu.
“Kenapa?” tanya Ravahn sambil menoleh pada Yuna.
“Hidungku rasanya sangat gatal. Aku rasa ada seseorang yang sedang membicarakanku diam-diam,” tebak Yuna sambil terus mengusap hidungnya.
Ravahn hanya terdiam, meski wajahnya terlihat heran. Yuna menoleh curiga padanya.
“Jangan-jangan kamu yang sedang membicarakanku di dalam hati?” bisik Yuna penuh kecurigaan.
Ravahn menatapnya dengan ekspresi horor. “Mana mungkin aku begitu.”
Yuna memutar matanya malas. “Siapa tahu kan, kamu itu orang yang paling berpotensi untuk mengutukku dalam hati.”
Ravahn langsung menolak tuduhan itu. “Aku tidak mungkin mengutukmu dalam hati.”
Yuna menatapnya sengit. “Aku kan cuma tanya, kenapa kamu menganggapnya serius sekali?”
Ravahn mendengus. “Kamu tidak sedang bertanya, kamu sedang menuduhku.”
Kini Yuna yang tak terima. “Apa-apaan itu. Aku tidak menuduhmu, kamu sendiri yang merasa begitu.”
Ravahn memejamkan matanya, berusaha menahan amarah.
“Kenapa wajahmu seperti itu? Menahan marah ya?” tebak Yuna polos.
Ravahn menatapnya tajam. “Menurutmu?”
“Aku tidak melakukan apa pun, kenapa kamu marah? Aku hanya bertanya,” ujar Yuna, merasa tidak bersalah.
“Pertanyaanmu yang terdengar seperti tuduhan itulah yang membuatku marah,” balas Ravahn, menekan setiap kalimatnya.
Mata Ravahn terlihat begitu serius, membuat Yuna sadar kalau ia memang sedang marah.
“Ah, sudahlah. Tidak usah dipikirkan lagi. Ini masih pagi, tidak baik kalau kita bertengkar,” ucap Yuna, mencoba menyudahi perdebatan.
Ravahn memutar matanya malas, lalu berdiri.
“Eh, kamu mau ke mana?” tanya Yuna heran.
“Pernikahan kita akan diadakan nanti malam. Aku harus keluar mempersiapkan segala keperluannya,” jawab Ravahn sambil menoleh sekilas.
Yuna mengangguk pelan. “Apa nanti ada baju pengantinnya?” tanyanya penasaran.
“Baju pengantin apa?” Ravahn tampak bingung.
“Ya baju pengantin yang dipakai saat ritual pernikahan?”
Ravahn akhirnya mengerti. “Tidak ada. Kita hanya akan memakai pakaian biasa.”
Yuna mendengus kesal. “Masa pernikahan seumur hidup tidak ada baju pengantinnya sih. Nggak spesial banget.”
Ravahn paham maksud Yuna. “Aku bisa carikan gaun pengantin untukmu kalau kamu mau,” tawarnya.
Mata Yuna langsung berbinar. “Beneran?”
Ravahn mengangguk.
“Aku mau gaun warna putih yang cantik, biar kayak princess. Harus ada ekor gaun yang panjang supaya keren saat kita jalan bersama. Terus aku mau ada bling-bling-nya juga, biar makin keren,” pinta Yuna bersemangat.
Ravahn menggaruk kepala. “Tidak ada gaun seperti itu. Aku hanya bisa memberimu pakaian seperti milik Flora.”ucap ravahn membuat harapan Yuna seketika buyar.
Wajah Yuna langsung lesu. Ia sudah tahu seperti apa pakaian Flora—lusuh, kuno, dan kainnya terlihat kasar.
“Aku tidak mau gaun seperti itu, jelek sekali,” keluh Yuna.
“Tapi cuma itu yang banyak dijual.”
Yuna mendengus kesal. “Sudahlah, biar aku saja yang siapkan baju pengantin untuk kita.”
Ia sudah berencana mengambil pakaian pengantin dari ruang ajaibnya.
Ravahn mengerutkan kening. “Dari mana kamu akan mendapatkan baju pengantin?”
Yuna menatapnya, lalu berbisik di telinganya. “Kamu tidak perlu tahu,” ucapnya sambil tersenyum misterius.
“Sekarang pergilah urus persiapan pernikahan dulu. Aku akan siapkan keperluan lainnya,” ujar Yuna sambil mendorong punggung Ravahn agar segera keluar rumah, lalu menutup pintu rapat-rapat.
Ravahn hanya bisa menghela napas, heran sekaligus penasaran. “Apa yang mau dia lakukan sebenarnya?” gumamnya.
*****
✨✨✨
Halo semuanya!
Kalau ada kalimat yang masih aneh atau dialog yang terasa kurang nyambung, tolong banget kasih tahu author di kolom komentar ya. Soalnya author nulis bagian ini tadi malam pas lagi ngantuk-ngantuknya, takut ada yang ke-skip atau typo. 🙈
Sebelum lanjut, absen dulu yuk! Siapa aja nih yang udah baca sampai sini? Author pengin tahu siapa pembaca setia yang selalu nemenin cerita ini. 💕
Jangan lupa tinggalin like, komen, dan ulasan juga ya. Biar makin banyak orang yang tertarik buat baca cerita ini.
Ulasan kalian tuh bener-bener berharga banget buat author. Terima kasih banyak! 🥰✨